PT Industri Kereta Api (INKA) Madiun sedang membangun pabrik kereta api di Banyumwangi, Jawa Timur. Pembangunan pabrik baru di kawasan Tanjung Wangi, Banyuwangi ini  merupakan upaya INKA mengembangkan bisnis pabrik kereta api nasional menuju persaingan global.
INKA tidak hanya mampu membangun gerbong, kereta tanpa mesin saja, namun pabrik yang dikelola anak bangsa ini telah mampu membangun kereta bermesin mulai KRLI, KRDE, KRD, Kereta Bandara, LRT hingga rencana membangun kereta api kecepatan tinggi atau hight speed Train berkecepatan 350 km/jam pada 2030 mendatang.
Sebagai anak bangsa kita harus bangga dan bersyukur kita sudah mampu memproduksi kereta untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Selain itu kita juga harus lebih bangga karena produk INKA juga diekspor ke manca negara, Bangladesh, Filiphina dan Thailand.
Pembangunan pabrik kereta di Banyuwangi selain meningkatkan kapasitas produksi juga untuk efisiensi. Pasalnya produk INKA untuk pasar Sumatera, Sulawesi dan manca negara harus diangkut dengan kapal laut, sehingga kereta harus dikirim dari Madiun ke Pelabuhan Tanjung Wangi melalui jalan darat ke Banyuwangi menggunakan super truck.
Pasar INKA, kini tidak hanya PT Kereta Api Indonesia (Persero)-KAI saja. INKA tidak hanya  mampu membangun kereta ekonomi, eksekutif, kereta Bangladesh yang merupakan kereta tanpa mesin. Â
Perusahaan BUMN pabrik  kereta terbesar dan satu-satunya di ASEAN ini telah mampu membuat  kereta rel disel (KRD), kereta rel disel elektrik (KRDE), kereta rel listrik Indonesia (KRLI), kereta rel listrik Bandara Soetta. Kereta Bandara Minangkabau dan Light  Rail Transit (LRT) Palembang. LRT Jabodetabek dan lokomotif hidrolik.
Secara bertahap dari tahun ke tahun kerjasama yang semula hanya dengan satu negara diperluas dengan manca negara bukan hanya Jepang, namun Amerika dan Jerman menjadi sarana menimba ilmu. Perusahaan satu-satunya kebanggaan negeri ini, sudah mampu membuat lokomotif disel hidrolik.
Meskipun lokomotif itu tidak dipergunakan PT KAI, karya fenomenal anak bangsa ini harus kita hargai. Dalam usianya yang belum genap 40, Indonesia telah mampu membuat kereta api sendiri di dalam negeri untuk digunakan sendiri dan ekspor.
Produk INKA didalam negeri harus bersaing dengan produk dari Jepang (KRL Bekas) yang dipakai PT Kereta Api Comuter Indonesia (KCI), Kereta Bandara Kualanamu Medan (Korea). LRT Jakarta (Korea), MRT (Jepang), Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dan gerbong PPCW dari China.
Memasuki tahun 2016, INKA mencoba memproduksi lokomotif disel hidrolik jenis CC 300. Lokomotif berwarna merah ini dipesan oleh Direktorat jenderal Perkeretaapian sebagai supporting pengembangan perkeretaapian dalam negeri.
Memasuki tahun 2017, INKA memproduksi kereta Ligth Rail Transit (LRT) Palembang pesanan Direktorat Jenderal Perkeretaapian. Memasuki tahun 2018-2019 INKA membangun kereta Driverless Train, kereta tanpa pengemudi untuk LRT Jabodetabek.
Kemudian pada tahun 2020, INKA akan memproduksi Medium Speed, kereta kecepatan menengah  160 km/jam. Mulai 2022 hingga 2030, INKA akan mengembangkan dan membangun kereta api  kecepatan tinggi dengan kecepatan 350 km/jam atau Hihg Speed Train.
Kemampuan INKA membangun KA kecepatan tinggi menjadikan Indonesia akan sejajar dengan Perancis, Jepang, China sebagai produsen KA kecepatan tinggi dunia. Â Â
Dalam membangun produknya INKA memanfaatkan produk bervariasi, sehingga tingkat kandungan komponen dalam negeri (TKDN)  antara  42 % hingga 60 %, tergantung jenis produknya.
Kandungan TKDN dalam negeri akan menyerap tenaga kerja dan industri  lokal. Kini INKA merambah dunia dengan produk-produknya. Meskipun masih pasar Asia, kemampuan INKA dalam memproduksi kereta tidak perlu diragukan lagi. INKA terus membangun, memenuhi kebutuhan kereta untuk dalam negari dan manca negara. INKA Hadir Untuk Negeri. Maju Bangsa Besama INKA. ***   Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H