[caption id="attachment_355897" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi (business2community.com)"][/caption]
KEMAJUAN teknologi terutama internet membuka peluang bisnis yang tak terbayangkan. Salah satu bidang yang menarik untuk digeluti (ehm) adalah buku digital. Bisnis buku digital lumayan menggiurkan dan sangat menjanjikan.
Namun, sama halnya dengan bisnis lain di planet bumi, berbisnis buku digital juga punya plus-minusnya. Ada kelebihan dan keuntungannya. Apa saja itu?
A. Kelebihan Kita mulai dengan berita bagusnya. Yakni kelebihan berbisnis buku digital 1. Semakin mudah
Perkembangan teknologi membuat buku digital relatif mudah dipasarkan. Anda hanya perlu beberapa klik dan buku digital sudah bisa dibeli orang. Kini banyak situs yang berfungsi sebagai retailer buku digital, seperti amazon.,com. Juga ada situs tertentu yang bisa membantu sehingga buku digital bisa dipasarkan di situs terkemuka seperti Barnes & Noble, Kobo, Ibook dll.
2. Potensi pasar yang tak terbatas
Dengan semakin menjamurnya tablet dan ponsel cerdas yang menyediakan fitur membaca buku digital, maka potensi pasar kini sangat besar. Ada milyaran pengguna tablet dan ponsel cerdas yang berpotensi menjadi pembaca buku digital.
3. Tak perlu ruang penyimpanan
Jika Anda menerbitkan buku cetakan secara self publishing, jika Anda mencetak katakanlah tiga ribu eksemplar, maka rumah, kamar tidur dan gudang bisa dipenuhi buku. Jika penjualan seret, buku-buku itu akan menjadi penghuni tetap di rumah.
Buku digital tak perlu ruang penyimpanan. Naskah cukup disimpan di hard disk komputer, atau bisa juga di cloud. Jika sudah terpublikasi, file naskah akan tersimpan di server situs penjual.
4. Bisa dijual 24 jam sehari seumur hidup
Jika Anda menulis buku dan diterbitkan penerbit terkemuka, katakanlah Gramedia dan kemudian dipasarkan di toko buku, masa edar buku cetak Anda itu terbatas. Awalnya akan tampil di etalase 'buku baru'. Kemudian pindah ke rak tertentu tergantung genre. Jika belum juga laku, buku Anda akan disingkirkan buku lain yang lebih baru. Buku Anda akan dimasukkan ke gudang, atau dijual obral seharga lima ribu atau sepuluh ribu untuk tiga eksemplar.
Ini berbeda dengan buku digital yang bisa dijual 24 jam sehari, bahkan ketika Anda sedang tidur. Jika bukunya dalam Bahasa Inggris, penjualan bisa mencakup seluruh dunia. Dan, sepanjang Anda tidak meng-unpublish, buku digital itu akan dijual sepanjang masa (selama internet masih berfungsi, hehehe)
5. Anda bisa jadi 'bos'
Berbisnis buku digital, Anda bisa menjadi bos-nya. Anda bisa menjadi penulis, sekaligus penerbit. Anda bahkan bisa 'mendirikan' penerbit dengan nama tertentu sebagai wadah untuk menerbitkan buku digital. Saya sendiri 'mendirikan' hampir sepuluh penerbitan di dunia maya yang mewadahi lebih dari seratus judul buku digitaal yang dijual. Salah satunya, Daun Ilalang Publishing milik Rumah Kayu (saya dan Dee).
[caption id="attachment_355898" align="aligncenter" width="640" caption="Salah satu buku yang diterbitkan Daun Ilalang Publishing (dok. pribadi)"]
Sebagai 'bos', kita punya wewenang untuk menentukan berapa harga buku digital yang akan dijual. Kita juga bisa memilih besaran royalti, apakah 35% atau 70%. Harga buku digital juga bisa diubah kapan saja kita mau.
B. Kekurangan
Sekalipun berbisnis buku digital punya banyak kelebihan, namun ada juga kekurangannya (atau mungkin tepatnya tantangan). Apa saja itu?
1. Kualitas rendah
Banyaknya kemudahan membuat dan menjual buku digital membuat semua orang bisa berpartisipasi. Semua orang bisa menjadi (atau merasa) sebagai penulis. Akibatnya, kini banyak buku digital, terutama produk self atau indie pulishing, yang kualitasnya pas-pasan bahkan buruk.
Banyaknya buku digital berkualitas rendah membuat pamor buku digital rendah di mata (calon) pembeli.
2. Tsunasmi buku digital
Berbisnis buku digital punya kelebihan, yakni bisa terjual selamanya. Keuntungan ini sekaligus menjadi kekurangan. Karena artinya setiap hari ada ribuan buku digital baru, yang bersaing dengan buku digital yang lebih dulu dipasarkan bertahun-tahun lalu. Setiap hari semakin banyak buku digital yang membanjiri pasaran. Sementara pasar pembaca buku digital belum berkembang secara signifikan. Jumlah buku digital yang tersedia lebih besar dari yang dibutuhkan...
3, Penulis besar ikut berburu
Besarnya kue bisnis buku digital membuat banyak penerbit besar ikut berkecimpung di bisnis ini. Akibatnya, penulis antah berantah (seperti saya) harus bersaing dengan nama besar seperti John Grisham, JK Rowling, Stephen King dan para pengarang best seller lainnya seperti Gillian Flynn, pengarang Gone Girl yang sudah difilmkan dan Suzanne Collins (pengarang trilogi Hunger Games). Para pembaca pun lebih cenderung membeli buku digital karya pengarang terkemuka daripada membeli karya penulis baru yang kualitasnya juga buruk.
[caption id="attachment_355899" align="aligncenter" width="506" caption="Buku Terlaris di Amazon (dok. pribadi)"]
Dengan adanya kelebihan dan kekurangan, apa yang harus dilakukan? Jika Anda berniat terjun di bisnis buku digital, ada beberapa hal ini harus dipertimbangkan untuk dilakukan.
1. Marathon, bukan sprint
Berbisnis buku digital, sama halnya dengan bisnis buku cetak, merupakan bisnis jangka panjang. Ibarat olahraga lari, berbisnis buku digital itu merupakan "pertandingan marathon", dan bukan "sprint atau lari jarak pendek".
Untuk bisa sukses, seorang penulis butuh waktu bertahun tahun, bahkan hingga belasan tahun. Saya sendiri sudah terjun di bisnis buku digital sejak tahun 2012. Namun saya masih merasa sebagai pendatang baru yang belum tahu banyak.
2. Terkadang, bagus saja belum cukup
Karena persaingan sangat ketat, buku yang "bagus" saja terkadang tidak cukup. Karena akan bersaing dengan John Grisham dan Stephen King, kita harus menulis buku yang memaksa pembaca bilang: "wow".
Tapi, tentu saja tidak mudah untuk membuat buku yang membuat pembaca bilang "wow" atau "amazing", hehehe.
3. Tulis lebih banyak buku
Banyak penulis buku digital yang fokus pada satu buku. Ketika penjualan buku itu seret dan macet, dia putus asa dan berhenti menulis. Padahal, untuk memperbesar peluang meraih sukses, yang dianjurkan adalah menulis lebih banyak buku. Setelah buku yang satu dipasarkan, segera mulai dengan proyek baru. Semakin banyak buku yang dijual, potensi dibeli semakin besar.
Memang, menulis buku itu gak mudah. Perlu waktu hingga berbulan-bulan. Karena itu, kita perlu menyiasati, antara lain membuat buku tanpa perlu menulis. Saya bisa menerbitkan buku dengan belasan ribu kata hanya dalam jangka waktu 3 hari, sudah termasuk membuat covernya. Karena saya membuat buku tanpa perlu menulis, hehehe
4. Perluas distribusi
"Jangan menaruh apel pada satu keranjang", begitu kata pepatah. Hal ini berlaku pada bisnis buku digital. Jangan terpaku pada satu jalur distribusi. Gunakan semua saluran distribusi jika memungkinkan.
Saya awalnya hanya menjual buku digital di Amazon. Kini, saya juga menjual di sejumlah situs seperti iBooks, Barnes & Noble, Scribd, Oyster dan Kobo. Memang hingga saat ini pendapatan terbesar saya masih dari Amazon. Namun dari sejumlah situs juga sudah lumayan, terutama karena yang dijual di luar Amazon judulnya masih terbatas.
5. Atur waktu
Berbisnis buku itu perlu perhatian yang lumayan serius. Jadi mengatur waktu sangat penting. Yang disarankan, jangan melakukan hal-hal yang bisa mengganggu konsentrassi menulis buku. (Itu sebabnya, jika lagi mood bikin buku, saya sengaja gak mau buka Kompasiana. Karena sekali buka, jika ketemu tulisan bagus akan tergoda untuk komen, atau bahkan ikutan nulis, hahaha)
6. Uang yang didapat nyata
Sekalipun berbisnis digital, namun uang yang didapatkan dalam bisnis ini bukan maya, tapi nyata. Dan sudah terbukti, hehehe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H