Mohon tunggu...
Suka Ngeblog
Suka Ngeblog Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis buku, terkadang menjadi Pekerja Teks Komersial

Blogger, writer, content creator, publisher. Penggemar Liga Inggris (dan timnas Inggris), penikmat sci-fi dan spionase, salah satu penghuni Rumah Kayu, punya 'alter ego' Alien Indo , salah satu penulis kisah intelejen Operasi Garuda Hitam, cersil Padepokan Rumah Kayu dan Bajra Superhero .Terkadang suka menulis di www.faryoroh.com dan http://www.writerpreneurindonesia.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pramugari Gendong dan Tewasnya Taruna Itu

12 Januari 2017   11:06 Diperbarui: 12 Januari 2017   14:00 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ADA dua peristiwa menarik yang menyentak perhatian warga Indonesia di awal 2017. Peristiwa yang bisa menjadi selingan setelah sejak akhir tahun kita disuguhi drama kasus Ahok dan kiprah FPI.

Dua peristiwa itu adalah aksi heroik pramugari Garuda yang menggendong seorang nenek dan tewasnya Amirullah Adityas Putra (18), taruna tingkat I Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) setelah dianiaya seniornya.

Peristiwa pertama menyentak karena memang tidak biasa. Ada pramugari (cantik) nan ramah penuh senyum itu biasa. Namun pramugari gendong penumpang? Itu luar biasa.

Apa yang dilakukan Vera memang menyentak karena ini tergolong hal baru dan unik. Walau jumlahnya gak banyak-banyak amat, namun penumpang dengan kursi roda jamak ditemui di semua maskapai. Penumpang berkursi roda biasanya mereka yang tergolong manula, atau karena penyakit tertentu. Toh, kita tak pernah mendengar berita kalau ada kru pesawat yang menggendong penumpang, terutama yang lanjut usia, ketika kursi roda belum tiba.

Ketika penumpang turun dari pesawat, biasanya memang ada jeda beberapa menit ketika kursi roda yang akan digunakan dibawa ke penumpang yang memerlukan. Dan biasanya pula, kru pesawat hanya bersikap pasif. Menunggu datangnya kursi roda sambil mengerjakan hal lain.

Vera pun membuat terobosan. Menggendong sang penumpang. Selain efisien karena menghemat waktu, yang dilakukan Vera juga punya makna sangat dalam dari sisi kemanusiaan.

Peristiwa kedua adalah tragedi. Nyawa meregang sia-sia karena aksi arogan oknum senior. Di era digital, ternyata masih ada (sisa-sisa) budaya kekerasan di ranah pendidikan kita. Budaya yang seharusnya disingkirkan jauh-jauh karena tak lagi sesuai dengan perkembangan jaman.

Lingkup Dephub

Yang menarik adalah, dua peristuwa ini merupakan bagian dari lingkup kerja Departemen Perhubungan (Dephub).

Apa yang dilakukan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyikapi dua peristiwa ini?

Menhub Budi mengundang Vera sang pramugari, ditemani Flight Service Manager (FSM) Ninik Septinawati untuk menerima piagam penghargaan. Jadwal penyerahan penghargaan molor karena Menteri Budi punya acara di televisi. Karena waktunya sudah siang, sang menteri pun mengundang tamunya untuk makan siang bersama.

Menhub Budi menyampaikan apresiasi yang tinggi pada apa yang dilakukan Vera dengan menyebutnya contoh bagaimana bekerja dengan hati, dan berharap pihak lain bisa melakukan hal yang sama.

Pada tragedi yang menimpa Amirullah, Menhub Budi segera bereaksi. Pimpinan STIP dicopot. Tim investigasi internal dibentuk untuk memastikan tragedi seperti ini tak terulang. Menhub Budi juga mendukung penanganan kasus ini di depan hukum. Siapa yang bersalah harus dihukum. Kemenhub juga menanggung semua biaya korban mulai rumah sakit hingga pemakaman. Menhub Budi juga meluangkan waktu untuk melayat dan menyapa keluarga korban.

Apa yang dilakukan Menhub Budi merupakan contoh kepemimpinan yang menekankan aspek reward and punishment. Memberi penghargaan dan hukuman. Siapa yang berjasa diberi imbalan, selain wujud penghargaan, juga untuk memotivasi pihak lain agar terpacu melakukan hal yang sama. Hukuman dilakukan untuk menghadirkan efek jera, sekaligus sebagai pengingat agar hal-hal buruk tak terulang.

Tak ada yang menginginkan terjadinya tragedi, apalagi yang terkait dengan hilangnya nyawa. Tapi karena tragedi sudah terlanjur terjadi, yang bisa dilakukan adalah memastikan kalau peristiwa menyedihkan itu tak terulang. Dan pihak yang berduka diberi penghiburan dan kekuatan.

Tentu kita berharap, di tahun 2017 ini kita lebih banyak disuguhi peristiwa bernuansa kemanusiaan bermakna positif, seperti yang dilakukan pramugari Vera. Kita berharap bisa melihat banyak peristiwa yang menggugah kesadaran, bahwa merupakan hal yang mulia jika membantu sesama, tanpa pamrih.

Kita juga berharap peristiwa menyedihkan dan tragedi yang melenyapkan nyawa secara sia-sia tak akan terjadi lagi.

Memang, hidup itu akan dipenuhi dengan tawa dan air mata. Tapi jika bisa menghadirkan tawa, kenapa harus berharap air mata?

catatan:

Penulis adalah pengarang buku Be Smart and Confident, 35 Kisah Inspiratif untuk Hidup Cerdas, Percaya Diri dan Sukses, kini dijual di iTunes Apple dan Google Play Store

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun