Memulai Dari Stasiun Jakarta Kota
Saaat itu kondisi perkeretaapian di tanah air sangat tidak mampu bangkit dari keterpurukan, baik karena faktor internal maupun eksternal yang sulit diselesaikan secara permanen. Beruntung sejak 24 Februari 2009 PT. KAI mendapat pemimpin baru, Ignasius Jonan yang bersama-sama seluruh karyawan kereta api waktu itu, berhasil melakukan perubahan dahsyat, sehingga masyarakat bisa menikmati pelayanan kereta api seperti saat ini.
Atas keberhasil Jonan  membenahi kereta api, Jonan dipilih menjadi Menteri Perhubungan oleh Presiden Jokowi. Sayangnya pria kelahiran Surabaya ini diganti sebelum semua beres. Padahal Jonan saat itu sedang berbenah di seluruh sektor perhubungan, baik darat, laut,  udara,  dan angkutan perkotaan.
Dibalik keberhasilan PT KAI berubah total, ada beberapa usaha yang sudah dilakukan oleh sumber daya KAI sebelum Jonan bergabung dengan KAI. Pada saat itu Daop 1 Jakarta dipimpin oleh Judarso Widyiono sebagai Kadaop. Ia menggantikan Mulyanta Sinulingga. Sedangkan di Divisi Jabotabek dipimpin Tating Setiawan.
Sebelum Jonan memimpin KAI, managemen di PT KAI,  khususnya  Daop 1 Jakarta ada 2 pimpinan, Daop 1 dan Divisi Jabodetabek yang saat ini telah berubah menjadi PT. Kereta Commuter Indonesia (KCI), sebagai pengelola KRL Jabodetabek.
Sebagai komunikator perusahaan, tentu ingin menyampaikan hal baik perusahaan. Sayang kondisi perusahaan saat itu tidak ada yang bisa dijual, diekspose keluar. Karena itu, saya mencoba melakukan perubahan dengan memulai menertibkan lingkungan stasiun, kondisi lingkungan jalur KA dengan konsep "Bedah Stasiun" sebagai suatu untuk memperbaiki citra korporasi.
Meskpiun jabatan saya sebagai Humas, namun melenceng dari Tupoksi dan dan Yos Asmat Saputra menjadi konseptor, komunikator, kordinator dan pelaksana penertiban.Â
Konsep Bedah dalam kelanjutanya tidak hanya menertibkan dan menata stasiun tetapi juga ada "Bedah Lintas", yaitu menertibkan suatu kawasan kumuh menjadi tertib sesuai dengan obyek sasaran. Bila lokasinya stasiun diberi nama Bedah Stasiun. Bila lokasinya di lintas "Bedah Lintas. Bila lokasinya di Depo "Bedah Dipo".
Sebelum  Jonan datang konsep "Bedah" menjadi tren memulai peruabahan dan membentuk citra baik di KAI yang diawali di Daop 1 Jakarta. Dengan konsep  "Bedah"  yang sebetulnya hanya kerja bakti karyawan,  kegiatan PT KAI menarik media, sehingga media terus mencari informasi penertiban yang sedang dilakukan. Media besar seperti Kompas, Tempo yang diikuti televisi mengangkat nama Humas Daop 1 menjadi cepat dikenal, bahkan nama Humas Daop 1 Jakarta ketenaranya meilebihi Direktur Utama PT KAI saat itu Ronny Wahyudi, maklum sumber atau pusat media ada di Jakarta dan orang yang dicari media adalah orang komunikatif.
Tak heran bila nama Kepala Humas Daop 1 dan Jabodetabek  seringkali wajahnya sering muncul  di televisi,  suaranya sering didengar di Radio, terutama Radio Elsinta yang selalu mewawancarai saat dilakukan penertiban dan saat terjadi krodit perjalanan kereta api, khsususnya KRL Jabodetabek.