Masalahnya, seperti yang disinggung di atas, apakah konsorsium bersedia mengucurkan dana 'cuma-cuma' untuk klub yang tak menghasilkan apa-apa?
Kesalahan paradigma
Saya menilai, ada sedikit kesalahan paradigma ketika konsep konsorsium ini mulai digulirkan. Kesalahan itu adalah asumsi bahwa konsorsium memiliki dana tak terhingga, dan bersedia menggelontorkan berapa saja dan sampai kapan saja kepada klub.
Paradigma ini kemudian membuat banyak klub IPL terlena. Karena merasa sudah punya konsorsium, pengurus klub tak peduli jika laga berlangsung tanpa penonton. Tak ada upaya pengurus klub untuk bekerja keras menjaring penonton, atau suporter.
Klub juga ogah-ogahan mencari spsonsor, karena berpikir semua dana sudah ditanggulangi konsorsium.
Pada akhirnya, kesalahan paradigma itu terbukti. Konsorsium ternyata tak punya dana yang tidak terbatas. Konsorsium juga ternyata enggan mengucurkan dana milyaran rupiah untuk sesuatu yang tidak pasti. Ujung-ujungnya, hitung-hitungan bisnis yang lebih berperan.
Lingkaran setan
Yang terjadi pada sejumlah klub IPL saat ini adalah 'lingkaran setan' yang tak berujung. Klub kesulitan mendapat sponsor karena penonton minim. Penonton enggan datang ke stadion karena pertandingan tidak menarik. Pertandingan tidak menarik karena minim atraksi pemain bintang. Pemain bintang dan berkualitas sukar dikontrak karena dana klub terbatas. Dana klub terbatas karena tak punya sponsor. Sponsor sulit didapat karena penonton minim. Dan begitu seterusnya.
Kalau begitu, apa yang seharusnya dilakukan klub? Langkah yang harus dilakukan adalah menjaring suporter sebanyak-banyaknya. Jadi klub seharusnya aktif mengadakan promosi ke sekolah-sekolah menengah, universitas, akademi, ke kecamatan dan sebagainya.
Klub juga harus pro aktif membentuk klub suporter di sejumlah basis. Juga harus aktif menggelar diskusi interaktif bertema sepakbola dengan radio atau televisi lokal, dengan melibatkan universitas atau kelompok suporter.
Klub juga harus aktif di jejaring sosial. Klub harus punya page Facebook, harus punya akun Twitter, harus punya website resmi, dan secara berkala menginformasikan perkembangan terbaru.