Mohon tunggu...
Suka Ngeblog
Suka Ngeblog Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis buku, terkadang menjadi Pekerja Teks Komersial

Blogger, writer, content creator, publisher. Penggemar Liga Inggris (dan timnas Inggris), penikmat sci-fi dan spionase, salah satu penghuni Rumah Kayu, punya 'alter ego' Alien Indo , salah satu penulis kisah intelejen Operasi Garuda Hitam, cersil Padepokan Rumah Kayu dan Bajra Superhero .Terkadang suka menulis di www.faryoroh.com dan http://www.writerpreneurindonesia.com/

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Di Era Orba, Indonesia Langganan Juara Umum Sea Games. Sekarang? Boro-boro

7 November 2011   08:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:58 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JIKA kontingen Indonesia mampu menjadi juara umum pada hajatan Sea Games XXV mendatang, itu akan menjadi sejarah. Jika Indonesia juara umum, SBY akan menjadi presiden pertama di era Reformasi yang mampu membawa Indonesia ke posisi paling terhormat di antara negara-negara Asia Tenggara. Sejak Orde Baru (Orba) tumbang dan Soeharto lengser keprabon, Indonesia tak pernah lagi menjadi juara umum di Sea Games. Sudah empat presiden yang menggantikan Soeharto namun belum ada yang mampu menempatkan Indonesia sebagai yang terbaik di Asia Tenggara. Bagaimana dengan era Orba? Di era Orba, Indonesia langganan juara umum. Sejak pertama kali ikut pada tahun 1977 hingga 1997, Indonesia 9 kali menjadi juara umum. Hanya dua kali Indonesia menduduki peringkat kedua setelah disalip Thailand. Indonesia mencetak quattrick (juara umum empat kali beruntun) pada penyelenggaraan Sea Games ke IX tahun 1977 di Kuala Lumpur, Sea Games X tahun 1979  di Jakarta, Sea Games XI tahun 1981 di Manila dan Sea Games XII tahun 1983 di Singapura. Ketika event dua tahunan ini digelar di Bangkok tahun 1985, untuk pertama kali Indonesia hanya menempati peringkat kedua, menggondol medali emas sebanyak 62, dan dilangkahi Thailand yang mendapat 92 medali emas. Namun ketika ajang ini digelar di Jakarta dua tahun kemudian, Indonesia kembali merebut singgasana dengan meraup 183 emas, jauh meninggalkan pesaing terdekat, Thailand yang hanya mendapat 63 emas. Gelar juara umum dipertahankan Indonesia pada tiga hajatan berturut-turut, yakni di Kuala Lumpur tahun 1989, Manila tahun 1991 dan Singapore City tahun 1993. Tahta tertinggi kembali direnggut Thailand ketika hajatan berlangsung di Chiangmai, tahun 1995 namun Indonesia kembali merebut posisi teratas ketika menjadi tuan rumah, tahun 1997. Sea Games XIX tahun 1997 ternyata merupakan catatan manis untuk yang terakhir bagi Indonesia. Karena setelah itu, Indonesia tak pernah lagi menjadi juara umum. Di era Reformasi, Indonesia menempati peringkat ketiga ketika Sea Games dilangsungkan di Bandar Seri Begawan, tahun 1999. Posisi yang sama ditempati Indonesia ketika ajang ini berlangsung di Kuala Lumpur tahun 2001 dan Hanoi tahun 2003. Prestasi terburuk Indonesia terjadi tahun 2005 ketika ajang ini dihelat di Manila. Indonesia menempati peringkat kelima setelah Filipina, Thailand, Vietnam dan Malaysia!!! Dua tahun kemudian, di Nakhon Ratchasima Thailand, Indonesia memperbaiki posisi dan menempati peringkat keempat, di bawah Thailand, Malaysia dan Vietnam!! Posisi Indonesia semakin membaik di  Vientiane Laos 2009 ketika tim Merah Putih menempati peringkat ketiga, di bawah Thailand dan Vietnam.

***

Pertanyaan yang mengusik adalah, kenapa di era Orba Indonesia bisa menjadi juara umum dengan 'mudah'? Kenapa di era Reformasi saat ini Indonesia seperti mendapat kesulitan yang teramat sangat untuk menjadi yang terbaik di Asia Tenggara? Kenapa Indonesia bisa dilewati negara 'kemarin sore' seperti Vietnam, yang di akhir tahun '60-an hingga awal '70-an pernah luluh lantak akibat perang? Apakah olahraga bukan menjadi skala prioritas di era Redormasi? Apakah olahraga tidak cukup 'seksi' bagi pemerintah? Ataukah ada yang salah dengan sistim pembinaan atlet kita? Apakah pembinaan atlet kita jalan di tempat sementara negara pesaing justru berlari kencang? Ada beribu pertanyaan dan mungkin beribu asumsi. Yang pasti, tahun 2011 ini merupakan momen yang tepat untuk membuktikan bahwa Indonesia bisa kembali menjadi raja di Asia Tenggara. Jika pada penyelengaraan kali ini, ketika Indonesia menjadi tuan rumah dan tim Merah Putih tak mampu menempati tahta tertinggi, mungkin pihak terkait harus memeriksa arsip 'tempo doeloe', meneliti resep dan rumus apa yang dijalankan Soeharto dan jajarannya sehingga Indonesia pernah menjadi Garuda yang ditakuti lawan dan disegani kawan!!! Salam, *data diolah dari sini dan sini*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun