[caption id="attachment_387550" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Kompas.com)"][/caption]
BERBAGAI reaksi muncul pasca-pemutaran film bertema religi, Exodus: Gods and Kings. Sebagian cukup puas, namun sebagian lagi merasa kecewa. Yang kecewa beralasan, apa yang dipaparkan dalam film itu melenceng dari kisah aslinya di Kitab Suci. Bahkan di Mesir dan Maroko, film ini dilarang beredar. Otoritas Mesir beralasan sejumlah fakta dalam film Exodus bertentangan dengan kejadian aslinya.
Exodus bukan satu-satunya film bertema religi yang mengundang beragam reaksi. Di awal tahun 2014 ini, film Noah juga mengundang kontroversi. Bahkan Noah dilarang beredar di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Dengan adanya dua film bertema religi yang memancing kontroversi, apakah itu artinya Hollywood telah ‘merusak’ film bertema religi? Bisa ya. Bisa tidak. Ya, jika penikmat sinema memang berharap akan menyaksikan versi Hollywood yang murni mengacu ke kisah aslinya di Kitab Suci. Tidak, jika penikmat film menyaksikan film itu dari sudut pandang hiburan.
[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Poster film Exodus (imdb.com)"]
Saya, kebetulan termasuk pihak yang melihat film itu sebagai hiburan. Jadi ketika menyaksikan Noah (dalam versi DVD, kemudian versi HD dari internet), juga Exodus di bioskop, saya memang ingin mencari hiburan, sekaligus cari tahu seperti apa penafsiran Hollywood pada kisah di Kitab Suci. Sejak awal saya sudah menyiapkan mental untuk “terkejut”, hehehe. Saya tahu bahwa bagaimanapun, apa yang dipaparkan sineas Hollywood itu beda dengan FILM DOKUMENTER ala National Geographic, yang membuat film bukan dengan pertimbangan komersial.
Karena itu, saya asyik-asyik saja ketika menemukan ada fakta versi film yang beda dengan Kitab Suci. Saya tidak terlalu kaget melihat kehadiran para “Malaekat” bertangan enam yang membantu Noah membangun bahtera. Ketika menonton Exodus, saya juga tidak kaget ketika ada visualisasi Allah melalui sosok anak kecil. Di Exodus, saya memilih untuk menikmati indahnya gambar, adegan pertempuran serta visualisasi datangnya malapetaka. Satu-satunya yang membuat saya kecewa adalah tidak hadirnya adegan laut terbelah. Tadinya saya ingin melihat versi mutakhir dari adegan itu, setelah melihat versi jadul dalam The Ten Commandments keluaran tahun 1956.
Hingga 28 Desember 2014, menurut Box Office Mojo, Exodus sudah meraup $149,834,075 di seluruh dunia. Dengan biaya produksi 140 juta dolar, berarti sejauh ini Exodus baru meraup untung 9 juta dolar. Pendapatan Exodus mungkin masih akan bertambah, namun diperkirakan tak akan melonjak drastis. Dari sisi box office, laba 9 juta dapat dikatakan sebagai kerugian besar. Sebagai perbandingan, dengan budget 125 juta dolar, peredaran Noah di seluruh dunia berhasil meraup 362 juta dolar.
Kenapa laju pendapatan Exodus seret? Saya menduga, itu disebabkan oleh film pesaing yang oleh penonton dinilai lebih menarik. Bersamaan dengan beredarnya Exodus, di tangga box office nangkring seri terakhir The Hunger Games. Yang juga berperan besar adalah hadirnya seri pamungkas The Hobbit, yang hingga kini masih merajai tangga film terlaris dunia.
Geliat film religi
Di tahun 2014, film bertema religi lumayan menggeliat. Ada beberapa film yang sempat menjadi perbincangan hangat di AS. Beberapa di antaranya bahkan sempat menduduki tangga 10 film terlaris edisi mingguan di Amerika Serikat. Film religi—terutama yang dibuat dari sudut pandang Kristen, cukup mendapat perhatian khalayak penikmat film. (Menurut Gallup, di AS, setidaknya separuh dari warganya mengaku menganut Kristen Protestan. 25 persen dari penduduk AS beragama Kristen Katholik).
Film bernunsa religi apa saja yang sempat menjadi perbincangan di AS?
Son of God
Film yang diputar untuk masyarakat umum pada 28 Februari 2014 ini diadaptasi dari mini seri The Bible yang disiarkan History Channel. Malam pertama setelah dirilis, film ini meraup $1.2 juta dolar dan tergolong box office. Hingga bulan Mei 2014, film ini meraup pendapatan di seluruh dunia sebesar 67,800,064 USD.
