Selektif memilih
Setelah tersingkir dari Piala AFF, PSSI langsung mencanangkan untuk melakukan pertandingan persahabatan, minimal sebulan sekali. Sasaran utama adalah memperbaiki peringkat. Sekalipun banyak pendukung PSSI yang seolah tidak peduli dengan ranking Indonesia yang di era Djohar Arifin merupakan yang terendah sepanjang sejarah, namun bagi PSSI, ranking itu tak bisa dianggap sepele. Ranking FIFA merupakan cerminan langsung pada kualitas sebuah negara, setidaknya dari kacamata FIFA sebagai otoritas sepakbola tertinggi dunia.
Rencana memperbanyak pertandingan uji coba tentu merupakan hal yang positif. Karena tujuannya menaikkan peringkat, yang perlu dilakukan adalah menyeleksi negara mana yang bakal dijajal. Pengalaman melawan Timor Leste dan Kamerun yang (untuk sementara) tidak diakui FIFA harus menjadi catatan penting. Jangan sampai sudah capek-capek beruji coba, sudah keluar dana, namaun akhirnya tidak dianggap oleh FIFA.
Karena tujuannya menaikkan ranking, bisa diduga kalau negara yang bakal dijajal adalah yang diperkirakan bisa dikalahkan Indonesia. Karena kekuatan timnas Garuda juga gak bagus-bagus amat, maka mencari negara yang di atas kertas bisa dikalahkan juga tidak mudah. Timor Leste saja hanya bisa dikalahkan dengan skor tipis 1-0 bukan?
Selain berupaya menaikkan ranking, ada baiknya laga persahabatan juga dijadikan sebagai ajang bagi pemain untuk memperbanyak jam terbang. Juga mengasah mental bertanding.
Yang tidak kalah penting, ada baiknya laga persahabatan digelar dalam kaitan dengan Klasifikasi Piala Asia tahun 2013 mendatang. Seperti kita tahu, Indonesia berada di grup maut bersama Irak, Arab Saudi dan Cina. Ancaman bakal tejadinya pembantaian seperti ketika melawan Bahrain tempo hari rasa-rasanya bukan sesuatu yang mustahil.
Karena itu, untuk laga persahabatan, tak ada salahnya jika PSSI memilih negara calon lawan yang memiliki tipe permainan seperti Irak atau Arab Saudi. Jadi beruji coba melawan negara-negara Arab, mungkin bisa dijadikan opsi. Juga PSSI perlu mencari lawan tanding yang permainannya mirip dengan yang biasa dimainkan Cina.
Jika para pemain sudah terbiasa dengan gaya permainan yang mirip Arab Saudi, Irak atau Cina, maka dalam laga sebenarnya mereka tak akan kagok lagi dan bisa beradaptasi dengan mudah.
Dan satu hal yang penting, dalam laga uji coba mendatang sedapat mungkin Indonesia tidak membayar ke lawan tanding, hehehe. Kalau dibayar, oke saja dan malah bagus. Tapi kalau harus membayar? Jika PSSI punya dana berlimpah mungkin bisa saja. Namun karena PSSI kini megap-megap dalam hal dana, maka memberi match fee kepada lawan uji coba merupakan blunder yang tak perlu diulangi.
Hidup Inggris, hehehehe
Salam,