Mohon tunggu...
Maskatno Giri
Maskatno Giri Mohon Tunggu... Guru - 🌄©Mas Guru B.INGGRIS SMA,The Alumnus of English P PS UNS SURAKARTA

🌄Sukatno Wonogiri, known as Maskatno Giri, the alumnus of English P PS UNS Surakarta, the owner of sukatnowonogiribelajar.blogspot.com: a learning blog for his students

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemilu Daring: Biaya Miring

11 September 2021   11:44 Diperbarui: 11 September 2021   13:01 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dampak pandemi covid: Pembelajaran daring, pernikahan daring, arisan daring  dll. Tentu memungkinkan  ada PEMILU daring.  Pandemi   kayaknya belum ada tanda tanda berhenti, kegiatan daring  diyakini oleh banyak pihak menjadi pilihan demi  menjaga  keselamatan dan kesehatan. Banyak informasi tersebar adanya  penyebaran virus covid varian baru yang belum teratasi secara optimal.

"Kemungkinan  kita akan menghadapi multiple waves atau gelombang lonjakan kasus Covid-19 secara berturut-turut di masa depan". Itulah salah satu pernyataan dari bapak  Luhut B. Panjaitan. Posisi beliau  selaku Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves). Beliau menambahkan  bahwa berdasarkan hasil studi dari para ahli dunia, 70 persen diantaranya menyebut kasus Covid-19 masih akan terus berlangsung dalam beberapa tahun ke depan.

Jadwal pemilu  tahun 2024 makin dekat.  Beberapa waktu lalu melalui  berbagai media,  bapak  Bahtiar sebagai  Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri  mengatakan, bahwa pemilu serentak akan dilakukan pada 2024. Menurut beliau  tahapan simulasi sudah dilakukan penyelenggara pemilu. Berdasarkan hasil kesepakatan sebelumnya, pileg dan pilpres dilakukan pada Rabu, (28/2/2024). Sedangkan pilkada Rabu (27/10/2024)

Karena Jadwal  pileg dan pilpres sudah ditetapkan berarti pelaksanaan pemilu  kemungkinan sesuai jadwal. Dengan catatan bila tidak ada perubahan .  Dengan dalih  pandemic  banyak hal bisa berubah.

Banyak kegiatan off line di masa  pandemic  dialihkan model on line atau daring. Saya sebagai guru SMA  pun bisa merasakan . Beberapa waktu yang lalu, kami sudah siap-siap dengan pembelajaran tatap muka, jelang sehari ada pengumuman dari pemerintah lewat kementrian pendidikan: PTM dilarang. 

Akhirnya kita melanjutkan pembelajaran daring  sampai sekitar satu setengah tahun.  Kini kami sebagai tenaga pendidik dan para siswa sudah bisa adaptasi dengan pembelajaran daring. Untuk proses awal siswa banyak mengeluh:  salah satunya karena tidak punya uang untuk beli pulsa atau kuota. Namun, kini pemerintah sudah mneggelontorkan dana lewat kementrian pendidikan  bahwa setiap siswa berhak mendapat bantuan kuota internet agar bisa ikut pembelajaran daring.

Kegiatan  pembelajaran daring  masih berlangsung hampir di semua sekolah. Pembelajaran daring,  survey dan ujian daring bisa berjalan.  Logikanya kalau pembelajaran daring saja bisa berjalan , maka pemilu daring tentu  juga bisa. Yang penting perangkat pendukung dan juga teknik  antisipasi  kelemahan  pemilu  daring  bisa datasi .

Proses pemilu  yang diawali dengan pendataan calon pemilih  dan calon yang dipilih,  sosialisasi, kampanye  saya kira  bisa dilakukan dengan daring. Dengan model daring atau on line  bisa  mengundang keuntungan.   Beberapa keuntungan di antaranya:  biaya lebih miring  atau irit, para pemilih tidak perlu keluar rumah dan datang ke TPS untuk mencoblos, tingkat partisipasi  lebih tinggi karena  masyarakt semakin melek digital, dan proses pemilu   bisa berlangsung lebih cepat.   Juga pemilih bisa menerapkan social distancing karena  alasan keamanan.

Ada kelebihan ada kekurangan itu suatu resiko. Namun, kita seharusnya  memiliki inovasi  untuk meminimalisir sisi negatifnya.   Sisi kelemahan dari pemilu on line antara lain ; 1) tidak adanya keaktifan bersama secara terbuka   dalam proses hitung  (proses   hitung serba digital atau on line). 2) Konflik horizontal melalui dunia maya maupun dunia nyata bisa terjadi bila keaktiafan bersama tidak ada. Misalnya si calon tahu-tahu dinyatakan menang dan dilantik. Padahal warga masyarakat tidak mengerti data sebenarnya. 3) Munculnya(cyber crime) melalui serangan siber dan social engineering yang bisa mengubah data , ini bisa terjadi bila  kesiapan dan  ketepatan perangkat pendukung  on line belum bisa dihandalkan .

Berbagai kerugian dan keuntungan dari berbagai teknik pemilu pasti ada. Namun  kita sebagai warga Negara tentu harus mendukung terselenggaranya PEMILU  yang jurdil (jujur adil).

Sebagai warga negara   yang hidup di  negara berkembang, kita membutuhkan pencerahan. Kita berharap   proses demokrasi  semakin    lebih baik. Umumnya di  negara-negara berkembang  kesiapan untuk menyelenggarakan pemilu daring  masih tertinggal.  Namun, kita perlu belajar dan berproses supaya lebih baik. Kita perlu  mendapatkan edukasi dan melek  digitalisasi. Masyarakat  harusnya dibelajarkan untuk bisa memahami kemajuan teknologi dengan optimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun