Mohon tunggu...
Suka Adi
Suka Adi Mohon Tunggu... Guru - Penulis Legenda

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Pejuang Polisi Intelijen Pandergoen di Nganjuk (Bagian 2)

18 Juni 2019   06:10 Diperbarui: 18 Juni 2019   06:24 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Witanto, cucu Pandergoen menunjukkan kandang kuda kakeknya, tempat menyembunyikan data dan senjata pejuang (dokpri)

Lepas dari konflik internal yakni pemberontakan PKI Madiun/Muso, Indonesia harus kembali berhadapan dengan Belanda pada Agresi Militer Belanda II atau Operasi Gagak, yang terjadi pada 19 Desember 1948.

Agresi diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Perdana Menteri Sutan Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya.

Jatuhnya ibu kota negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara. Pada masa itu, rumah Pandergoen yang ada di Desa Baleturi, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk, dijadikan markas pejuang.

Para pejuang menyimpan peralatan perang dan obat-obatan di kandang sapi belakang rumah. Di rumah Pandergoen ini, bila malam hari dijadikan sebagai markas para pejuang. 

Mereka berkumpul untuk menyusun strategi dan menyampaikan informasi tentang kekuatan dan pergerakan Belanda oleh Pandergoen.  Sedangkan, siang harinya para pejuang pergi bergerilya, sehingga di rumah yang hingga saat ini masih berdiri kokoh itu, kondisinya sepi, tidak ada kegiatan dari para pejuang sama sekali.

Witanto, cucu Pandergoen menunjukkan kandang kuda kakeknya, tempat menyembunyikan data dan senjata pejuang (dokpri)
Witanto, cucu Pandergoen menunjukkan kandang kuda kakeknya, tempat menyembunyikan data dan senjata pejuang (dokpri)

Seiring berjalannya waktu, rupanya kegiatan para pejuang di rumah Pandergoen ini terendus oleh Belanda. Suatu ketika, beberapa intelijen Belanda menyatroni rumah Pandergoen, namun selalu tidak bisa bertemu dengan Pandergoen. Bahkan, serdadu Belanda pernah melakukan penyergapan terhadap intel polisi keturunan Belanda ini.

Serdadu Belanda pernah melakukan penggerebekan terhadap Kakek Pandergoen di rumah. Namun dia bisa lolos melalui pintu samping dan melompat pagar. Belanda terus melancarkan tembakan namun gagal menangkap Pandergoen.

Sekali gagal menyergap, minggu berikutnya serdadu Belanda kembali mengepung rumah anak Demang Vandergoen ini. Namun kali ini, Pandergoen yang telah berganti nama pribumi Jawa (Soeratman) dapat ditangkap Belanda dan dibawa ke Kediri untuk dipenjarakan.

Dalam penahanan, Soeratman dipaksa dan disuruh mengakui jika dia orang Belanda dan ditawari menjadi polisi Belanda. Namun beliau tidak menolak dan tetap mengaku sebagai pribumi Jawa.

Sewaktu ditahan di markas Kediri oleh Belanda, Soeratman mengalami banyak siksaan. Sebagai pribadi yang tangguh dan disiplin tinggi sebagaimana didikan Demang Vandergoen, ayahnya, meski disiksa dan dipaksa, Soeratman tetap bungkam dan tidak mau membocorkan rahasia perjuangan kepada Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun