Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kapal Ternak Baru Sumbang 5 Persen Kebutuhan Daging DKI Jakarta

17 Oktober 2017   17:48 Diperbarui: 17 Oktober 2017   18:43 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Ide cerdas pemerintah membangun dan mengoperasikan kapal ternak memberikan dampak positif bukan saja bagi peternak dan pelaku ekonomi usaha perdagangan sapi, namun kapal ternak juga  mensejahterakan sapi-sapi  yang diangkut kapal khusus ini.  Bukan hanya manusia yang butuh sejahtera,   sapi pun perlu sejahtera, tidak stres ketika diangkut kapal. 

Kapal khusus ternak ini memudahkan ketika sapi-sapi ketika akan naik kapal, sapi  cukup digiring dari truk ke kapal melalui lorong menuju ruangan//kamar-kamar yang sudah disiapkan. Sangat berbeda dengan sebelumnya ketika diangkut dengan kapal bukan khusus untuk ternak. Sekelompok sapi antara 4-5 ekor akan diangkat dengan  jaring, lalu diangkat pakai crane dan dimasukkan ke kapal yang disekat-sekat dengan bambu. Dengan demikian ternak tidak sejahtera, sapi  stres, sehingga bobot sapi menurun drastis hingga 22 % bobot hidup ketika tiba di tujuan.

Meskipun baru satu kapal  ternak yang dioperasikan sejak awal 2016 dampakanya terasa hingga Si-sapinya. Pemerintah mengoperasikan kapal ternak untuk mengangkut sapi dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) ke DKI Jakarta. Kapal ternak yang diberi nama Camara Nusantara I ini diresmikan oleh Presiden Jokowi. Presiden menjemput angkutan perdana kapal pengangkut sapi dari NTT di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta akhir 2015 silam.

Meskipun baru 1 kapal ternak, efektivitas kapal buatan dalam negeri ini berdampak positif bagi peternak, pelaku usaha daging dan juga sapi-sapi yang diangkut. Kapal ternak bersubsidi ini sangat membantu peternak, biaya angkutan sapi dari NTT/NTB ke DKI Jakarta  seharusnya Rp 1, 5 juta,  namun peternak cukup membayar Rp 330 ribu per ekor. Sisanya dibayar pemerintah melalui subsidi kepada operator transportasi yang mendapat penugasan.

Selain ongkosnya murah, kapal ternak yang dioperasikan PT. PELNI (Persero) ini dapat mengurangi waktu tempuh dari 14 hari menjadi 5 hari. Mencegah turunya bobot sapi dari 22 % menjadi 7-12 % bobot hidup ketika tiba di tujuan. Selain itu, peternak masih diuntungkan dengan kenaikan harga dari Rp 26.000 sd Rp 29.000 menjadi Rp 29.000 sd Rp 32.000 per kilogram sapi hidup ketika dapat menjual ke DKI Jakarta.

KM. Camara Nusantara I  berlayar 14 hari sekali dengan kapasitas angkut 500 ekor setiap perjalanan atau sebulan dapat memasok 1.000 ekor sapi  dari NTT/NTB ke DKI Jakarta. Jumlah itu baru 5 % dari total kebutuhan daging di DKI Jakarta yang membutuhkan  650 ekor sapi potong   per hari atau 19.500 ekor per bulan. Potensi ternak yang siap dipasarkan dari NTT,  yang didaftarkan secara online oleh para peternak setiap dua minggu antara 500 sd 700 ekor, namun yang dapat diangkut dengan kapal ternak baru 500 ekor. Jadi potensinya masih ada namun kapalnya masih terbatas,  baru 1 kapal. 

Selain desain kapal yang memudahkan naik turun sapi ke dalam kapal, armada laut   berwarna coklat kuning ini juga dilengkapi kleder  atau petugas yang mengurus sapi  dalam perjalanan. Kleder bertugas  mengurus sapi mulai  memberikan pakan, membersihkan kotoran, memberikan minum hingga mengawsai gerak-gerik sapi. Untuk menjamin kesehatan sapi yang diangkut,  KM. Camara Nusantara I juga dilengkapi dokter hewan. 

Seorang kleder akan mengawasi 50 ekor sapi, jadi dalam setiap pelayaran dari NTT/NTB ke DKI Jakarta kapal dikawal 10 orang kleder. Petugas khusus yang mengurus  ternak ini akan mengurus sapi penuh kasih sayang, mengelus-elus, memperbaiki posisi sapi dan mencegah sapi bertengkar, sehingga sapi-sapi yang diangkut menjadi sejahtera,  tidak stres. Dengan sapi tidak stres,  tidak banyak mengurangi bobot sapi. Selain itu  mutu dagingnya juga lebih baik. 

Meskipun sudah ada 1 kapal ternak berkapasitas 500 ekor dalam setiap pelayaran, pengoperasian kapal ternak  berlum berdampak dalam menekan harga daging sapi. Kebutuhan daging di DKI Jakarta per hari 650 ekor, atau sekitar 19.500 ekor perbulan belum seimbang dengan  suplai sapi NTT,  yang diangkut  kapal ternak baru 1.000 ekor per bulan. Kekurangan pasokan di DKI  disuplai dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan impor. 

Besarnya potensi ternak dari NTT, NTB dan pulau-pulau lain di Indonesia Timur mendorong pemerintah, melalui  Kementerian Perhubungan membangun 5 lagi kapal ternak yang rencananya akan dioperasikan mulai tahun 2018 mendatang. Dengan membangun 5 kapal, maka tidak hanya NTT dan NTB yang dapat mendistribusikan ternaknya ke Pulau Jawa, namun pelaku usaha peternakan sapi dapat mensuplai ke Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan pualau lainya yang membutuhkan pasokan, baik bibit indukan maupun sapi potong.

Pembangunan kapal ternak berdampak positif untuk mendorong swasembada daging dalam negeri. Meskipun swasembada daging telah didengungkan puluhan tahun silam, pada kenyataanya hingga saat ini belum terwujud,  impor masih menjadi pilihan menggiurkan. Untuk itu dalam 20 tahun ke depan swasembada daging harus dapat terwujud. Caranya  impor sapi dibtasinya hanya bibit atau indukan saja, sedangkan kebutuhan sapi potong harus dipenuhi dari dalam negeri.

Untuk meningkatkan populasi sapi di pulau-pulau Indonesia timur yang banyak terdapat savana seperti di Pulau Timor, Moa, Kisar dan sekitarnya, perlu didrop bibit sapi  indukan sapi betina. Kalau setiap pulau diberi indukan 10 sd 20 ribu ekor sapi, dalam 2 tahun berbiak menjadi 20 ribu hingga 40 ribu ekor. Dari pulau-pulau pembiakan sapi dijalankan kapal tol laut ke daerah konsumsi, sehingga makin banyak kapal, untuk distribusi sapi dalam negeri makin meningkatkan ekonomi di seluruh dan kesejahteraan di wilayah Indonesia. 

Keberadaan kapal ternak tak  dapat terpisahkan dengan swasembada daging. Kebutuhan daging di DKI Jakarta merupakan peluang bagi negeri ini untuk meningkatkan kapasitas produksi ternak semaksimal mungkin. Pemerintah melalui Kementerian terkait harus berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan swasembada daging,  sehingga kebutuhan daging dapat dipasok dari negeri sendiri. Dengan demikian ketergantungan pangan dari luar negeri bertahap dapat diatasi. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun