Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jalur KA Lingkar Layang, Bukan Sekadar untuk Perlintasan Sebidang

3 April 2018   18:04 Diperbarui: 3 April 2018   18:46 3522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah Hindia Belanda telah membangun loopline  atau jalur lingkar Jakarta dari Manggarai-Jatinegara-Pondokjati-Kramat-Senen-Kemayoran-Kampungbandan-Angke-Duri-Tanahabang-Karet-Sudirman-Manggarai dan kembali ke Jatinegara. Kereta lingkar Jakarta saat itu dibangun sebagai sarana transportasi di dalam kota.

Dalam jalur lingkar Jakarta dibangun stasiun-stasiun transit yang hingga saat ini difungsikan PT. KAI perpindahan penumpang  kereta api (KA) dari Merak-Jakarta di Tanahabang. Bogor-Jakarta di Manggarai. Kereta dari seluruh Jawa di  Jatinegara. Dan lintas Duri-Tangerang di Duri serta Kemayoran-Tanjung Priok.

Rancangan Belanda menghubungkan berbagai titik dengan stasiun tarnsit menandakan Belanda berencana membangun transportasi KA sebagai basis mobilitas warga  di ibu kota.  Maklum, saat itu kendaraan jalan raya tidak dikembangkan Pemerintah Hindia Belanda. Mungkin kalau Belanda masih bertahan di Indonesia Jakarta akan didesain dengan transportasi berbasis rel.

Transportasi berbasis rel di negara-negara maju seperti Jepang, Belgia, Belanda  dan Perancis, empat  negara yang pernah penulis kunjungi, transportasi KA menjadi andalan bagi seluruh warga melakukan mobilitas sehari-hari. Dengan transportasi berbasis rel, negara-negara ini tidak  terjadi kemacetan. Ke mana pun pergi, warga  naik KA, kendaraan sungai dan bus  yang sangat nyaman dan menjadi pilihan warga. Di negara-negara tersebut kendaraan mobil pribadi tidak terlalu banyak.

Sejak orde baru, pembangunan di negara kita mulai melirik angkutan berbasis jalan raya dengan mobil-mobil Jepang mulai membanjiri seluruh pelosok negeri. Makin dibangun jalan dan jalan tol,  makin macet karena warga memilih kendaraan pribadi sebagai sarana mobilitas utama. Setelah terjadi kemacetan luar biasa, pemerintah melirik kembali  transportasi berbasis rel.

MRT dari Lebak Bulus ke Hotel Indonesia dalam setahun lagi akan selesai. Pembangunan LRT Cawang-Bekasi Timur dan LRT Dukuh Atas-Kelapa Gading serta LRT Cawang- Cibubur bakal rampung serentak dan dapat dipergunakan tahun depan. Transportasi berbasis rel diharapkan mengubah budaya dan memindahkan warga dari transportasi pribadi ke transportasi umum yang akan menawarkan keamanan, kenyamanan dan tarifnya terjangkau.

Jalur Kereta Api Layang atau Loopline yang sempat diwacanakan 7 tahun lalu kini siap dilaksanakan pada tahun 2020. Jalur Lingkar Layang akan dibangun dalam rangka mengatasi lonjakan penumpang commuter sebesar 2 juta orang per hari. Saat ini penumpang KA commuter telah melebihi 1,1 juta per hari.

Loopline akan berperan dalam mengatasi kemacetan dan mengurangi volume lalu lintas di jalan raya Jakarta, "Dengan akan dibangunnya loop line, maka penumpang kereta api dari Jabodetabek dalam tujuannya ke titik-titik sentra bisnis di ibukota tidak perlu lagi berganti transportasi lainnya tetapi cukup naik ke atas menggunakan kereta api Loopline," kata Kepala BPTJ Bambang Prihartono.

Tender Investasi untuk pembangunan Jalur Lingkar Layang akan dilaksanakan oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), "BPTJ akan menawarkan kepada badan usaha yang berminat dalam bentuk skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dengan pola Solicited," ungkap Bambang.

Jalur Lingkar layang meliputi Manggarai -- Pondok Jati -- Rajawali -- Kampung Bandan -- Tanah Abang- Manggarai. Pembangunan Loopline juga akan meningkatkan frekuensi pemberangkatan kereta karena waktu tunggu (headway) setiap pemberangkatan semakin pendek. Loopline juga dibangun dalam upaya meningkatkan jumlah penumpang.

Dalam hal ini, BPTJ sedang melaksanakan pelelangan umum dengan jasa konsultasi guna untuk mendukung percepatan pembangunan loopline dengan kegiatan yang disebut DED (Detailed Enginering Design), "Akan ada dua tahap DED, tahap I meliputi lintas Pondok Jati -- Rajawali -- Kampung Bandan sepanjang 11 Kilometer yang akan dilaksanakan oleh BPTJ tahun ini dan sudah melalui proses melalui pelelangan umum dengan jasa konsultasi. Dan tahap II akan dilaksanakan tahun depan dan meliputi jalur lintas Kampung Bandan -- Tanah Abang -- Manggarai sepanjang 18 Kilometer," kata Bambang.

Pembangunan loop line adalah program jangka panjang BPTJ yang bertujuan untuk mengatasi kemacetan Jabodetabek dan juga untuk mengurangi jumlah pelintasan sebidang. Pada jalur loopline, perlintasan sebidang masih menjadi momok bagi pengguna kenadaraan jalan raya. Pembangunan jalur lingkar layang tidak sekedar menghilangkan perlintsan sebidang, namun akan meningkatkan nilai ekonomi di sekitar stasiun-stasiun di jalur lingkar. Kita tunggu, semoga ada umur panjang dan dapat menikmati KA lingkar layang. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun