Katalog Arsip No. 482 Koleksi ARA (Algemene Tijks Archief) Deh Haag, Salinan No. 3024a / 4205
Nganjuk -- Kompasiana - Sejak tahun 1993, proses penetapan hari jadi Kabupaten Nganjuk sudah menjadi perdebatan antar kalangan pejabat elit di Nganjuk. Dalam seminar sehari tentang penetapan hari jadi Kabupaten Nganjuk, tanggal 21 Agustus 1993 oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Nganjuk, ada tiga pemakalah seminar, yaitu; H. Habib Mustopo dengan judul seminar, "Anjukladang Cikal-bakal Nganjuk.Â
Kajian Historis dalam Rangka Hari Jadi Kabupaten Nganjuk"; Harimintadji dengan judul seminar, "Menapak Sejarah Hari Jadi Kabupaten Nganjuk"; dan AFT. Eko Susanto dengan judul seminar ,"Hari Jadi Kabupaten Nganjuk".
Berikut penulis menemukan beberapa kontroversi terhadap isensi penetapan hari jadi Kabupaten Nganjuk dengan peristiwa boyongan pusat pemerintahan Kabupaten Berbek menuju Kabupaten Nganjuk.
Penulis awali dari naskah seminar Harimintadji dari sub judul, "Boyongan Pusat Pemerintahan dari Kabupaten Berbek Menuju Kabupaten Nganjuk."
Harimintadji menyampaikan alasan dan waktu boyongan sebagai berikut; Â pada masa pemerintahan KRT. Sosrokusumo III, (1878 -- 1901), telah terjadi suatu peristiwa besar bagi perjalanan sejarah pemerintahan di Nganjuk hingga sekarang. Peristiwa sejarah tersebut adalah adanya kepindahan tempat kedudukan pusat pemerintahan dari Kota Berbek ke Kota Nganjuk.
Mengapa harus pindah ke Nganjuk?
Sebagaimana dikutip dalam Encyclopaedie van Nederlandsch Indie's Grovenhoge; Mertimes Nijhoff, (1919), halaman 274 -- 275, terdapat keterangan yang menjelaskan bahwa ibukota Berbek adalah wilayah yang terisolir, karena itu tentunya sulit untuk berkembang, kebetulan pada waktu itu sedang dilaksanakan pembangunan jalur kereta api jurusan Surabaya -- Solo, sehingga ibukota Kabupaten Berbek perlu pindah ke Ngandjoek yang dekat jalur kereta api, strategis dan lebih mudah dalam berhubungan dan komunikasi dengan dunia luar.
Persoalannya, kapan waktu yang tepat proses terjadinya boyongan?
Dalam Encyclopaedie disebut angka tahun 1883. Apakah benar pada tahun itu menunjukkan peristiwa terjadinya prosesi boyongan?