[caption id="attachment_216526" align="aligncenter" width="400" caption="Ketum PSSI Djohar Arifin (foto kompas.com)"][/caption]
LAGI sumpek meneruskan bab terbaru untuk buku yang sementara dibuat, saya iseng buka kanal bola di kompas.com. Ada beberapa berita menarik di sana. Misalnya Andik yang galau karena kontraknya dengan Persebaya ternyata masih diputus, serta kejanggalan kasus Diego. Namun ada satu berita yang membuatku terpaku. Berita itu berjudul Menpora tak biayai timnas, Djohar siap jual rumah. Wow.
Djohar yang dimaksud dalam berita itu tak lain Djohar Arifin, Ketua Umum PSSI. Dalam berita itu disebutkan, menjelang bergulirnya Piala AFF, timnas Indonesia memang kesulitan dana. Sandaran utama yakni pemerintah ternyata seret. Menpora enggan mencairkan dana karena menganggap timnas yang sekarang bukan representasi pemain terbaik.
Berita di kompas itu mengundang sangat banyak komentar. Sebagian mendukung dan menyatakan pernyataan Djohar membuktikan ketulusannya memimpin PSSI. Sebagian lagi mencibir dengan mengatakan pernyataan Djohar itu hanya sebatas pencitraan.
Bagaimana kita menilai ungkapan Djohar Arifin itu?
Pernyataan itu, bisa dinilai sebagai wujud frustrasi dan kekesalan sang Ketua Umum. Frustrasi dan kesal karena pemerintah yang seharusnya mendukung, pura-pura tutup mata.
Bisa juga dianggap sebagai 'sentilan halus' untuk sejumlah pengusaha yang dulu rajin membantu PSSI, dan kini, entah karena alasan apa, rupanya juga ikut berpaling.
Pernyataan itu juga bisa dianggap sebagai 'Plan C'. Karena 'Plan B', yakni aksi menggalang dana dari masyarakat yang digelar di sejumlah daerah, ternyata juga belum sesuai harapan. Menurut binaolahraga, situs yang secara berkala memberitakan perkembangan terbaru Koin Untuk Timnas, hingga 12 November 2012 dana yang terkumpul baru 40 juta rupiah lebih. Sekarang sudah tanggal 15 namun kelihatannya angkanya tidak akan bergerak signifikan, terutama karena sudah memasuki tengah bulan (mayoritas orang Indonesia biasanya enak menyumbang di tanggal muda, hehehe. Jika di tengah bulan, biasanya mulai banyak pertimbangan. Apalagi menjelang akhir bulan).
Pernyataan Djohar ini juga bisa ditafsirkan sebagai sikap seorang pemimpin yang rela berkorban. Yang tak segan mengorbankan barang milik pribadi (dan keluarga) demi bangsa dan negara.
Namun, seperti yang dipertanyakan banyak komentator di berita kompas itu, apakah Djohar tulus dengan niatnya menjual rumah, atau itu semata pencitraan?
***