Melihat skenario di atas, maka aksi makar hanya bertahan sekitar 6 (enam jam). Aparat keamanan hanya butuh 6 jam untuk mengembalikan kontrol ke pemerintah yang sah.
Aksi makar pada 2 Desember akan gagal. Kenapa? Ada beberapa alasan
1) Makar harus didukung kekuatan senjata.
Makar atau kudeta harus didukung kekuatan senjata. Tanpa pasukan bersenjata, aksi massa akan mudah dilumpuhkan.
Bahkan jika massa itu ratusan ribu, namun hanya dengan tangan kosong, atau batu/pisau/bambu, itu tak ada artinya melawan pasukan terlatih.
2) Aksi massa 1998 tak bisa dijadikan acuan
Mungkin, banyak warga Indonesia yang terinspirasi dengan aksi massa tahun 1998 yang berhasil memutus pemerintahan Orde Baru Soeharto yang memunculkan era Reformasi.
Yang dilupakan banyak orang adalah, aksi 1998 itu bukan makar. Kalau toh terjadi pergantian kekuasaan itu karena kebesaran hati seorang Soeharto yang memutuskan untuk mundur. Jika Soeharto ngeyel, keras kepala dan memutuskan untuk bertahan, era Reformasi bisa jadi tak terjadi.
Jadi, aksi 1998 tak bisa dijadikan contoh kasus karena Presiden Joko Widodo jelas-jelas tak akan mundur begitu saja.
3) TNI solid
Hal krusial yang bisa mengubah arah peristiwa makar adalah soliditas tentara, dalam hal ini TNI. Jika TNI terpecah, sebagian mendukung pemberontak, maka situasi akan rawan. Ancaman perang saudara bisa terjadi.