Berangkat dari PujoBae, saya mencoba membeli Magot Rp100 ribu. Itik saya yang sudah sebulan tidak bertelur saya kasih pakan Magot, dedak (sebaiknya jagung pipil) dan sayuran. Hasilnya setiap pagi itik bertelur 4-6 butir dari 7 itik yang saya pelihara. Belajar dari pengalaman, saya berencana memanfaatkan bekas kandang sapi utnuk mengembangkan peternakan itik petelor. Kami akan merombak kandang diberi kolam dan diatasnya untuk ternak itik petelor.
Usaha itik petelor sudah sangat maju di daerah Brebes dan Tegal, Jawa Tengah. Kedua daerah tersebut telah lama menjadi sentra penghasil telor asin dan bebek pedaging untuk mensuplai rumah makan bebek di Jakarta dan kota-kota lainnya. Sentra telor asin perlu dikembangkan di Luar Jawa, RKS PELNI Barokah bisa menjadi pelopor dengan mengoptimalkan RKS untuk memproduksi Magot untuk pakan itik atau bebek. Hasil telor diolah lagi untuk pembuatan telor asin. Sehingga ada nilai tambah ekonomi dan dapat menyerap tenaga kerja lokal untuk pengrajin telor asin dan tenaga pemasaran.
Dalam beberapa tahun ke depan RKS PELNI harus dapat menjadi pelopor cara mengelola sampah dan cara meningkatkan ekonomi melalui pembuatan sentra-sentra ekonomi baru. Bila kegiatan optimalisasi RKS PELNI Barokah berhasil, kegiatan ini dapat dikembangkan di RKS Rahayu di Kota Bima dan menyusul di pulau-pulau lainnya di Nusantara, tempat persinggahan kapal-kapal PELNI.
Dengan demikian, bagian PKBL/CSR PT. PELNI (Persero) bukan hanya mendonasikan dananya namun telah berbuat lebih bermanfaat,  menjadikan bantuan PELNI lebih bermanfaat untuk meningkatkan martabat bagi pengembangan ekonomi wilayah. Dari RKS-Magot-Telor Asin, PELNI terus  berbagi  untuk negeri. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H