PT. Pelayaranan Nasional Indonesia (Persero)-PELNI terus merajut mimpi menjadikan  Laut Indonesia  bersih. Mimpi itu  terus diwujudkan perseroan yang berdiri pada 28 April 1952 ini  dengan langkah-langkah nyata diantaranya pengelolaan sampah kapal yang diolah berkonsep pengolahan berkesinambungan.
Sebagai perusahaan BUMN transportasi laut, tentu laut  bukan  saja hanya sahabat, namun laut adalah prasarana kapal-kapal PELNI untuk berlayar  ke berbagai pulau di Nusantara untuk melayani warga negeri ini mengantar orang dan atau barang ke seluruh penjuru Nusantara. Cara pandang PELNI Laut sebagai sahabat, menjadi pemicu untuk  menjadikan laut Nusantara bersih.Â
 Seperti kita tahu laut Nusantara kini dipenuhi berbagai sampah baik dari daratan melalui pembuangan sampah ke laut maupun sampah dari daratan yang dibawa air sungai ke laut.Â
PELNI sebagai perusahaan pelayaran penumpang yang menghasilkan banyak sampah kini telah mengolah Sampah Berkonsep 3R (Reuse, Reduce, Recycle). Langkah ini agar sampah dari kapal dapat diolah habis tanpa bekas.
Hingga Desember 2019 perseroan telah sukses membangun dua RKS. Pertama RKS di Kota Batu Licin, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan yang dibangun pada 2018.Â
"RKS PELNI Barokah" Â ini sudah memberkahi para relawan, masyarakat dan juga generasi penrus bangsa. Sekolah-sekolah di Batu Licin dari SD hingga SLTA menimba ilmu untuk mendapat pengalaman baru dari para relawan.
Penguatan karakter ini menjadi penting bagi para siswa SMAN 1 Simpang Empat dalam rangka persiapan mengikuti "Lomba Sekolah Adiwiyata Mandiri dan Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional 2020. "Kami diminta memberikan bimbingan dan memfasilitasi cara mengolah sampah dengan "Bimbingan Karya 3R" untuk pembekalan para siswa untuk lomba," terang Abu Herman dalam WA grup Kampung Barokah PELNI.
Keberhasilan pengelolaan RKS PELNI Barokah,  Batu Licin telah menggema di seantero Kabutaen Tanah Bumbu. Tidak hanya sekolah namun instansi Kepolisian dari  Polres Tanah Bumbu juga melibatkan RKS PELNI Barokah dalam beberapa kegiatanya.Â
"Alhamdulillah keberadaan Kampung PELNI Barokah  memberikan manfaat tidak hanya kepada relawan, namun juga memberkahi lingungan," terangnya.
Setelah suskses membangun dan mengelola RKS Kota Batu Licin, perseroan melanjutkan programnya di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan membangun "RKS Melayu". Â
Melayu adalah sebuah nama yang akan terus menempel karena letak RKS ada di Desa Melayu, Kota Bima. Program ini  merupakan program bina lingkungan (BL) yang ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga, termasuk sampah dari Kapal PELNI untuk diubah menjadi barang bernilai jual.
Dalam mewujdukan tata kelola sampah berkonsep 3R, PELNI tidak bekerja sendiri, perseroan yang berdiri 28 April 1952 ini menggandeng Pemerintah Kota Bima yang sangat mendukung program RKS Melayu ini. "Dalam  opersionalnya, RKS Melayu PT. PELNI (Persero)  dibina oleh lembaga non profit Generasi Muda Cerdas (GMC)  Foundation yang sebelumnya bersama PT. PELNI (Persero)  telah sukses menjalankan program yang sama di Batu Licin, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan sejak 2018," kata Ketua DPA-SMK3LH Capt.Yanto Durianto yang meresmikan RKS bersama Wakil Wali Kota Bima Feri Sofiyan.
Dalam pelayaran melayari nusantara, lanjut Capt. Yanto Durianto, Â terdapat 5 (lima) Â Kapal PELNI yang singgah di Pelabuhan Bima dan rata-rata menghasilkan 12 ton sampah setiap bulannya. Dari jumlah tersebut, RSK Melayu PT. PELNI (Persero) memisahkan sampah anorganik dari sampah organik dan mampu mengelola rata-rata 6 ton sampah anorganik untuk dijadikan barang bernilai jual.
"Masyarakat binaan RKS Melayu PT. PELNI (Persero) Â memanfaatkan sampah seperti botol plastik, popok bayi, sendok plastik, bungkus rokok, bahkan tutup botol. Sampah tersebut akan diubah menjadipot tanaman, meja kursi, vas bunga dan tempat sampah. Untuk pemasarannya, kita mengandalkan penjualan online maupun kunjungan langsung masyarakat yang berminat ke RKS Melayu," tambah Capt. Yanto Durianto.
RKS Melayu PT PELNI (Persero) Â sendiri berdiri di atas lahan TPS milik Pemerintah Kota Bima yang sudah memiliki kemampuan 3R (reduce, reuse, recycle). Untuk mendukung kegiatannya, PT. PELNI (Persero) Â melengkapi RKS Melayu dengan bangunan kerja ukuran 5 X 6m, sepeda motor bak roda 3 untuk angkutan sampah, serta 1 unit mesin untuk pengayak sampah dan 2 unit mesin pencacah sampah organik dan anorganik.
Kehadiran RKS Melayu selanjutnya akan membina sembilan TPS milik Pemkot Bima dengan bimbingan dari pegiat lingkungan asal "Kampung Inspirasi Bandung." "Kami berharap kehadiran RKS Melayu PT. PELNI (Persero)  dapat  meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar, khususnya menghadirkan lingkungan yang sehat dan memiliki nilai tambah dari sampah rumah tangga yang dihasilkan," tuturnya.
Pemilihan Kota Bima sebagai RKS-PELNI yang kedua dilatarbelakangi beberapa pertimbangan, diantaranya;
- Permasalahan sampah merupakan Permasalahan yang hampir tidak berkesudahan baik di tingkat Nasional maupun Internasional. Permasalahan  harus disikapi serius oleh setiap perusahaan dan daerah. Pemerintah Kota Bima adalah salah satu dari beberapa daerah yang sangat konsisten terhadap permasalahan sampah. Kota Bima  sangat kooperatif dalam mendukung program PELNI  dalam pengelolaan sampah dari kapal.
- Dalam menyikapi masalah sampah  Kota Bima sudah membangun TPS dengan Konsep 3R (Reuse, Reduce, Recycle). Potensi ini kami tingkatkan. Melalui survai oleh Tim GMC RKS Kota Bima bisa dibangun, tanggal 5 Desember 2019 kemarin diresmikan oleh Wali Kota Bima dan Kepala DPA SMK3LH PT. PELNI Persero).
- Kota  Bima disinggahi 8 kapal, di mana keseluruh kapalnya membawa sampah dan hingga saat ini dibuang ke TPA tanpa dikelola dengan konsep 3R,  sehingga PELNI  hendak turut serta dalam penyelesaian masalah sampah, dimana Kota Bima memiliki  program yang dapat disinkron dengan PELNI.
Dalam menangani sampah,  PELNI telah mengubah dari sebelumnya  asal membuangnya  ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) diperbaiki dengan inovasi baru, mengolah sampah dan limbah kapal menjadi barang berguna dengan konsep 3R.Â
Sampah sisa makanan diolah menjadi pelet untuk pakan ikan. Sampah organik diolah menjadi pupuk dan sampah botol dan kardus didaur ulang menjadi barang bernilai ekonomi.Â
PELNI membuang sampah ketika kapal sandar di pelabuhan  singgah di berbagai kota. Cara menurunkan sampah ke truk  sebelumya  dilempar dari atas kapal. Cara ini berisko plastik bisa  pecah sampah berhamburan dilakukan inovasi dengan  membuat  peluncur kantong berisi sampah  yang terbuat dari bahan deklit/terpal untuk melindungi kantong sampah  agar plastik sampah tidak jebol, dan mengarahkan kantong sampah ke truk dengan aman.
Peluncur sampah berbahan terpal/deklit tebal ini merupakan karya karyawan PT. PELNI (Persero) Â Dirga Maulana yang juga VP Pelayanan Jasa ini dapat mengamankan dan mengarahkan sampah untuk membantu menata sampah didalam truk. Inovasi ini memberikan nilai tambah, sampah tidak berserakan dan mencegah plastik pecah karena tekanan dilempar dari atas kapal.
Melalui Program PELNI Peduli perseroan melakukan pembinaan serta pemahaman terhadap masyarakat di tempat RKS-PELNI untuk dapat mengelola sampah menjadi berbagai jenis produk bernilai jual serta sebagai sarana edukasi "sekolah sampah".
Program PELNI Peduli sudah berhasil membangun RKS di Batu Licin, Â Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan dan Bima. Selain itu dilakuakn pula Revitalisasi Terumbu Karang di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta dan Pulau Bangka, Sulawesi Utara dan Jikomalomo, Ternate, Maluku Utara.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H