Menaklukkan Media
Sukardi Weda
Guru Besar Universitas Negeri Makassar
Tulis menulis adalah kegiatan yang sangat mengasyikkan. Karena dengan ide dan buah pemikiran yang dituangkan dalam tulisan dapat dibaca oleh orang lain. Orang -- orang yang membaca tulisan tersebut tentu memperoleh pengetahuan baru, wawasan, dan juga semakin dewasa dalam menyikapi sesuatu akibat pesan -- pesan yang ada dalam tulisan itu. Seringkali tulisan yang disuguhkan kepada pembaca memuat nasehat, petunjuk, media koreksi, hiburan, pendidikan, control sosial, dan lain -- lain, yang bertujuan untuk mempererat keutuhan bangsa.
Namun menjadi seorang penulis dan melakukan kegiatan tulis menulis bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis pemula, tentu mengalami banyak kesulian dalam menuangkan ide, pikiran, dan pendapatnya dalam sebuh tulisan. Namun demikian seseorang yang menaruh keinginan besar untuk menjadi penulis, niscaya akan menjadi penulis kawakan, karena tidak sedikit orang yang mengatakan bahwa menulis itu bukanlah bakat, tetapi dipelajari, yakni dipelajari dan senantiasa perlu berlatih.
Untuk menjadi penulis handal, tentu wawasan harus luas, dan wawasan yang luas diperoleh dengan banyak membaca dan berinteraksi dengan orang lain serta lingkungan. Seorang penulis profesional tentu banyak belajar, yakni membaca buku -- buku tentang cara menulis yang baik, menembus koran, menulis untuk dibaca, menarik perhatian redaksi, dan menaklukkan media seperti judul tulisan ini, yang terinspirasi dari buku berjudul: Menaklukkan Media: Berbagi Pengalaman Menulis Opini & Resensi Buku adalah sebuah buku yang dapat dijadikan acuan dalam tulis menulis, yang ditulis oleh Andi Andrinto pada tahun 2011, yang diterbitkan oleh PT. Elex Media Komputindo.
Di samping membaca buku -- buku terkait dengan kegiatan tulis menulis, tentu juga penulis profesional membaca buku -- buku apa saja yang dapat memperluas wawasan mereka. Dengan wawasan yang luas, maka seorang penulis akan melakukan kegiatan tulis menulis dengan mudahnya, karena ia dapat merangkai kata menjadi kalimat lalu menjadi paragraf dan akhirnya menjadi sebuah tulisan yang enak dibaca.
Dalam buku Menaklukkan Media, Andi Andrianto, sebagai penulis buku tersebut mengatakan bahwa tradisi lisan dalam kehidupan masyarakat di negeri ini masih kuat. Banyak orang betah ngobrol dalam waktu panjang, tetapi ketika menulis mereka tak mampu bertahan lama. Andi Andrianto menambahkan bahwa kebiasaan menulis dalam budaya masyarakat kita masih belum optimal, dengan kalimat lain, kebiasaan menulis belum menjadi gaya hidup dalam kebudayaan masyarakat di negeri ini. Padahal salah satu tolok ukur maju tidaknya suatu bangsa dilihat dari berapa jumlah karya hasil tulis menulis yang dihasilkan.
Di era digital teknologi ini juga dapat dilihat dengan mudah berapa peringkat atau h-indeks Indonesia dalam publikasi ilmiah di jurnal internasional bereputasi. Demikian halnya, berapa karya berupa buku, artikel ilmiah, HaKI, dan karya tulis lainnya yang dihasilkan oleh masyarakat Indonesia, yang populasinya lebih dari 275 juta jiwa. Andaikan saja 5 persen penduduk Indonesia menjadi penulis atau tertarik untuk menuangkan ide kreatifnya melalui tulisan, maka ribuan hasil karya tulis yang dapat dihasilkan, baik berupa buku, artikel ilmiah, atau buah pemikiran lainnya yang tentu membuat Indonesia menjadi negara yang disegani dalam dunia keilmuwan.
Namun yang menjadi permasalahan adalah menjadi penulis tidaklah semudah membalik kedua telapak tangan. Acapkali seseorang beralasan sulitnya memulai menulis karena ada perasaan tidak percaya diri dalam dirinya. Seringkali ia berpendapat bahwa tulisannya kurang bagus, kurang menarik, atau jelek.
Intinya adalah lakukan saja atau mulai saja menuangkan ide dan pikiran Anda dalam sebuah tulisan bagaimanapun wujud dari tulisan itu. Setelah tulisan tersebut jadi, silakan baca kembali untuk ditambah bila ada yang perlu ditambah. Setelah tulisan itu diedit, coba kirimkan ke media, apakah itu media online atau media cetak. Kalau diterima untuk diterbitkan perlu disyukuri dan bila tulisan tersebut ditolak maka perbaiki kembali tulisan itu, lalu dikirim ke media lainnya. Tetapi jangan pernah mengirim satu tulisan di lebih dari satu media atau jurnal, kecuali tulisan atau artikel itu telah ditolak (direject) oleh media atau jurnal sebelumnya, maka boleh dikirim ke media atau jurnal yang lain.