Mohon tunggu...
Suka Ngeblog
Suka Ngeblog Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis buku, terkadang menjadi Pekerja Teks Komersial

Blogger, writer, content creator, publisher. Penggemar Liga Inggris (dan timnas Inggris), penikmat sci-fi dan spionase, salah satu penghuni Rumah Kayu, punya 'alter ego' Alien Indo , salah satu penulis kisah intelejen Operasi Garuda Hitam, cersil Padepokan Rumah Kayu dan Bajra Superhero .Terkadang suka menulis di www.faryoroh.com dan http://www.writerpreneurindonesia.com/

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Konsorsium, Masihkah Efektif untuk Sepakbola Indonesia?

31 Desember 2012   01:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:46 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalahnya, seperti yang disinggung di atas, apakah konsorsium bersedia mengucurkan dana 'cuma-cuma' untuk klub yang tak menghasilkan apa-apa?

Kesalahan paradigma

Saya menilai, ada sedikit kesalahan paradigma ketika konsep konsorsium ini mulai digulirkan. Kesalahan itu adalah asumsi bahwa konsorsium memiliki dana tak terhingga, dan bersedia menggelontorkan berapa saja dan sampai kapan saja kepada klub.

Paradigma ini kemudian membuat banyak klub IPL terlena. Karena merasa sudah punya konsorsium, pengurus klub tak peduli jika laga berlangsung tanpa penonton. Tak ada upaya pengurus klub untuk bekerja keras menjaring penonton, atau suporter.

Klub juga ogah-ogahan mencari spsonsor, karena berpikir semua dana sudah ditanggulangi konsorsium.

Pada akhirnya, kesalahan paradigma itu terbukti. Konsorsium ternyata tak punya dana yang tidak terbatas. Konsorsium juga ternyata enggan mengucurkan dana milyaran rupiah untuk sesuatu yang tidak pasti. Ujung-ujungnya, hitung-hitungan bisnis yang lebih berperan.

Lingkaran setan

Yang terjadi pada sejumlah klub IPL saat ini adalah 'lingkaran setan' yang tak berujung. Klub kesulitan mendapat sponsor karena penonton minim. Penonton enggan datang ke stadion karena pertandingan tidak menarik. Pertandingan tidak menarik karena minim atraksi pemain bintang. Pemain bintang dan berkualitas sukar dikontrak karena dana klub terbatas. Dana klub terbatas karena tak punya sponsor. Sponsor sulit didapat karena penonton minim. Dan begitu seterusnya.

Kalau begitu, apa yang seharusnya dilakukan klub? Langkah yang harus dilakukan adalah menjaring suporter sebanyak-banyaknya. Jadi klub seharusnya aktif mengadakan promosi ke sekolah-sekolah menengah, universitas, akademi, ke kecamatan dan sebagainya.

Klub juga harus pro aktif membentuk klub suporter di sejumlah basis. Juga harus aktif menggelar diskusi interaktif bertema sepakbola dengan radio atau televisi lokal, dengan melibatkan universitas atau kelompok suporter.

Klub juga harus aktif di jejaring sosial. Klub harus punya page Facebook, harus punya akun Twitter, harus punya website resmi, dan secara berkala menginformasikan perkembangan terbaru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun