Bukan orang Indonesia yang patut berbangga pada budaya Indonesia sendiri, malah orang barat yang berbangga belajar pada budaya Indonesia ini. Menelisik dari dokumen (foto-foto) orang Indonesia terdahulu sekitar tahun 1803-1923 yang dimiliki oleh salah satu museum di belanda, merupakan asset yang berharga yang dimiliki oleh belanda. Betapa tidak, dokumen tersebut tidak dapat digandakan oleh Negara lain termasuk ndonesia kecuali dengan memberikan royalty pada empunya dokumen tersebut. Pendidikan budaya dan sastra sunda pada strata satu (S1) masih bisa dipelajari di ranah sunda, sedangkan untuk strata dua (S2) dipelajari di ranah negeri kincir angin. Sebuah ironis budaya ndonesia yang dibiarkan begitu saja oleh pemuda kini.
"Sedikit mengkritisi dari kondisi mentalitas (pemuda) kini yang lebih memperuntukan pada keuntungan pribadi dibandingkan pada keuntungan semua elemen masyarakat. Lebih bangga setelah lulus kuliah dengan IP (nilai) cumlaude dan bekerja pada perusahaan asing dengan gaji yang besar tentunya."
Peran pemuda kini
Bukan permasalahan ideology yang harus dipertaruhkan ataupun turun kejalan untuk menurunkan penjajahan karakter yang besar yang disebut neokolonialisme yang ditanamkan dunia barat untuk Negara yang berkembang. Tapi kemampuan penalaran yang harus diperkuat untuk menguasai dan meruntuhkan masalah ini. Nilai budaya yang terkandung baik nilai filosofi, science, ataupun mitos dalam satu permainan budaya Indonesia yang sudah diambil nilainya oleh bangsa lain, mampu diputarbalikan fakta tersebut dengan menyentuh nilai sumpah pemuda 28 yang direlevansikan pada masa kini.
Tumpah darah yang satu merupakan nilai pertama yang terkandung dalam sumpah pemuda 1928. Merupakan menjunjung Indonesia sebagai Negara yang dimiliki oleh pemuda. Semua pemuda Indonesia berhak memiliki dan wajib menjaga Negara ini dari ancaman intervensi dunia luar sehingga kedaulatan yang dimiliki oleh bangsa ini tetap kokoh dalam haluan pancasila. Memiliki alam untuk dijaga serta dimanfaatkan sendiri dalam upaya kebutuhan rakyat menyeluruh. Dengan penegembangan ilmu yang didapat oleh (pemuda) dari pendidikan formal maupun informal mampu mempertahankan dan menjaga kedaulatan sesungguhnya. Adanya riset dan penelitian membantu dokumentasi secara ilmiah maupuni jurnalistik pengamanan tahap pertama kekayaan Indonesia. Dokumen akan bernialai jual mahal pada masa dibutuhkan penelitian lanjutan ataupun sebagai bahan lanjutan pendidikan.
Poin kedua sumpah pemuda "mengakoe berbangsa jang satoe" yang mengandung unsure bangsa yang berbagai etnis suku dan agama merupakan satu culture yaitu Indonesia. Menelisik ataupun melihat dari perbedaan budaya, suku, agama, maupun warna kulit merupakan sumber dari riset yang harus dilakukan oleh (pemuda) sebagai bahan olahan akademis, supaya berbagai perbedaan mampu menjadikan senjata yang tajam dalam menempuh ideologis bangsa Indonesia yaitu pancasila. Ideologis pancasila yang begitu kuat menjadikan Indonesia sebagai Negara yang berdaulat tanpa intervensi ideology luar dengan penjajahan character berupa neokolonialisme. Masa kini lebih dari 10 % (pemuda) mencicipi dunia pendidikan tinggi diseluruh Indonesia, hal ini sangat mendukung dalam mengembangkan seluruh aspek kekayaan yang dimiliki Indonesia.
Salah satu unsure penting dari suatu Negara merupakan bahasa, bahasa mulai dijadikan alat pemersatu yang kuat. Unsure bahasa identik dengan budaya, mengingat bahasa Indonesia berasal dari serapan bahasa melayu dan semua bahasa serapan daerah di berbagai Indonesia. Riset dan penelitian yang dilakukan (pemuda) mampu menjadikan sebagai pertahanan budaya Indonesia. Setaip bahasa mengandung filosofis nilai science, moral, dan budaya yang terkandungannya, begitu pula dengan bahasa Indonesia yang mempunyai kandungan semua isi daerah Indonesia dari sabang sampai merauke. Seperti pada poin ketiga sumpah pemuda "mengjoenjoeng bahasa persatoean".
Semangat pemuda 1928 nampaknya akan muncul kembali setelah melihat realita pada kondisi semua elemen bangsa ini. Memfokuskan pada pergerakan riset yang mampu men-dokumentasikan semua hasil penelitian, sehingga hasil riset sebagai dasar terusan ilmu pengetahuan. Lebih dengan penelitian pada ranah kekayaan Indonesia, focus dalam riset dan dokumentasi semua yang menyangkut kekayaan alam, budaya, suku, dan agama Indonesia menjadikan hasil penelitian tersebut referensi sebagai aplikan kemajuan Indonesia.
Penulis merupakan mahasiswa aktif yang mengikuti
Lembaga Pers Kampus (LPM) Kavling 10 Universitas Brawijaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H