Singaraja, Provinsi Bali sangat bergantung dengan sektor pariwisata yang kontribusinya lebih dari 50%. Ketika pandemi datang, pariwisata langsung terpuruk, dan perekonomian Bali pun mengalami kontraksi yang dalam. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa mengatakan, perekonomian di dua kuartal terakhir pada tahun 2020 mengalami kontraksi yang lebih parah dibandingkan perekonomian nasional.
Bak layangan di tengah badai mungkin istilah yang tepat menggambarkan kondisi pelaku usaha pariwisata di Bali kini. Mereka harus banting setir guna cukupi kebutuhan hidup selama pandemi, bahkan ada yang harus menganggur. Tak heran, sejak pertama kali kasus positif COVID-19 diumumkan di Indonesia oleh Presiden Joko Widodo awal Maret lalu, pandemi yang telah merenggut nyaris 900 ribu nyawa di seluruh dunia ini dengan cepat memukul perekonomian.
Pada kuartal II 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi cukup dalam, yakni -5,32 persen. Bahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut pandemi corona sebagai "perfect storm" yang memporakporandakan perekonomian Indonesia.
Jika nantinya pada kuartal III Â pertumbuhan ekonomi kembali terkontraksi, dipastikan Indonesia memasuki jurang resesi, seperti halnya Singapura dan Australia. Sektor pariwisata jadi salah satu sektor yang paling terpukul karena pandemi. Sempat ditutup untuk kunjungan wisatawan, Bali telah membuka kedatangan wisawatan domestik sejak 31 Juli lalu. Tetapi Pulau Dewata itu masih tertutup bagi wisatawan mancanegara (wisman), yang biasanya paling banyak menghamburkan uang selama berlibur di sana.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Bali mengalami kontraksi hingga 12,28% pada kuartal III-2020, dan kontraksi 12,21% pada kuartal IV-2020 jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019 (year on year/yoy). Secara kumulatif, ekonomi Bali sepanjang 2020 mengalami kontraksi 9,31% .
Saputra adalah pekerja di sektor pariwisata Bali yang 'dirumahkan' selama pandemi virus corona. Dia belum yakin bisa cepat dipanggil untuk bekerja, meski pemerintah Bali sudah memberi lampu hijau bagi turis domestik datang ke Pulau Dewata. "Dibuka lagi mungkin tidak seramai tahun lalu, mungkin dari orang-orang luar negeri nggak dibolehkan ke sini karena di Bali itu masih belum terlalu terkumpul, terdata dengan baik. Kalau turis domestik itu sedikit," kata Suputra. Â
Akibatnya, pekerja di sektor pariwisata pun harus kehilangan pekerjaan. Ia membeberkan, ada sekitar 3.000 pekerja pariwisata yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Pada akhirnya, angka pengangguran di Pulau Dewata pun meningkat."Ada 3.000-an datanya yang di PHK. Dan dari data BPS per Februari kemarin, angka pengangguran Bali menjadi meningkat yang biasa pengangguran Bali itu adalah paling rendah secara nasional. Dan sekarang posisi kita ada di urutan ke 18 yaitu sebesar 5,63%. Dalam keadaan normal angka pengangguran kita hanya 1,2-1,3%," ujar dia.
Untuk itu, penanganan pandemi di Bali sangatlah krusial agar pariwisata di Bali pulih, begitu juga dengan ekonominya. Ia mengatakan, vaksinasi di Bali perlu mencakup 70% dari total penduduk. Dengan demikian, bisa tercipta herd immunity agar kasus harian COVID-19 di Bali bisa menurun.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Gianyar, Pande Mahayana Adityawarman, mengatakan bahwa dia kaget saat mendengar kabar soal pembukaan kembali pariwisata Bali yang disampaikan Jokowi. "Kalau yang dijadwalkan dulunya pertama September, kami berharapnya bisa dibuka di awal tahun tapi sekarang di tahun depan, lumayan berat untuk kami," ungkapnya kepada Kompas.com, Selasa (16/3/2021). Menurut dia, pandemi Covid-19 yang berlangsung selama satu tahun memberatkan pariwisata Bali karena kurangnya pendapatan. Terlebih, para pelaku industri masih harus membayar maintenance tempat dan upah kerja.
Ada 3.000-an datanya yang di PHK. Dan dari data BPS per Februari kemarin, angka pengangguran Bali menjadi meningkat yang biasa pengangguran Bali itu adalah paling rendah secara nasional. Dan sekarang posisi kita ada di urutan ke 18 yaitu sebesar 5,63%. Dalam keadaan normal angka pengangguran kita hanya 1,2-1,3%,
Untuk itu, penanganan pandemi di Bali sangatlah krusial agar pariwisata di Bali pulih, begitu juga dengan ekonominya. Ia mengatakan, vaksinasi di Bali perlu mencakup 70% dari total penduduk. Dengan demikian, bisa tercipta herd immunity agar kasus harian COVID-19 di Bali bisa menurun.
Menurut dia, pandemi Covid-19 yang berlangsung selama satu tahun memberatkan pariwisata Bali karena kurangnya pendapatan. Terlebih, para pelaku industri masih harus membayar maintenance tempat dan upah kerja. Dalam pembukaan pariwisata internasional, mereka menerapkan kebijakan cukup ketat, di antaranya syarat tes PCR sebelum keberangkatan dan juga tes PCR pada saat datang. (Sa)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H