China mendapat mandat dalam  pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung  (KCJB) setelah bersaing dengan Jepang pada 2016 silam. Sebagai negara paling produktif di dunia, China tak  menyia-nyiakan kesempatan dan  kepercayaan dari pemerintah RI. Meskipun melalui medan yang sulit berupa pegunungan di Priangan Barat, kereta cepat begitu cepat pengerjaanya, sehingga terowongan sepanjang 685 meter di Walini, Bandung Barat sudah tembus.
Melewati medan pegunungan, melalui  sisi jalan tol dan sisi rel kereta eksisting, pembangunan kereta berkecapatan tinggi ini mampu mempertontonkan  kinerja lokal dan pekerja China di negeri ini. Tanpa banyak bicara, tanpa banyak diketahui secara luas,  China mengawali pembangunan kereta cepat dari Walini, daerah perkebunan  teh milik BUMN, yang ke depan akan disulap menjadi kota baru, kota modern dan  terpadu dengan perumahan elit dilengkapi rumah sakit, sekolah dari tigkat dasar hingga universitas serta  berbagai fasilitas bertaraf  internasional.
Strategi China membangun dari hutan perkebunan teh menjadikan pekerjaan diawal berjalan lancar dibanding harus membangun di daerah sisi jalan tol yang penuh hiruk pikuk lalu lintas kendaraan siang malam. Strategi memulai  jauh dari  jalan tol seperti bekerja dalam diam meskipun mereka bekerja keras siang malam. Dalam setahun kemudian tahu-tahu sebuah terowongan sudah tembus gunung. Luar biasa China bekerja.
Setelah terowongan tersambung, kereta api yang dikelola perusahaan patungan Indonesia-China yang diberi nama Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) berencana menyambungkan ke arah Bandung dan kearah Jakarta. Pembungan yang dimualai dari tengah ditarik ke kanan kiri maka akan  tersambung seluruh jaringan rel Jakarta-Bandung.
Berbeda dengan kereta konvensional yang dikelola PT KAI, KCJB tidak memerlukan banyak stasiun sebagai tempat pemberhentian. Setelah berangkat dari Stasiun Halim Perdana Kusuma atau Stasiun Bandung Timur di Tegal Luar, Â kereta cepat rencananya hanya akan singgah di Walini sebagai kota baru di masa mendatang dan Stasiun Bandung Timur sebagai stasiun akhir.
Terwujudnya mimpi memiliki  kereta cepat di negeri ini  bakal melengkapi infrstruktur darat di tanah Jawa yang sudah memiliki infrastruktur jalan tol Trans jawa, rel kereta api, jalan konvensional, jalur udara hingga jalur laut Jakarta-Surabaya tersedia. KCJB  akan menjadi magnet dalam membangun infrastruktur kereta cepat di Indonesia, khususnya di Jawa yang dalam waktu tertentu akan  terbangun kereta cepat Jakarta-Cikampek-Cirebon-Semarang-Surabaya.
China memiliki strategi brilian. Pada awal mereka ambil Jakarta-Bandung, dan seperti disampaikan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berharap KCJB akan diteruksn ke Bandara Kertajati, Jawa Barat. Bandara yang pembangunanya diinisiasi Pemprov Jabar yang masih sepi ini akan dipancing dengan kereta cepat dan diharapkan akan menarik minat pengguna Bandara kertajati.
Setelah tersambung hingga Kertajati, KCIC pasti punya rencana berikutnya akan meneruskan hingga Cirebon yang bisa dibuat jalur kereta cepat Kertajati-Cirebon atau Cikampek-Cirebon. Setelah membangun infrastruktur Jakarta-Bandung, China tinggal meneruskan membangun rel KA dari Cikampek ke Cirebon.
Dengan modal infrastruktur yang sudah dimiliki pada koridor Jakarta-Cikampek yang merupakan bagian dari rel KCJB maka China lebih diuntungkan karena dengan alasan berhemat hal itu bisa digunakan untuk merayu pemerintah Indonesia agar kereta cepat Jakarta-Surabaya juga dikerjakan oleh China. Dengan demikian negeri panda ini dapat menguasai Jawa dengan kereta cepatnya.
Strategi ini  kemungkinan besar akan dikembangkan China sebagai negara paling agresif di dunia dalam penguasaan teknologi dan membangun kereta cepat di banyak negara di dunia. Berawal dari kereta cepat Jakarta-Bandung, China akan menguasai Jawa sepanjang jalur kereta cepat yang akan dikembangkanya .
Kehadrian KCJB di Indonesia akan menjadi pendorong berkembangnya transportasi KA semakin kencang setelah diundangkan Undang-undang Nomor 23 Tahaun 2007 tentang Perkeretaapian.
Undang-undang yang memberikan kepada swasta untuk masuk membangun, mengoperasikan dan mengelola perkeretaapian sudah terwujud implementasinya dengan pembangunan kereta oleh swasta makin tersalurkan.
Pasca diundangkan 12 tahun silam, realisasi kereta api swasta sudah mulai terlihat sejak pembangungan Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta yang sudah beroperasi sejak 1 April 2019 silam. Setelahnya lahir pula Ligth Rail Transit (LRT) Jabotabek yang dibangun pemerintah pusat dan LRT Jakarta yang dibangun Pemprov DKI.
Pembangunan Rel KCJB dan rel LRT Jabotaebek yang dibangun sejajar  disisi  kanan kiri jalan tol Jakarta-Cikampek ada dampak positif dan negatifnya. Salah satu sisi positifnya dapat mempercepat pembangunan karena tidak perlu pembebasan lahan. Sisi negatifnya dengan manyatunya beberapa moda berbeda dalam satu wilayah yang sama akan memberikan ketidaknyamanan, khusunya bagi kendaraan di jalan tol.
Masyarakat dan pengguna jalan tol akan sama-sama menyaksikan dan merasakan bagaimana ketika sedang menumpang  kendaraan pribadi atau bus umum tiba-tiba disalip kereta kecepatan tinggi  lalu disalip pula oleh  LRT yang melintas di sisi berbeda.
 Menyatukan infrastruktur kereta api dan infrastruktur  jalan tol dari satu sisi meghemat lahan. Di sisi lain, kita akan  menyatukan kebisingan dan menyatukan lalu lintas dalam satu kawasan. Yang belum dibangun kanal di sisi kanak kiri jalan tol. Masalah ini perlu dikaji sebelum seluruh infrastruktur selesai dibangun, sehingga aturan-aturan seperti apa yang perlu diterapkan ketika menggunakan jalan tol dapat diantisipasi sejak dini.
Kita tidak boleh berdiam diri hanya menyaksikan pembangunan fisik saja namun  juga perlu bergerak menyiapakan SDM yang akan meneglola dan manusia yang akan menggunakannya. Kehadiran kereta cepat akan mengubah peta lalu lintas orang bepergian dari satu kota ke kota lainnya dengan cepat. Kita nantikan untuk menikmatinya. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H