Kekurangan dan Proyek Percontohan
Dengan berbagai kelebihan, buku ini punya kekurangan kecil. Ada beberapa bagian yang kerap diulang dan dibahas lagi, terutama soal peran desa. Buku ini juga tak memiliki “Daftar Pustaka”, sementara di sejumlah bab Yansen kerap memaparkan pendapat sejumah nama, seperti Michael Lipton (1980), Furnivall (1967), Grindle (1989), BC Smith (1985), Cole dan Parston (2006).
Juga, di bagian akhir bab Profil Penulis ada kalimat “Beliau bukan sekadar seorang birokrat, melainkan juga seorang intelektual...” Karena buku ini ditulis oleh Yansen, maka penyebutan istilah “beliau” untuk dirinya sendiri rasanya tidak terlalu tepat.
Namun kekurangan yang ada—kalau bisa disebut sebagai kekurangan, itu tidak mengubah mutu buku ini yang luar biasa. Buku ini menawarkan model pembangunan, yang seharusnya, atau mudah-mudahan, bisa diaplikasikan oleh pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Dengan Kabupaten Malinau telah memulai, kabupaten ini bisa dijadikan sebagai “proyek percontohan” bagi daerah lain yang tertarik untuk menerapkannya.
Buku ini juga menjadi bukti bahwa Indonesia tak pernah kekuraangan tokoh yang cerdas dan mendedikasikan dirinya untuk membuat masyarakat menjadi lebih baik. Setelah sosok Joko Widodo, Basuki Tjahaja Purnama, Ridwan Kamil dan Tri Rismaharini, maka di bumi Kalimantan ada sosok bernama Yansen TP. Semoga, kelak, Yang Maha Kuasa membuka jalan agar kepemimpinan seorang Yansen TP tak hanya dirasakan masyarakat Malinau dan Kalimantan Utara, namun juga Indonesia...
Semoga....
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H