Kereta Api (KA) menjadi simbol transportasi modern di suatu negara. Ketika berkunjung ke Jepang tahun 2006, saya merasakan naik KA Cepat Shinkansen, kalau tidak salah dari Tokyo ke Osaka. Jarak tempuhnya saya lupa karena merasakan nikmat KA Cepat, meskipun melaju kencang, namun rasanya tidak ada goyangan. KA melaju sangat cepat, namun bagi penumpangnya merasakan tidak cepat, hanya bagi yang melihatnya, besi terpanjang ini berlari sangat kencang bak peluru mengejar sasaran.
Pengalaman naik kereta di Jepang saya alami sejak tiba di Bandara Narita. Begitu pesawat landing saya dan rombongan yang saat itu diberangkatkan oleh PT. KAI Divisi Jabotabek (belum menjadi PT. KCJ) menyusuri lorong-lorong terminal Bandara Narita. Penjemput tidak boleh masuk ke area dalam tempat kedatangan penumpang. Kami pun melihat petunjuk, rambu-rambu yang ada di Bandara untuk menuju Stasiun KA Bandara di Narita.
Di dalam Bandara sangat modern, penumpang harus berpindah dari terminal kedatangan pesawat ke terminal lainya atau ke stasiun kereta api Bandara. Pindahnya tidak berjalan kaki, namun menggunakan kereta semacam LRT atau monorel ulang alik dari satu terminal ke terminal lainnya. Yang saya rasakan, meskipun kita berpindah terminal menggunakan kereta api, namun didalam termnial kita seperti membuka pintu lift saja. Keretanya tidak nampak karena pintu-pintu masuk kereta dibuat sejajar tembok.
Begitu pintu terbuka, pintu kereta juga otomatis terbuka. Penumpang naik. setelah keluar dari terminal kedatangan untuk berpindah, penumpang baru mersakan bahwa kita berpindah naik kereta. Sedangkan ketika didalam terminal, wujud keretanya tidak nampak, hanya terlihat pintu berjajar, terbuka bersamaan. “Ooh ternyata kereta toh?”
Hanya dalam hitungan menit kami sudah berpindah dari terminal kedatangan ke Stasiun KA Bandara dan baru bertemu dengan penjemput dari Jepang yang sudah menunggu. Kami bersalaman, mengambil barang dan foto bersama. Sayang waktu itu camera HP belum secanggih saat ini, sehingga tidak bisa selfie dan berkirim foto di media sosial. Kami pun menikmati KA Bandara dari Bandara Narita ke Stasiun dalam kota Wakoshi, lalu berganti kereta dalam kota menuju Stasiun Shibuya.
Di negeri Sakura KA menjadi transortasi utama. Saya tidak menemukan sepeda motor bersliweran saling salip di jalanan. Negara produsen sepeda motor terbesar di dunia ini, di negaranya sendiri tidak menggunakan sepeda motor. Mobil pun sangat terbatas tidak sesak kendaraan seperti di negara kita, utamanya Jakarta. Jepang memang baik hati berbuat, membuat karya bukan untuk diri sendiri namun untuk orang lain. Meskipun yang merasakan kemacetan, kebisingan, pemborosan, polusi udara dan kecelakaan negara pengguna, itu urusan mereka. Tugasnya Jepang membuat kendaraan dengan desain terbaru, teranyar dan menarik konsumen. Orang Indonesia sangat suka produknya.
Negeri Sakura yang juga negara kepulauan mengandalkan transportasi KA sebagai sarana transportasi utama warganya. Di kanan kiri jalur kereta berdiri rastusan apartemen, untuk tempat tinggal. disedikan parkiri susun untuk mobil dan sepeda. Jaraknya pun tidak terlalu jauh antara apartemen dengan jalur kereta api. Berbeda dengan Jakarta di mana KA menyita tanah permukaan sehingga crosiing atau persilangan dengan jalan raya terjadi berkali-kali, di Jepang umumnya KA dibuat layang atau terowongan didalam tanah. Namun untuk KA Bandara masih menggunakan jalur permukaan tanah, perlintasan KA juga ada, namun kendaraan jalan rayanya sangat sedikit. Perlintasanya tidak dijaga orang, namun tidak ada kecelakaan lalu lintas di perlintasan.
