Mohon tunggu...
Suka Adi
Suka Adi Mohon Tunggu... Guru - Penulis Legenda

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Pejuang Polisi Intelijen Pandergoen di Nganjuk (Bagian 2)

18 Juni 2019   06:10 Diperbarui: 18 Juni 2019   06:24 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semua akses jalan Nganjuk - Madiun dikuasai Belanda, termasuk stasiun kereta api (Dokpri)

Setelah dilepaskan oleh tentara Belanda dari penjara Kediri, Pandergoen alias Soeratman alias Admodimoeljo, bukannya kapok. Akan tetapi dia semakin tercambuk semangatnya untuk berjuang mengusir penjajah Belanda.

Keluar dari penjara, Pandergoen ikut berjuang lagi. Dengan ilmu intelijen kepolisian yang dimilikinya, beliau selalu menginformasikan kepada pejuang tentang rencana-rencana serdadu Belanda.

Dengan informasi tersebut, TNI dapat melakukan sabotase dan menggagalkan rencana Belanda untuk mengejar para pejuang, baik TNI maupun polisi. Bahkan, banyak serdadu Belanda yang tewas ketika melakukan pengejaran terhadap para pejuang.

Geram atas ulah Pandergoen yang selalu menggagalkan rencananya, tentara Belanda kemudian kembali melakukan penangkapan terhadap Pandergoen. Belanda datang membawa anjing pelacak hingga Pandergoen dapat ditangkap dan dipenjara di Kertosono.

Pandergoen dipenjara beberapa bulan, kisaran antara tahun 1948 sampai tahun 1949. Dengan dipenjaranya intel polisi keturunan Belanda ini, praktis penjajah dapat menguasai Kabupaten Nganjuk. Sebab, salah satu mata-mata Republik Indonesia ini tak bisa berbuat banyak saat dipenjara.

Kendati di penjara Kertosono ini hanya beberapa, Pandergoen mengalami siksaan yang amat kejam. Badan beliau sampai kurus karena hanya diberi makan sehari satu kali oleh Belanda. Ketika dibebaskan, beliau jalan kaki dari Kertosono ke Baleturi. (BERSAMBUNG)

(Sumber: Wawancara Witanto, 56, cucu Pandergoen)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun