Mohon tunggu...
Suka Ngeblog
Suka Ngeblog Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis buku, terkadang menjadi Pekerja Teks Komersial

Blogger, writer, content creator, publisher. Penggemar Liga Inggris (dan timnas Inggris), penikmat sci-fi dan spionase, salah satu penghuni Rumah Kayu, punya 'alter ego' Alien Indo , salah satu penulis kisah intelejen Operasi Garuda Hitam, cersil Padepokan Rumah Kayu dan Bajra Superhero .Terkadang suka menulis di www.faryoroh.com dan http://www.writerpreneurindonesia.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tips Belanja Vs. Tips Ngeblog

28 Oktober 2011   07:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:23 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEMUA yang suka belanja belum tentu menjadi blogger (atau dalam hal ini, kompasianer). Namun semua blogger pasti suka belanja, atau setidaknya pernah berbelanja, minimal sekali seumur hidup. Tak semua pelanggan Alfamart adalah blogger, namun rata-rata blogger adalah pelanggan Alfamart (kecuali mereka yang tinggal di daerah yang tak punya cabang Alfamart).

Melihat adanya konektivitas ini, maka berbelanja dan ngeblog dapat dikait-kaitkan (kalau gak bisa dikaitkan, ya dipaksa supaya terkait, hehehe). Dengan kata lain, tips belanja (di Alfamart) juga bisa dijadikan tips untuk ngeblog.

Berikut beberapa tips belanja yang juga (bisa dipaksa) menjadi tips ngeblog. Khusus untuk tips belanja, ada yang ditujukan kepada pelanggan dan ada juga untuk Alfamart (Ya kapan lagi kita kasih masukan ke Alfamart kalau bukan sekarang. Iya gak? Hehehehe).

1.    Cukup adalah cukup

Ketika berbelanja, secara naluriah kita kerap suka tergoda untuk membeli barang yang tidak direncanakan. Kadang kita ke Alfamart mau beli produk A, namun setelah melihat-lihat, kita tergoda membeli produk B atau X, walau tidak diperlukan. Kalau dana bulanan untuk belanja tak terbatas, tentu tak masalah. Tapi jika dana Anda pas-pasan (seperti saya), membeli produk ekstra itu bisa menjadi masalah.

Jadi sebelum berbelanja, pastikan untuk hanya membeli produk yang benar-benar dibutuhkan. Caranya, berbelanjalah dengan uang pas-pasan. Biasanya metode ini cukup manjur (dengan catatan Anda tak punya kartu kredit. Jika punya, ya sama aja bo’ong, hehehe)

Pada ngeblog, tulislah sesuai kebutuhan. Banyak blogger yang tergoda menulis berpanjang-panjang, hingga ribuan kata, padahal gagasannya sebenarnya bisa dituangkan hanya dalam 300 kata. Jadi, jika ide dan opini bisa dituangkan secara singkat, tulislah singkat. Jika terpaksa menulis panjang, pecah menjadi dua atau lebih tulisan.

Bagaimana jika keinginan menulis sudah meluap-luap dan butuh pelampiasan? Ya lampiaskan saja, namun tak perlu pada satu tulisan. Setelah selesai yang satu, bikin lagi yang lain, dengan tema yang berbeda.

2.    Survey itu perlu

Jika  ingin berbelanja dalam jumlah besar, atau berencana membeli produk yang rutin digunakan setiap bulan, sebaiknya Anda melakukan survey, terutama harga. Apakah produk di supermarket X harganya benar-benar lebih murah dibanding Alfamart? Survey tak hanya pada toko atau supermarket, namun juga pada produk. Bagaimana kondisi produk itu? Bagaimana pengemasannya? Apakah ada diskonnya? Apakah ada hadiah ekstra seperti piring atau gelas? Apakah ada kebijakan mengembalikan barang jika ternyata yang dibeli kadaluwarsa atau rusak? Dengan melakukan survey, Anda bisa memilih produk yang tepat dari sisi kualitas dan juga isi kantong.

Pada ngeblog, banyak blogger yang langsung mengerutkan kening jika mendengar kata ‘survey’. Yang terbayang adalah metodologi yang rumit dan kompleks. Padahal tidak seperti itu. Survey pada ngeblog bisa dilakukan dengan sederhana. Dan caranya mudah. Yakni dengan membaca dan mengamati.

Bacalah tulisan yang dibuat sesama blogger, terutama yang temanya sama dengan Anda. Topik apa yang kerap mereka singgung? Tema apa yang dikomentari banyak pembaca? Bagaimana blogger itu mengambil sudut pandang? Simak juga bagaimana percakapan dan komentar di tulisan teman itu. Jika ada pertanyaan pembaca yang belum disinggung si penulis, Anda bisa menuliskannya.

Tentu, jika memerlukan data pendukung, Anda bisa meminta tolong Paman Google untuk mencarikan data. Dalam beberapa detik si Paman yang baik hati ini akan memberikan jawaban yang jumlahnya sampai jutaan!!

3.    Kadangkala harga ditentukan oleh kualitas

Rata-rata orang Indonesia menyukai produk yang murah dan berkualitas. Bukan hanya murah. Jika memungkinkan pasti banyak yang menginginkan produk gratisan, hehehe. Memilih produk yang murah adalah wajar dan bisa dipahami. Namun dalam hal tertentu, harga ditentukan oleh kualitas. Semakin tinggi harga, kualitasnya bisa semakin bagus.

Saya punya pengalaman soal ini. Saya pernah membeli lampu pijar merek tak terkenal yang harganya hanya ribuan rupiah. Hanya dalam hitungan minggu lampu itu sudah putus. Tak jera, saya beli lagi, merek yang sama. Hasilnya sama. Putus dalam hitungan minggu. Dengan berat hati dan sangat terpaksa saya akhirnya membeli lampu pijar merek terkenal yang harganya puluhan ribu rupiah. Hingga bertahun kemudian, sampai tulisan ini dibuat, lampu itu masih menyala!!

Di Alfamart kita dengan mudah bisa menemukan produk yang sama (misalnya susu untuk anak-anak) yang harganya sangat bervariasi. Untuk berat gram yang sama, ada merek susu yang harganya hanya 40-an ribu rupiah, dan ada yang lebih dari 100 ribu rupiah. Apakah susu yang mahal pasti lebih bagus? Dari sisi ketersediaan mineral, vitamin dan zat penting lainnya, kelihatannya begitu.

Tentu, pilihan ada di tangan Anda sebagai pembeli untuk menentukan. Pengalaman kami, susu yang harganya biasa-biasa saja hasilnya gak mengecewakan.

Sebagai blogger, ngeblog di platform gratisan (seperti kompasiana) adalah pilihan. Tentu dengan sejumlah konsekuensi, seperti tak bisa memasang iklan (baik langsung maupun terselubung). Jika ingin menjadi blogger profesional, yang disarankan adalah membeli domain dan hosting. Dengan punya domain sendiri Anda bebas melakukan apa saja, termasuk menjadikan blog sebagai mesin uang.

Biaya untuk sewa hosting bervariasi, dan biasanya semakin besar disc space dan bandwidth yang dibutuhkan, harga yang harus dikeluarkan juga lebih besar.

4.    Senyum itu...

Ketika memasuki Alfamart, di manapun itu, Anda akan disambut senyum ramah para pramuniaga. Senyum itu pertanda keramahan. Dalam tingkat tertentu keramahan merupakan perlambang profesionalitas.

Senyum pengelola akan membuat pelanggan betah. Mereka akan datang lagi dan lagi. Senyum juga harus dibarengi sikap yang mau membantu, terutama jika si pembeli ‘tersesat’ dan tak tahu di mana persisnya produk yang dicari berada. Tak jarang ada pramuniaga Alfamart yang mau mengantar pembeli ke counter yang dituju.

Sebagai blogger, senyum itu penting. Senyum blogger juga pertanda keramahan (tapi tentu bukan senyum betulan. Karena semanis apapun senyum Anda itu tak ada artinya karena saya dan teman blogger lain gak bisa lihat, hehehe). Keramahan terpancar dari sikap menanggapi komentar teman. Keramahan berarti mau mendengar masukan, enjoy jika diajak bercanda, berkepala dingin jika mendapat kritik, tetap tenang dan rasional jika berdebat serta mau menjelaskan jika dimintai bantuan.

Jadi, jika memungkinkan, balaslah setiap komentar. Jika masih punya waktu, kunjungi balik teman yang sudah bersusah payah memberi komentar, dan balas berkomentar di tulisannya.

5.    Kontes dan social media

Langkah Alfamart yang menggelar kontes sehubungan dengan peringatan 12 tahun patut diacungi jempol. Apalagi dengan menggandeng kompasiana yang punya puluhan ribu pengguna. Kontes bisa dijadikan wahana untuk membangun dan menjaga basis penggemar. Sayang saya tidak melihat diintegrasikannya kontes ngeblog ini dengan Page Facebook atau akun Twitter Alfamart. Padahal kontes semacam ini sebenarnya merupakan momen yang tepat untuk mengumpulkan fans dan follower.

Sudah terbukti, social media merupakan wahana yang efektif untuk mendekatkan diri dengan pelanggan. Social media tak hanya sarana untuk promosi, namun merupakan alat untuk berinteraksi dengan pelanggan. Untuk mendengar apa pendapat mereka, mengetahui apa keluhan dan harapan.

Yang saya amati, Page Facebook Alfamart masih bernuansa promo dan belum sepenuhnya menjadi sarana dialog antara pelanggan dan pengelola. Saya pikir Alfamart tak perlu menunggu hingga muncul surat pembaca yang dimuat di koran Kompas yang berisi keluhan pelanggan atas pelayanan. Apalagi biasanya surat pembaca semacam ini akan menjadi kampanye negatif. Melalui social media, pengelola Alfamart bisa berkomunikasi dengan pelanggan secara real time, dan jika dilakukan dengan bijak, akan membangun loyalitas pelanggan. (Kebetulan kemarin saya baru mengirimkan naskah buku berjudul ‘Mengoptimalkan Blog dan Social Media untuk Small Business’ ke editor Elex Media Komputindo. Jadi sedikit-sedikit saya tahu tentang efektivitas social media pada bisnis. Alfamart tentu bukan ‘small business’ tapi pada prinsipnya metode kerjanya sama).

***

Masih banyak tips belanja dan ngeblog yang bisa ditulis, tapi karena yang ini sudah lumayan panjang, sampai di sini aja dulu.

Tips lainnya, jika Tuhan berkenan, nanti ditulis di ulang tahun Alfamart ke-13 tahun depan, hehehehehehe

Salam,



*gambar diambil dari tituswil*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun