Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kunjungi Tiga Negara Hampir Lompat Bus di Amsterdam

28 Februari 2018   19:07 Diperbarui: 28 Februari 2018   19:33 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pemandu memperlihatkan tiket KA TGV (Foto Sujadi)

Suatu keberkahan diberi kesempatan pelatihan di luar negeri.  Penulis bersama 20 peserta  mengikuti pelatihan ke Perancis, negeri embahnya Perkeretaapian di Eropa, dan dunia. Salam hormat dan ucapan terima kasih untuk  Dirut PT. Kereta Api Indonesia (Persero)-PT. KAI, Ignasius Jonan atas  kesempatan  pelatihan hospitality  di SNCF (Sociaty National Corporation France),  BUMN Perkeretaapian di negeri pusat mode, Perancis.

Bus rombongan tiba di terminal II Bandara Soekarno Hatta,  check in dan  imigrasi. Tak lama menunggu, kami masuk ke pesawat Malaysia Air Line  A-300-200 berkapasitas 100 penumpang dengan riang. Dua jam dari Bandara Soetta ke KLA (Kuala Lumpur Airport). Pesawat negeri jiran mendarat mulus di negeri serumpun dengan Indonesia itu. Rombongan transit, pindah pesawat berbadan lebar berkapasitas 350 seat-Boing A 300-700.  Perjalanan dari KLA ke Bandara CDG (Charles De Gaul) Paris, Perancis ditempuh  13 jam.

Pukul 06.30 waktu  mendarat dengan mulus di Bandara  CDG. bersalaman dengan para penjemput  terdiri Ibu Sita, penanggung jawab protokoler dari SNCF,   Ratna, dosen perguruan tinggi di Bandung  sedang tugas belajar  dan Sevina,  mahasiswi yang juga  karyawati Bappeda Kota Pekalongan sedang tugas belajar di Perancis. 

Udara dingin menyengat tubuh. Meskipun sudah menggunakan baju rangkap empat, udara masih menembus daging dan tulang, rombongan menuju bus luks sopir berdasi berdandan rapi. Setelah menembus jalan yang sedikit lengang karena hari libur,  bus mengantar kami  menuju Apartemen Hotel Adagio setelah menyusuri lorong-lorong gedung bertingkat, dibawahnya ada Stasiun Eslapanade De Ladefence. Stasiun itu dekat home base  peserta mondar-mandir ke tempat pelatihan, jalan-jalan dan mengunjungi berbagai obyek wisata di Kota Paris.

Pelatihan demi pelatihan diikuti dengan disiplin dan serius. Kenangan demi kenangan, pengalaman demi pengalaman terkumpul dalam pikiran peserta. Pada Kamis, para peserta mulai membicarakan acara hari Sabtu dan Minggu. Ketua Rombongan Tating Setiawan mulai didaulat untuk mengakomodasi keinginan peserta yang ingin pergi ke negara lain selain Perancis. "Mumpung sudah dekat ke Belgia, Belanda, Jerman, ayo kita pergi. Kesempatan ke Eropa tidak tahu  kapan lagi akan kita dapatkan," terang Sri Nugroho.

Mendapat mandat sebagai ketua rombongan, Tating Setiawan mengakomodasi masukan. Ada yang ingin ke Jerman, ada ke Belanda dan ada pula yang ingin keliling Kota Paris sampai pelosok-pelosoknya. "Kita ke Belgia dan Belanda saja," usul beberapa peserta yang ngebet ingin ke negeri bekas penjajah Indonesia.

Tating, panggilan akrab Tating Setiawan, tidak gegabah menentukan keinginan peserta. Dengan telaten, alumni ITB berbadan sedikit kerempeng ini mendatangi, meyakinkan satu persatu peserta yang ingin ke negeri banyak dam (saluran air) ini. Dari catatan Tating, terkumpul 15 peserta. "Ada 15 orang termasuk saya yang ingin ke Belanda. Berarti ada lima orang yang tidak ikut. Yang lima orang terserah mau ke mana. Apa tetap  di Paris atau ke negara lain," Kata Tating memberikan penjelasan kepada semua peserta.

Keputusan dan kepastian pergi ke Belanda sudah mantap, ketua rombongan menawarkan program ini kepada Ibu Sita sebagai pemandu. "kami berharap Ibu Sita bisa ikut menemani kami ke Belanda. Kami belum berpengalaman pergi ke sana," pinta Tating  sambil senyum-senyum khas sedikit merayu  kepada Ibu Sita.

pemandu memperlihatkan tiket KA TGV (Foto Sujadi)
pemandu memperlihatkan tiket KA TGV (Foto Sujadi)
Kamis sore kami langsung memesan tiket KA TGV Talys untuk pergi ke negeri kincir angin. Kami mengambil tiket pergi pulang Paris-Amsterdam. Harganya 265 Euro PP.  Kepastian mendapat tiket diberitahukan kepada para peserta.  "Kita berangkat pagi jam 08.16. kita besok harus kumpul  paling lambat jam 06.30 agar kita tidak terlambat. Pulangnya kita naik kereta terakhir dari Amsterdam, jam 18.16. Kita di sana tidak boleh terlambat, kalau telat kita bisa menginap di stasiun, karena ketinggalan KA," terang  Ibu Sita kepada peserta.

Sesuai janji, pagi sebelum pukul 06.30 kami  sudah kumpul. Tidak lama setelah berhitung dan lengkap. Kami jalan kaki menuju Stasiun Esplanade De Ladefance. Kami tidak naik KA Metro yang biasanya digunakan untuk menuju tempat pelatihan. Kami menggunakan KA Triliante (baca Transiliang), turun di Stasiun Magenta. Lalu berlari-lari pindah KA Metro menuju Stasiun Gare du Nord. Kami segera validasi tiket  di mesin-mesin tiket yang tersedia. "Falidasi tiket dulu. Emm berhasil,' kataku sambil minta difoto.

Setelah jeprat jepret foto di moncong KA Super cepat,  kami segera menuju kereta. Dengan bangga kami memasuki KA berkecepatan 350 km/jam. Didalam kereta kami cerita perjalanan dari Apartemen Hotel Adagio, semua bisa berajalan tepat waktu. Dengan limit waktu yang serba pas, serba tepat. Itulah hebatnya transportasi KA di Perancis. KA metro, antar Provinsi antar Negara semua tepat. KA TGV Talys membawa kami mengembara ke negeri  perintis pembangunan perkeretaapian di tanah Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun