Setelah dilepaskan oleh tentara Belanda dari penjara Kediri, Pandergoen alias Soeratman alias Admodimoeljo, bukannya kapok. Akan tetapi dia semakin tercambuk semangatnya untuk berjuang mengusir penjajah Belanda.
Keluar dari penjara, Pandergoen ikut berjuang lagi. Dengan ilmu intelijen kepolisian yang dimilikinya, beliau selalu menginformasikan kepada pejuang tentang rencana-rencana serdadu Belanda.
Dengan informasi tersebut, TNI dapat melakukan sabotase dan menggagalkan rencana Belanda untuk mengejar para pejuang, baik TNI maupun polisi. Bahkan, banyak serdadu Belanda yang tewas ketika melakukan pengejaran terhadap para pejuang.
Geram atas ulah Pandergoen yang selalu menggagalkan rencananya, tentara Belanda kemudian kembali melakukan penangkapan terhadap Pandergoen. Belanda datang membawa anjing pelacak hingga Pandergoen dapat ditangkap dan dipenjara di Kertosono.
Pandergoen dipenjara beberapa bulan, kisaran antara tahun 1948 sampai tahun 1949. Dengan dipenjaranya intel polisi keturunan Belanda ini, praktis penjajah dapat menguasai Kabupaten Nganjuk. Sebab, salah satu mata-mata Republik Indonesia ini tak bisa berbuat banyak saat dipenjara.
Kendati di penjara Kertosono ini hanya beberapa, Pandergoen mengalami siksaan yang amat kejam. Badan beliau sampai kurus karena hanya diberi makan sehari satu kali oleh Belanda. Ketika dibebaskan, beliau jalan kaki dari Kertosono ke Baleturi. (BERSAMBUNG)
(Sumber: Wawancara Witanto, 56, cucu Pandergoen)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H