Indonesia telah memiliki KA Bandara Kualanamu di Medan Sumatera Utara. Usaha keras pemerintah bersama PT. KAI telah melahirkan KA Bandara yang saat ini dikelola anak perusahaan KAI dan Angkasapura II, PT. Raillink. Perusahaan yang sahamnya milik PT. KAI 60 % dan Angkasapura II 40 % yang dibentuk pada Era Rony Wahyudi sebagai Dirut PT. KAI dan Edie Haryoto sebagai Dirut PT. Angkasapuara II ini , kini mampu menyelenggarakan layanan KA Bandara yang modern, berkualitas dan menjadi pelopor modernisasi transportasi di negeri ini.
Bandara Soekarno Hatta yang dirancang akan dibangun lebih dulu oleh PT. Raiilink sejak Dirutnya dipegang Masraul Hidayat, malah pembangunnya baru terwujud belakangan. Ignasius Jonan yang kini Menteri Perhubungan menjadi pendorong dibangunnya KA Badnara Soetta oleh PT. KAI. Eksekusi menjadi kunci pembangunan KA Bandara. PT. KAI memilih jalur Manggarai-Sudirmanbaru-Duri-Batu Ceper-Soekarno Hatta.
Meskipun ada tiga alternatif untuk mengakses jalur KA ke Bandara Soetta dari Jakarta, yaitu; Manggarai Tanahabang-Rawabuntu-Bandara Soetta. Manggarai-Angke-Pluit-Bandara Soetta dan Manggarai-Duri-Batu Ceper-Bandara Soetta, PT. KAI memilih alternatif terakhir dan tinggal menyambungkan lintasan yang sudah tersedia. PT. KAI tinggal membangun jaringan rel antara Stasiun Batu Cepar ke Bandara Soetta.
Langkah taktis jajaran PT. KAI telah mewujudkan proses pembangunan cepat terealisasi. saat ini pembangunan jalirngan KRL KA dari Manggarai ke Bandara Soetta telah memasuki masa konstruksi dan Insya Allah pada semester I 2017 sudah dapat dioperasikan. Jakarta akan segera terkoneksi dengan Bandara Soetta melalui jaringan KA.
Pembangunan KA Bandara Soetta yang sedang memasuki masa konstruksi diikuti pula dengan pembenahan transportasi di Termnail Bandara Soetta. Pihak Angkasapuara II sedang menyiapkan kereta yang menghubungkan antar terminal dan ke Stasiun KA di dalam Bandara. Rencananya proyek ini selesai bersamaan dengan selesai proyek KA Bandara Soetta. Dengan demikian, maka Bandara Soetta menjadi Bandara termodern dengan fasilitas transportasinya. Bandara Soetta akan setara dengan Bandara Narita di Jepang seperti yang pernah penulis alami sepuluh tahun silam.
KA menjadi sarana modernisasi transportasi. KA Bandara menjadi salah satu ikon negeri menata transportasi. Dengan demkian wisatawan dari Singapura, Malaysia, Thailand dan negara lainnya, bila akan ke Bandung atau kota lainnya di Jawa tidak perlu berganti naik mobil, cukup naik KA. Turun dari pesawat penumpang berpindah terminal dengan KA antar terminal. Lalu naik KA Bandara menuju Manggarai dan berpindah kereta api konvensional atau kereta Cepat Jakarta-Bandung. Kita nantikan beberapa tahun lagi bakal terwujud. Semoga Allah memberikan umur panjang untuk kita semua dan dapat menikmatinya di negeri sendiri. ***