Di masa depan, wayang ternyata tidak punah. Warisan unik berkualitas tinggi warisan nenek moyang itu masih eksis, bahkan menjadi saksi bisu perjalanan antar-bintang yang bermisi "...to seek out new life and new civilizations, and to boldly go were no one has gone before."
Yup, tampilan wayang nampak pada episode pertama serial Star Trek Discovery. Pada adegan yang memperlihatkan percakapan antara Philippa Georgiou, kapten U.S.S. Shenzhou dengan Michael Burnham, first officer USS Shenzhou dan Letnan Saru, alien spesies Kelpien, nampak figur wayang menempel di dinding.
Karena percakapan itu terjadi di ruang kerja Kapten Philippa Georgiou, bisa diduga bahwa ornamen wayang itu milik Philippa, yang diperankan artis Michelle Yeoh. Karena Kapten Philippa berparas Asia, pertanyaan iseng yang sempat muncul di benak saya adalah: Apakah dia berasal atau nenek moyangnya dari Indonesia? Hmmm
Discovery sendiri merupakan serial Star Trek keenam yang tayang di layar kaca. Terakhir kali penggemar Star Trek menikmati tayangan tentang penjelajahan antariksa itu tahun 2005, melalui Star Trek: Enterprise.
Star Trek merambah layar kaca puluhan tahun lalu, tepatnya pada 1966. Serial yang dibuat hanya tiga musim (1966--69) itu kemudian dikenal sebagai  The Original Series (TOS).
Selanjutnya dibuat seri baru, The Next Generation (1987--94) dan Deep Space Nine (1993--99), Voyager (1995--2001) dan Enterprise (2001--05). Franchise Star Trek secara keseluruhan terdiri atas lebih dari 700 episode. Selain layar kaca, ada juga 13 film versi layar lebar.
Star Trek Discovery sendiri tergolong "inbetweenquel", karena setting kisahnya berada di antara Star Trek: Enterprise dan TOS.
Star Trek Enterprise terjadi pada rentang waktu tahun 2151-2161, Star Trek: Discovery pada tahun 2256, TOS pada tahun 2265-2293, The Next Generation (TNG), Deep Space Nine (DS9), dan Voyager semuanya terjadi pada rentang waktu 2364-2379.
Teknologi (terlalu) maju
Bagi penggemar Star Trek dan penggila fiksi ilmiah seperti saya, Star Trek Discoverymerupakan pengobat rindu setelah sekian lama tak ada serial fiksi ilmiah bernuansa angkasa luar yang layak tonton. Menonton Discovery, walau baru satu episode, kerinduan pada suasana di anjungan, menyaksikan parade teknologi masa depan, intrik dengan ras alien haus darah (dalam serial ini diwakili ras Klingon) lumayan terpuaskan.
Salah satu aspek menarik dalam franchise Star Trek adalah bagaimana visualisasi teknologi canggih masa depan, yang untuk saat ini (atau saat serial itu dibuat) masih angan-angan atau sebatas konsep.
Ketika tayang tahun 1966, TOS menayangkan pameran teknologi canggih masa depan: transporter, yang mampu memindahkan manusia ke tempat lain dalam beberapa detik, perjalanan pesawat antariksa yang jauh lebih cepat dari cahaya, perangkat komunikasi portabel, tricorder, senjata partikel, video call dan sebagainya.
Beberapa dari "teknologi masa depan" itu akhirnya terwujud puluhan tahun kemudian. Memang, manusia belum bisa menciptakan transporter (yang dari sudut ilmu Fisika, Biologi dan Kimia merupakan kemustahilan). Manusia juga belum menemukan cara untuk bergerak lebih cepat dari cahaya (yang dari ilmu Fisika secara teoritis sangat mungkin). Namun kita sudah punya ponsel cerdas. Juga video call. Senjata partikel juga sudah mulai diuji-coba. Internet semakin canggih, dan dalam beberapa hal, sudah bisa merespon pertanyaan manusia dan menjawab melalui suara.
Pada Discovery, tampilan teknologi canggih juga ada. Memang, ada sedikit (hanya sedikit) nuansa aneh yang menggigit. Teknologi pada Discovery terkesan terlalu maju, terlalu canggih dibandingkan dengan serial sebelumnya, terutama jika dibandingkan dengan TOS dan TNG yang menurut timeline terjadi sesudahnya.
Pada TOS dan TNG, awak Enterprise berkomunikasi dengan Federation menggunakan layanan semacam video call. Pada Discovery, komunikasi berlangsung dalam wujud... hologram. Padahal, komunikasi hologram baru  muncul pertama kali dalam serial DS9, ratusan tahun kemudian.
Pertalian dengan TOS
Lepas dari adanya inkonsistensi pada teknologi (saya menganggapnya lebih pada penyesuaian dengan teknologi dan generasi sekarang), Discovery sebagai serial sangat menarik, terutama karena pertaliannya dengan TOS.
Jejak hubungan itu sudah ada pada episode pertama dengan hadirnya karakter Sarek. Selain sebagai Duta Besar Planet Vulkan untuk Bumi, Sarek juga dikenal sebagai ayah dari... Spock, karakter terkenal dalam TOS.
Pada Discovery, Sarek ternyata merupakan ayah angkat dari Michael Burnham, tokoh utama serial ini. Michael digambarkan sebagai perempuan bumi pertama yang dididik sesuai budaya Vulcan.
Karena Michael dibesarkan dan dididik di Vulcan dan diasuh oleh Sarek, maka ada kemungkinan kita akan bertemu dengan Spock versi muda, atau bisa juga Spock versi dewasa. (Ketika kisah Discovery terjadi, Spock sudah menjadi perwira utama di Starfleet, dan mungkin bertugas di Enterprise bersama Kapten Pike).
Wayang, bagaimana Indonesia?
Figur wayang telah tampil di Discovery. Hanya sebentar memang dan mungkin tak akan tayang lagi. Karakter Kapten Philippa Georgiou tewas di episode kedua (artis Michelle Yeoh memang hanya menjadi bintang tamu di serial ini) dan mulai episode 3 setting film akan berpindah ke U.S.S Discovery.
Walau hanya tayang dalam beberapa detik, keberadaan wayang dalam Discovery merupakan bukti bahwa warisan luhur nenek moyang itu diapresiasi oleh pihak-pihak yang menggarap Discovery. Bahwa wayang dianggap sebagai ornamen unik yang bisa menghadirkan nuansa eksotis bumi (dalam hal ini Asia) dalam pesawat luar angkasa yang berkelana ke galaksi nun jauh di sana.
Jika wayang mendapat apresiasi yang tinggi dari sineas Hollywood, bagaimana dengan Indonesia?
Dari sejumlah sinetron dan film layar lebar, ada berapa yang pernah menayangkan wayang sebagai latar belakang hiasan, baik di kantor maupun rumah?
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang, hehehe
(Ini tulisan yang pertama setelah lamaaaa menghilang dari Kompasiana. Sempat bingung dan pangling karena tampilan K udah berubah banget. Untung aja gak sampe tersesat, hahaha)
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H