[caption caption="Petugas CSI sedang bekerja (express.co.uk)"][/caption]FRANCHISE CSI tinggal menyisakan CSI: Cyber. Namun bagaimana para ahli forensik memecahkan kejahatan masih menyisakan kesan yang mendalam bagi mereka yang pernah menontonnya.
Membaca perkembangan kasus ‘kopi maut Mirna’ yang diduga dilakukan Jessica Kumala Wongso (yang karena alasan tertentu, banyak media yang enggan memuat singkatan tiga huruf namanya, hehehe), mau tak mau saya teringat pada beberapa episode CSI, baik yang versi Miami, New York maupun Vegas yang pernah ditonton beberapa waktu lalu.
Berikut beberapa hal terkait penanganan kasus ala CSI (yang fiksi, tentu saja) yang kelihatannya bisa diterapkan di dunia nyata, terutama jika dikaitkan dengan kasus Kopi Maut Mirna.
1. Semua berpotensi tersangka
Ketika sebuah kejahatan, seperti pembunuhan terjadi di sebuah lokasi, maka semua pihak yang pernah berada di lokasi itu berpotensi menjadi tersangka. Secara umum, ini mengkuti gaya ala Murder on the Orient Express karya Agatha Christie, ketika ada yang terbunuh di kereta api dan seluruh penumpang di kereta api itu, Orient Express semuanya berpotensi menjadi tersangka. Ada beberapa episode di franchise CSI yang seperti itu. Misalnya ada episode ketika salah satu penumpang kelas satu sebuah penerbangan ditemukan tewas terbunuh. Semua penumpang pesawat dan kru otomatis berpotensi menjadi tersangka.
Pada kasus kopi Mirna, karena Mirna tewas saat minum kopi di gerai Olivier, maka seharusnya semua orang yang saat itu berada di lokasi, berpotensi menjadi tersangka. Jadi tak hanya Jessica, namun juga Hani, sesama pengunjung (jika ada), pelayan resto yang meracik kopi, pelayan yang membawa (jika pelayannya berbeda), bahkan hingga pemilik resto, jika saat itu dia berada di sana.
Karena semua pihak berpotensi menjadi tersangka, seharusnya mereka semua mendapat penanganan dan perlakuan yang sama. Jika Jessica diperiksa dengan lie detector, misalnya, seharusnya pihak lain, seperti Hani, juga pelayan dan pemilik resto diperiksa dengan lie detector.
Selanjutnya, dari sejumlah tersangka, penyidik kemudian menyeleksi berdasarkan motif, keterangan, juga alat bukti.
2. Apa motif si pembunuh?
Jika penyidik mengetahui motif si pembunuh, itu akan memudahkan penetapan tersangka.
Ada beragam motif, kenapa seseorang memutuskan melakukan pembunuhan. Motif-motif pembunuhan ala serial CSI antara lain: