Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Angkutan Ternak yang Mendukung Aspek Kesejahteraan Satwa Perlu Dilanjutkan

15 Maret 2018   06:57 Diperbarui: 15 Maret 2018   11:45 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara angkut ternak sebelum ada kapal ternak (tribunnews.com)

Peternakan sapi, kerbau dan kuda di Indonesia sudah sejak dulu kala dan hampir tersebar di seluruh pulau di Indonesia. Daerah-daerah penghasil ternak sapi dengan populasi cukup tinggi ada di Sulawesi, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Bali, Jawa, dan juga di Aceh. Sementara kebutuhan hampir terpusat di Jawa, khususnya Jabodeabek. Sentra peternakan di luar Jawa harus mengirim sapi-sapi ke Jawa, utamanya ke Jabodetabek.

Kebutuhan daging di Jakarta saja 600-800 ekor per hari. Dari kebutuhan itu, PD Dharmajaya, BUMD DKI Jakarta hanya mampu memasok 350 ekor sapi per bulan atau 3 % dari total kebutuhan. Sisanya disuplai dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, NTT dan ada juga dari impor baik dalam bentuk sapi hidup maupun daging segar.

Untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di DKI dari luar Jawa, pengiriman sapi dilakukan dengan kendaraan darat dan harus pula dengan kapal laut. Sedangkan pengiriman dari Jawa Timur, Jawa tengah dan Jawa Barat dilakukan dengan truk karena masih dalam satu pulau. Untuk mengirim sapi antar pulau sarana transportasi hanya kapal laut yang mampu mengangkut dalam jumlah besar. Sedangkan angkutan di darat, kereta api dan truk menjadi pilihan.

Untuk menjaga agar sapi tidak melompat ke luar, kapal disekat-sekat dengan bambu, karena desain kapal tidak dibikin khusus untuk ternak. Cara menaikkan ternak ada yang menggunakan jaring. Beberapa ekor sapi dimasukkan jaring dan diangkat dengan crane untuk dimasukkan ke kapal yang sudah di sekat dengan bambu mirip kandang. Demkian juga ketika bongkar, sapi dimasukkan jaring dan diturunkan dengan crane.

Karena kondisi habitat dan lingkungan kapal yang jauh berbeda ketika perjalanan di laut, sapi-sapi menjadi stres. Kadang mereka berontak, mogok makan hingga masuk angin dan mengakibatkan bobot sapi susut hingga 13%-20 %. Menurunnya bobot sapi merugikan peternak dan pedagang. Hal ini menjadi penyebab peternak tidak mampu menjual dengan harga mahal. Tengkulak juga tidak mau rugi, karena risiko sapi sakit, bobot berkurang, bahkan terkadang ada yang mati, membuat tengkulak membeli sapi dengan harga murah.

Tahun 2015 pemerintah meluncurkan 1 kapal ternak, Camara Nusantara I. Kapal buatan dalam negeri itu mampu mengangkut 500 ekor sapi. Kapal dilengkapi dokter hewan, pengawal atau kleder yang bertugas menjaga, memberi makan dan minum kepada hewan sejak pelabuhan awal hingga pelabuhan tujuan. Dalam satu bulan kapal dapat mensuplai 1000 ekor sapi ke DKI Jakarta.

Cara memuat hewan ke kapal tentu berbeda dengan kapal nonternak. Kapal ternak didesain khusus, dibuat kamar-kamar dilengkapi tempat minum dan makan. Untuk memasukkan ternak ke kapal, mobil pengangkut di darat cukup parkir di sisi dermaga. Melalui lorong sapi dirahkan ke ruang mana dengan cara digiring memasuki lorong mirip terowongan. Demikian juga ketika akan turun dari kapal, truk siap, sapi tinggal digiring keluar sesuai jumlah dan kapasitas truk yang akan mengangkut. Caranya mudah, praktis dan sapi tidak rusak. Sapi akan turun dengan bahagia.

Kapal ternak Camara Nusantara I menempuh 4 hari pelayaran dari NTT ke Jakarta. Selama pelayaran, sapi-sapi akan dirawat, diawasi oleh dokter hewan. Pakan untuk ternak dijatah Rp 100 ribu per ternak. Jumlah yang lumayan besar dibanding jatah makan manusia. Ternak pun lebih sejahtera, tidak stres dan bobot susutnya maksimal hanya 5 % sd 8 %. Sangat jauh dengan ketika diangkut dengan kapal kargo biasa yang penuh risiko dan kurang perikehewanan.

kapal ternak Camara Nusantara 1 (bisnis.tempo.com)
kapal ternak Camara Nusantara 1 (bisnis.tempo.com)
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan, Ditjen Perhubungan Laut menugaskan PT Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) untuk mengoperasikan 2 (dua) kapal angkutan ternak tahun 2018, KM. Camara Nusantara 1 yang sudah beroperasi dan KM. Camara Nusantara 3 yang pembangunanya selesai pertengahan tahun. Penugasan itu tertuang dalam surat Direktur Jenderal Perhubungan Laut nomor AL. 307/1/2/DJPL-18 tanggal 19 Februari 2018 perihal Pelaksanaan Kegiatan Pengoperasian Kapal Angkutan Ternak TA. 2018 yang ditujukan kepada PT PELNI.

"Pengoperasian kapal angkutan ternak dilakukan untuk menjamin terselenggaranya pengangkutan ternak dari daerah produsen ke daerah konsumen dengan jadwal kapal yang tetap dan teratur sehingga dapat memberikan kepastian waktu bagi peternak sapi untuk mempersiapkan dan mengirimkan ternak hasil produksinya serta memastikan selama pelayaran lingkungan kandang, makanan/minuman, sirkulasi udara, sistem pembuangan dalam kondisi baik sehingga kondisi kesehatan, kesejahteraan dan bobot hidup hewan ternak terjamin sampai ke pelabuhan tujuan," kata Direktur Lalulintas dan Angkutan Laut, Dwi Budi Sutrisno di Jakarta.

Dari 6 (enam) kapal angkutan ternak yang beroperasi di tahun anggaran 2018 ini, 2 (dua) di antaranya dioperasikan oleh PT PELNI sebagai bentuk penugasan dari Pemerintah. PT PELNI akan mengoperasikan kapal KM Camara Nusantara 1 dengan kode trayek RT-1: Kupang - Waingapu - Tanjung Priok - Cirebon - Kupang dan Kapal KM. Camara Nusantara 3 dengan kode trayek RT-2: Kupang - Tanjung Priok - Cirebon - Kupang - Cirebon - Bengkulu - Cirebon - Kupang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun