Presiden Jokowi Widodo (Jokowi) baru saja kunjungan  kerja ke Kota Agats, ibu kota Kabupaten Asmat, Papua Barat. Kunjungan presiden yang sudah direncanakan cukup lama ini mendapat sambutan sangat meriah  warga Suku Asmat sebagai penduduk asli. Jokowi berboncengan mengendarai motor listrik dengan Ibu Negara, Iriana Joko Widodo keliling Kota Agats menerobos hujan lebat yang mengguyur tiba-tiba dengan sepeda motor listrik.
Presiden yang berkeliling mengendarai motor listrik di Agats tak dapat  terlepas dari terbatsanya prasarana jalan raya yang sangat terbatas, sehingga sarana transportasi juga tidak dapat berkembang karena terbatasnya lahan daratan untuk membangun jalan.
Kunjungan Presiden Jokowi disambut warga dengan suka cita yang memadati di pinggir jalan di  sepanjang jalan raya. Mereka bergembira dapat berjumpa langsung dengan orang nomor satu di negeri perpenduduk 254 jiwa lebih ini.
Kunjungan presiden juga memberikan rasa bahagia bagi warga yang terus mengelu-elukan presiden. Jokowi menjadi satu-satunya presiden RI yang mau, mampu dan pernah berkunjung ke Suku Asmat yang tinggal jauh dari hiruk pikuk kebisingan ibu kota, Jakarta.
Karena memiliki jalan raya terpendek di dunia, transportasi daratjuga sangat terbatas yang  hanya  motor listrik dan gerobag dorong menjadikan Agats menjadi kota paling ramah lingkungan di dunia. Tarnsportasi listrik hampir pasti tidak menimbulkan kebisingan dan polusi udara.
Sedangkan gerobag dorong berbahan kayu sebagai kendaraan pengangkut barang ditarik tenaga manusia juga tidak menghasilkan kebisingan dan polusi. Hal ini menjadi pendorong dan latar belakang  Kota  Agats dapat diusulkan ke PBB untuk mendapatkan penghargaan kota poling ramah lingkungan di dunia.
 Meskipun letaknya di atas rawa-rawa dan jalan raya terbuat dari papan serta sebagian kecil dari cor beton  sepanjang kurang lebih 2,8 km, Agats yang menjadi terkenal karena kasus gizi buruk yang menewaskan puluhan  anak-anak di akhir 2017 menjadi perhatian dunia. media asing memberitakan peristiwa kasus busung lapar di Kabupaten Asmat. Kedatangan Presiden Jokowi akan dapat merubah kota Agats.
Agats seabai  kota paling  ramah lingkungan dengan trasnportasi motor  listrik dan gerobag dorong sebagai transportasi utama warga di atas jalan raya selebar  sekitar 4  meter membuat sarana transportasi sebagai urat nadi kehidupan harus menyesuaikan kondisi. Tak ada mobil, truk apalagi kereta api, semua serba terbatas di kota kabupaten yang terletak di Provinsi Papua Barat ini. Meskipun serba terbatas, kota Agats memiliki peran penting dan menjadi akses penting ke Kabupaten Asmat.
Untuk menuju Agats dari Jakarta, kita dapat menggunakan pesawat udara menuju Timika atau Merauke, kemudian kita dapat meneruskan dengan penerbangan  dengan pesawat kapasitas terbatas dari Timika atau Merauke. Naik pesawat kecil dengan kapasitas sangat  terbatas, 12 orang, diperlukan nyali agar bisa tiba di Kabupaten Asmat. Selain itu dapat pula akses dengan kapal laut milik PT. Pelni yang berlayar secara rutin ke rute Agats dari Bitung dan Surabaya.
Sarana transportasi laut memiliki peran  sangat penting karena sebagai sarana angkutan barang untuk memasok kebutuhan barang kebutuhan pokok. Kapal Pelni yang berukuran besar menjadi sarana akses termudah dan termurah dari luar, karena Pelni mengoperasikan kapal tipe 1.000 pax yang mampu mengangkut 1.000 orang dan ratusan ton barang.  PT. Pelni (Persero) mengoperasikan 2 kapal penumpang, KM. Leuser dan KM. Tatamailau.
Dua kapal milik BUMN transportasi laut terbesar di Nusantara ini berperan penting dalam memasok kebutuhan pokok  warga. Setiap minggu 2 kapal ini bergantian memasok beras, sayur mayur, telor, minyak goreng, tepung terigu yang  didatangkan dari Timika dan Merauke untuk memasok hampir seluruh kebutuhan pokok warga yang harus didatangkan dari luar Kabupaten Asmat.
Agats sebagai kota di bibir barat Pulau Papua menghasilkan  sagu dan ikan laut ini,  barang-barang kebutuhan pokok hanya dapat dipasok oleh kapal Pelni. Peran perusahaan transportasi laut sebagai penghubung pulau-pulau untuk menghubungkan Nusantara menyatukan Indonesia. Â
Untuk menghubungkan suku-suku di pedalaman, transportasi perahu atau  kapal motor menjadi andalan warga. Diperlukan  waktu berjam-jam bahkan ke daerah terjauh diperlukan waktu  berhari-hari, ratusan liter bensin/solar untuk menjangkau warga di suku pedalaman.
Karena kondisi alam yang demikian berat, Kabupaten Asmat sulit berkembang karena terbatasnya lahan daratan yang tidak berawa-rawa. Untuk mencapai kemajuan Kabupaten Asmat agar setara dengan kabupaten lain di Indonesia salah satu caranya kota harus pindah tempat, mencari lokasi terbaik untuk tempat tinggal. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H