Bolehkah aku menghitung pori-porimu?
~ Kan kuhitung dengan jemari, merasakan kulitmu yang halus bagai sutra Cina, kujelajahi dengan jemari untuk merasakan keindahanmu...
Bolehkah aku menghitung pori-porimu?
~ Kan kuhitung dengan bibirku, sambil menyerap aroma tubuhmu yang wangi seperti mawar hutan...
: Aku tak peduli apakah pori-porimu berkurang satu atau seribu, atau ada yang mengerut atau ada yang mengembang : Aku tak peduli kendati pori-porimu bermandikan keringat dan terasa asin
Bolehkah aku menghitung pori-porimu?
~ Kan kuhitung bersama butir es yang membeku, bercampur tetesan madu dan susu, biar kau menggelinjang, menggeliat dan merintih...
Bolehkah aku... Hah? Apa? Ah sialan!!! Kenapa kamu gak bilang dari tadi??? (Sambil menggerutu sang suami menghentikan rayuan gombalnya setelah istrinya mengatakan dia baru saja mendapat...haid) catatan: * Didaur ulang dari (apa yang saya anggap sebagai) puisi yang dibuat beberapa waktu lalu... * Dibuat berdasarkan kisah nyata (teman kompasianer yang sudah beristri pasti tahu perasaan ini, hehehehe) Salam, *Ilustrasi gambar diambil dari sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H