[caption id="attachment_222476" align="aligncenter" width="400" caption="News Corp Group (foto: smokinggunpr.co.uk)"][/caption]
News Corporation (News Corp.) membuat kejutan dengan memberikan 'tawaran yang sukar ditolak' untuk sepakbola Indonesia. Perusahaan media multinasional milik Rupert Murdoch ini menawaran diri menjadi sponsor dan rekan bisnis untuk kompetisi sepakbola dalam negeri.
Tawaran diberikan pada Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS), operator IPL, dan kelihatannya sudah disetujui. Menurut CEO PT LPIS Widjajanto, pihaknya bersama PSSI akan melakukan pembicaraan lebih lanjut, terutama membahas finalisasi struktur penawaran.
Yang menarik, tawaran dari News Corp ternyata tak hanya untuk PT LPIS. Menurut Widjajanto, News Corp juga mengajukan penawaran yang sama untuk PT Liga Indonesia (LI) selaku operator ISL.
"PSSI dan LPIS menghormati isi dan diktum yang ada di dalam MoU. Dan penawaran dari News Corp juga sudah ada di tangan CEO PT Liga Indonesia, Joko Driyono," jelas Widja seperti disitat bolanews.
Jika LPIS sudah setuju untuk bekerjasama dengan News Corp, bagaimana dengan PT LI? Hingga tulisan ini dibuat, saya belum menemukan informasi apakah tawaran itu diterima atau ditolak. Kira-kira, apakah PT LI akan ikut tergoda dengan tawaran News Corp? Ataukah PT LI akan jual mahal dan menolak?
Jika PT LI menolak, bisa jadi itu karena rentang kerjasama yang lumayan lama, yakni 20 hingga 25 tahun. Artinya, pada jangka waktu itu PT LI yang selama ini menjadi 'penguasa tunggal' harus membagi kekuasaan dengan pihak lain. Pihak asing pula.
Jika tawaran diterima, akan mengacaukan agenda Viva group yang sudah menetapkan ISL sebagai salah satu program andalan, yang bakal digandengkan dengan Piala Dunia nanti. Namun untuk penyiaran, mungkin akan lebih mudah karena ternyata, News Corp merupakan salah satu pemegang saham antv.
Menurut wikipedia, News Corp melalui anak perusahannya Star TV dan Fox International Channels memegang 20% saham antv terhitung sejak 30 April 2006. Jumlah saham sebanyak 20% merupakan angka maksimum untuk perusahaan asing yang menanamkan saham di perusahaan Indonesia. Jadi, jika komposisi saham belum berubah, maka kerjasama dalam bidang penyiaran dengan melibatkan antv tak akan menemui kendala berarti.
Karena News Corp juga berencana memberikan subsidi milyaran rupiah untuk klub, maka berita ini pasti menggembirakan untuk klub ISL yang tidak dilirik sponsor. Setelah tak bisa seenaknya 'menyusui' APBD, sejumlah klub ISL memang kalang kabut mencari sponsor. Tidak semua memang. Beberapa klub ISL sudah bisa mandiri karena bisa menggaet sponsor. Namun sebagian lagi masih harus berusaha hingga berdarah-darah untuk bisa mendapatakan sponsor. Tentu, kucuran milyaran rupiah dari News Corp merupakan berkah yang tak bisa dinafikan.
Jadi, jika PT LI, dengan alasan tertentu menolak tawaran News Corp, saya menduga hal ini akan memicu gelombang eksodus ke IPL. Klub-klub yang kesulitan dana akan menyeberang ke IPL yang keuangannya lebih terjamin dengan adanya News Corp.
News Corp vs FIFA
Namun ada kendala serius jika ternyata PT LI menerima tawaran News Corp. Karena News Corp merupakan lembaga bisnis dan bukan afiliasi dari FIFA, bisa saja media raksasa ini tak terlalu peduli dengan status ISL yang ilegal. Jadi, ada kemungkinan News Corp tidak akan meminta PT LI atau klub ISL untuk lebih dulu bergabung dengan PSSI. Jadi, ISL akan tetap berjalan (seperti musim lalu), dan tetap ilegal.
Dan seperti kita tahu, jika ISL musim depan tetap eksis dan tetap memposisikan diri sebagai liga ilegal, bayang-bayang jatuhnya sanksi kembali menguat. Apalagi, penyatuan liga merupakan salah satu poin dalam roadmap yang diajukan PSSI kepada FIFA.
Jadi, jika News Corp tidak mensyaratkan agar klub ISL kembali ke pangkuan PSSI sebagai bagian dari kerjasama, maka bisa saja pada bulan Maret nanti Indoensia benar-benar akan dijatuhi sanksi oleh FIFA.
Seberapa burukkah dampak sanksi FIFA nanti? Jika terkena sanksi, Indonesia tak bisa tampil di iven internasional seperti kualifikasi Piala Asia. Saya pikir, itu tidak menjadi masalah besar mengingat Indonesia ada di grup maut dan berpotensi menjadi lumbung gol.
Dampak lain, liga di Indonesia, baik IPL maupun ISL akan ditinggalkan pemain asing. Dari sisi kemeriahan, itu memang berpengaruh. Namun di sisi lain, hilangnya pemain asing akan membuat pelatih klub tak punya pilihan selain memainkan pemain lokal. Untuk jangka panjang, ini akan bagus bagi sepakbola Indonesia jika sanksi sudah berakhir.
Dengan adanya jaminan kompetisi selama 20 hingga 25 tahun dari News Corp, maka ancaman sanksi yang 2 hingga 3 tahun mungkin tak sepenuhnya berarti. Jadi bisa dibilang, News Corp akan menjadi dewa penyelamat sepakbola Indonesia jika terpuruk karena disanksi FIFA.
Tapi tentu idealnya, Indonesia tidak disanksi FIFA, dan kompetisi lokal, baik IPL maupun ISL akan berlangsung dinamis, semarak dan enak ditonton. Karena sudah ada sponsor, tak ada lagi cerita tragis pemain bola yang meninggal dunia karena tak punya uang membayar rumahsakit. tak ada lagi cerita pemain bola yang teriak-teriak karena gajinya selama berbulan-biulan belum dibayar...
Dalam konteks ini, kita bisa menyebut bahwa News Corp merupakan penyelamat, bukan hanya klub IPL namun juga klub ISL, jika PT LI tertarik dengan pinangan.
Apakah itu yang akan terjadi? Dan apakah benar News Corp merupakan penyelamat sepakbola Indonesia, ataukah media raksasa ini justru akan menjadi salah satu kerikil dalam sepakbola nasional? Kita tunggu saja...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H