Mohon tunggu...
Yolanda Virna
Yolanda Virna Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Suka fisika karena terpaksa. Suka mengajar karena panggilan. Suka membaca karena hobi. Suka makan karena keharusan. Suka fotografi karena kewajiban, karena tanpa yang satu itu, hidup seperti jus lemon yang tidak diberi gula!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

[UN-SMP Hari 1] Melingkar Searah Jarum Jam

23 April 2012   18:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:14 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_183836" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)"][/caption] Hampir seluruh guru SMP negeri maupun swasta yang tidak menjadi panitia UN di sekolah bertugas mengawas silang di sekolah lain - kata Kepala Sekolah: "Ini tugas negara, lakukan sebaik-baiknya ya, bapak ibu.." Namun, tadi pagi saya dan rekan guru yang sama-sama bertugas di sekolah yang sama terlambat datang, baru sampai kira-kira pukul 7.25, dan hanya ada waktu 5 menit mendengarkan pengarahan terakhir dari Panitia. .(Maaf, pengakuan dosa, he he he..) Untung hari Jumat kemarin sudah datang untuk pengarahan pengawas silang, dan karena sudah pernah bertugas mengawas tahun lalu, saya cukup pede sebelum masuk kelas. Dari observasi saya, tahun ini lebih banyak kertas-kertas birokrasi. Kasihan anak-anak SMP kita, banyak sekali dokumen yang harus diisi sebelum dapat mengerjakan soal. Pertama, harus mengisi LJUN (lembar scantron) lengkap dengan nama, kode peserta, tanggal lahir, kode paket, nama sekolah, nama mata pelajaran, tanggal pelaksanaan, pernyataan kejujuran dan tanda-tangan. Mengisi ini saja sudah menguras waktu 10 menit per-anak. Bayangkan kalau si anak mempunyai nama panjang lebih dari 20 kotak! Selain itu, ada 3 lembar berita acara yang harus diisi dengan nama, kode paket, dan tanda-tangan. Waktu mengedarkan berita acara, hampir tiap anak (mungkin karena hari pertama dengan pengawas bukan guru sekolahnya) menulis dengan tangan agak gemetar.

1335204404734609077
1335204404734609077
Kertas terakhir adalah surat pernyataan kejujuran yang sudah diketik sekolah dan harus ditanda-tangani anak dan dikumpulkan ke Panitia secara terpisah. Waduh, percuma saja merayakan Hari Bumi jika keesokan harinya ada berpuluh juta rim kertas yang tinggal menunggu waktu dicampakkan ke tempat sampah! Otomatis ketika bel mulai berbunyi, anak-anak baru mulai membuka paket soal dan membaca kira-kira 20 menit sesudahnya. Dari 120 menit waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal, anak hanya mendapat jatah 100 menit. Bagaimana nanti hari Rabu ketika mapel Matematika diujikan? 20 menit sangatlah berharga! Kesempatan mengawas silang seperti ini sebenarnya bermanfaat untuk bertukar pengalaman dengan rekan-rekan guru, tetapi tetap saja, tiap sekolah punya budaya berbeda, jadi saya agak kaget jika menemui pengawas yang tindakannya nyeleneh. Misalnya, menerima telepon ketika mengawas walaupun di tata-tertib sudah diberitahu tidak boleh membawa alat komunikasi. Sakit dada ngeliat-nya... Ada satu hal lagi yang membuat saya tambah bete, yang didengungkan Panitia sekolah tempat saya mengawas. Jika anak-anak didik saya sampai mendengar, mereka bisa tertawa rada-rada menghina (maklum lah, anak tanggung mana yang tidak hobi nyela?) - pasalnya, Panitia menegaskan berkali-kali untuk menghimbau peserta UN menghitamkan lingkaran LJUN dengan cara "melingkar searah jarum jam." Beberapa anak terlihat cukup lama menghitamkan jawaban ya gara-gara himbauan tersebut. Halaaahh, bukannya mikir aja sudah makan waktu, ini harus ngitem-in dengan baik dan benar.. Untuk rekan-rekan pengawas yang bertugas besok, tolong himbauan di atas jangan terlalu dihiraukan. Lembar scantron sudah dibuat sedemikian rupa agar tahan dengan tekanan pensil 2B. Memang, tetap ada bagian yang sensitif, yaitu ujung kiri dan kanan yang berkotak hitam. Kotak-kotak hitam itu dibuat mudah rusak agar jika terjadi kesalahan, pengawas tidak perlu repot menghancurkan lembar LJUN tersebut - cukup disilang dengan pulpen maka alat pemindai tidak akan bisa membaca LJUN. Kalau seperti ini, saya curiga, jangan-jangan masih banyak rekan guru yang gaptek alias gagap teknologi. Kesian ya, guru Indonesia! Sukses hari-2! Bahasa Inggris oi! Good luck to my students :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun