Di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, tepatnya di Desa Lambang Kuning, Kecamatan Kertosono ada sebuah situs terkenal, yaitu petilasan Gajah Mada, seorang pejabat kerajaan Majapahit berpangkat patih.
Konon, pada masa pemerintahan kerajaan Majapahit dipimpin oleh Hayam Wuruk, patih Gajah Mada sempat tinggal di Desa Lambang Kuning ini, menyusul tragedi perang di akhir masa pemerintahan raja Majapahit.
Pada saat penyelamatan raja Majapahit ke daerah Bedander, Bojonegoro, patih Gajah Mada sempat tinggal di Desa Lambang Kuning. Yaitu sebuah desa di dekat Sungai Brantas. Di desa ini, patih Gajah Mada menemui istrinya, yaitu seorang putri Cina, berparas cantik dan berkulit kuning.
Putri Cina istri patih Gajah Mada ini oleh penduduk desa setempat dikenal sebagai Putri Kuning atau Lambang Kuning. Sehingga, hingga sekarang desa yang pernah ditempati Putri Kuning keturunan orang Cina ini disebut Desa Lambang Kuning.
Dikabarkan penduduk Desa Lambang Kuning, istri Gajah Mada asal Cina itu tinggal di desa setempat hingga akhir hidupnya dan di makamnya di situs Lambang Kuning juga.
Menurut Amin Fuadi, Kasi Kesejarahan dan Kepurbakalaan Disparporabud Nganjuk, situs petilasan Lambang Kuning memiliki legenda yang kuat. Yaitu menceritakan seorang tokoh terkenal pada jaman Majapahit bernama Patih Gajah Mada. Karena pada masa akhir pemerintahan kerajaan Majapahit, Patih Gajah Mada pernah tinggal di Desa Lambang Kuning untuk menemui istrinya, seorang putri keturunan dari Cina.
Situs Lambang Kuning dimungkinan berupa candi meski tidak mencapai ketinggian tertentu. Di sekitar candi juga banyak ditemukan tinggalan, berupa serpihan keramik dan gerabah yang sejaman masa majapahitan. Sehingga, di Desa Lambang Kuning jaman dahulu dimungkinan sebuah perkampungan yang sangat luas.
"Di sekitar situs ini (lambang Kuning,Red) banyak juga ditemukan tinggalan kuno. Luasnya, sekitar lima hektar. Artinya di area itu, dulu pernah dihuni oleh penduduk," terang Amin.
Sekarang situs Lambang Kuning dirawat dengan baik oleh penduduk desa setempat. Bahkan oleh warga dijadikan obyek wisata dan banyak dikunjungi wistawan, baik dari lokal Nganjuk maupun luar daerah. Sayang, situs Lambang Kuning terkesan stagnan dan hanya berupa tumpukan reruntuhan batu bata. "Padahal, situs Lambang Kuning ini layak dikembangkan seperti situs-situs lain, dieksvasi agar terlihat struktur bangunan candi yang sebenarnya," tukasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H