Saya belum menonton film ini, namun pernah melihat tayangan The Bible di History Channel. Sejujurnya saya merasa The Bible biasa saja, terutama dari sisi sinema. Alurnya datar dan lebih mirip film kanak-kanak ala Sekolah Minggu.
God's Not Dead
[caption id="attachment_362512" align="aligncenter" width="214" caption="Poster film God"]
Beredar 21 Maret 2014, God's Not Dead mengisahkan ‘perseteruan’ antara seorang mahasiswa penganut Kristen dengan seorang profesor perguruan tinggi yang meyakini bahwa Tuhan itu tidak ada. Sekalipun dibuat dari sudut pandang Kristen, film ini hakekatnya mewakili “isu hangat” semua agama di dunia, terutama pertentangan antara agama vs pengetahuan. Apakah di jaman modern ini Tuhan masih eksis? Apa buktinya?
Film yang juga menghadirkan cameo bintang Duck Dynasty, Willie Robertson dan istrinya Korie ini meraup laba 62 juta USD. Dengan budget 2 juta dolar, pendapatan 62 juta dolar tentu sangat lumayan.
Heaven Is for Real
Heaven Is for Real diangkat dari buku laris berjudul sama, berkisah tentang pengalaman seorang anak yang melihat (dan memasuki) surga ketika sedang dioperasi. Film yang diputar pertama kali pada 18 April ini mendapat respon yang cukup bagus, dan meraup lebih dari 100 juta dolar untuk peredaran seluruh dunia.
Left Behind
Left Behind yang dirilis 3 Oktober ini dibintangi Nicolas Cage dan diangkat dari novel berjudul sama karya Tim LaHaye dan Jerry B. Jenkins. Film ini mengisahkan tentang apa yang terjadi ketika peristiwa Pengangkatan terjadi. Konon, di akhir jaman, menjelang datangnya Kesusahan Besar, mereka yang percaya akan diangkat ke surga. Film ini fokus kepada apa yang terjadi pasca-peristiwa Pengangkatan: Mobil kecelakaan (karena pengemudinya tiba-tiba menghilang), pesawat jatuh, anak kecil dan bayi hilang, dan semacamnya.
Saya sudah menonton film ini hasil copy dari teman, dan sejujurnya film ini jelek, mirip film kategori B. Hingga Desember 2014, film ini baru meraup 19,5 juta dolar untuk peredaran seluruh dunia. Film religi di 2015 Jika di 2014 film bertema religi bisa menjadi alternatif, bagaimana dengan 2015? Kelihatannya, di tahun 2015 animo sineas Hollywood tidak sebesar 2014. Setidaknya, baru satu film bertema religi yang dipastikan akan beredar, yakni Mary, Mother of Christ. Film ini berkisah tentang Maria, ibu Yesus, ketika berusia 13, 15, 19, dan 27 tahun. Karena skenario film Mary ditulis oleh Benedict Fitzgerald yang menulis naskah The Passion of the Christ bersama Mel Gibson, maka ada yang menyebut kalau Mary merupakan prekuel dari The Passion of the Christ. [caption id="attachment_362515" align="aligncenter" width="560" caption="Poster film Mary (imdb.com)"]
Dengan melihat kualitas The Passion of the Christ , kita berharap Mary akan menghadirkan tontonan yang minim kontroversi.
Selain Mary, belum ada film bertema religi yang dipastikan beredar di 2015. Ada kabar bahwa Will Smith bakal merilis film Cain and Abel, yang berkisah tentang kedua putra Adam dan Hawa, Kain dan Habel. Namun kabar terakhir masih belum jelas.
Sempat juga muncul kabar bahwa aktor Brad Pitt akan menjadi Pontius Pilatus untuk film yang belum diketahui judulnya. Namun perkembangan terbaru juga masih kabur.
Kelihatannya, di tahun 2015, film bertema religi akan tenggelam di tengah maraknya serbuan film-film laris seperti Fast and Furious 7, The Avengers 2: Age of Ultron, James Bond: Spectre, Jurassic World, Terminator 5 Genisys, Mission Imposible 5, Star Wars 7 The Force Awakens dan masih banyak lagi.
Bagi sebagian penikmat film, mungkin lebih baik menonton film superhero atau agen rahasia dibandingkan film religi yang seenaknya diubah oleh sineas Hollywood ya? Hehehe.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H