[caption caption="Kereta melintas Singkarak. Sumber gambar: travel.kompas.com"]
[/caption]Sering diperdebatkan para pengamat, pembangunan jalan tol dan jaringan kereta api (KA) Trans Sumatera tidak masuk akal dan tidak fiesible. Menuruti pengamat yang kontra pembangunan infrastruktur di luar Jawa yang katanya tidak fiesible menurut perhitungan bisnis, negeri ini tidak akan pernah membangun, karena pembangunan infrastruktur sulit dinilai secara bisnis, namun infrastuktur akan menggerakkan ekonomi dan  mendukung bisnis.
Kebutuhan infrastruktur jalan tol dan jaringan KA di luar Jawa selama ini terabaikan. Sejak merdeka jaringan rel di Jawa dan Sumatera berkurang, susut karena di beberapa lintas di tutup operasinya. Beruntung kita memiliki Presiden Jokowi dan pemerintahan yang visioner membangun Indonesia. Beruntung pula Pak Jokowi memilih Ignasius Jonan sebagai Menteri Perhubungan, sehingga mimpi KA Trans Sumatera yang tertunda puluhan tahun bakal terwujud dalam waktu kurang dari lima tahun.
Pembangunan rel KA yang menghubungkan ujung Barat Pulau Sumatera di Banda Aceh hingga ke Pelabuhan Panjang di timur di Provinsi Lampung akan menjadi kenyataan. Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah memulai dan akan terus mengembangkan jaringan rel kereta di Pulau Sumatera. Kemenhub akan menyambungkan kota atau kabupaten hingga pelabuhan di setiap Provinsi di Sumatera dengan jaringan kereta. Jaringan kereta tersebut akan menghubungkan rel baru dan rel lama yang sudah ada  di Pulau Sumatera, Insya Allah dapat disambungkan paling lambat 2019.
Untuk menyambungkan jaringan kereta di Sumatera, Kemenhub akan membangun rel baru sepanjang 1.520 Km. PT KAI di Sumatera terbagi dalam tiga Divisi Regional karena rel KA tidak tersambung seperti di Jawa dari Merak-Banyuwangi. Rel di Sumatera terpisah-pisah di Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Sumatera Barat. Nantinya rel KA yang sudah dikelola KAI akan disambungkan dengan rel baru yang dibangun oleh Kemenhub.
Untuk membangun rel baru sepanjang 1.520 Km, pemerintah menyediakan dana mencapai Rp 77,62 triliun untuk membangun rel KA di Sumatera secara bertahap mulai tahun 2016 ini. Pembangunan akan dibiayai dengan dana APBN dan pinjaman dari Jepang. Bila dilihat nilai pembangunan jaringan rel di Sumatera hampir setara dengan investasi pembangunan jaringan kereta cepat Jakarta-Bandung sepanjang 142 Km, dengan nilai investasi US$ 5,5 miliar atau sekitar Rp 77 triliun (asumsi US$ 1 = Rp 14.000).
Pembangunan jaringan baru tersebut nantinya akan menyambungkan rel di Lhokseumawe - Langsa - Besitang sepanjang 248 Km. Besitang - Binjai sepanjang 85 Km, Rantauprapat - Duri - Dumai 249 Km, Duri - Pekanbaru 90 Km, Pekanbaru - Muaro 164 Km, Muaro - Muaro Kalaban 26 Km, Pekanbaru - Jambi 350 Km, Jambi - Kertapati 218 Km, dan Kertapati - Prabumulih (jalur ganda) 90 Km. (Disarikan dari Detik.com, 1 Februari 2016)
Pada penandatangan kontrak pekerjaan tahun 2016 yang disaksikan Presiden Jokowi di Ruang Mataram Kementerian Perhubungan, Senin 18 Januari 2016, ditandatangani pula pekerjaan pembangunan rel KA baru di Sumatera dimulai dari Dumai sepanjang 3 Km. Kemudian untuk menghubungkan Sumatera Utara dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, dibangun kembali (reaktivasi) jalur KA antara Binjai - Besitang sepanjang  itu 85 Km. Tahun 2015 baru selesai 30 Km. Dengan rektivasi jaringan KA Binjai - Besitang dan dilanjutkan Besitang - Langsa - Lhokseumawe, Lhokseumawe - Bireun, maka perkeretaapian di Aceh akan bangkit kembali.
Pembangunan jaringan KA di Sumatera tidak hanya menghubungkan antar kota dengan kabupaten dan antar provinsi, jaringan kereta baru ini juga akan menyambungkan daerah produksi tambang, industri, perkebunan dengan pelabuhan seperti Pelabuhan Tanjung Api-api di Sumatera Selatan, Pelabuhan Kuala Tungkal di Jambi, Kuala Enok di Riau.
Konsep pembangunan KA lebih terintegrasi dan terkoneksi dengan angkutan laut. KA sebagai penyambung antara lautan dan daratan, sudah dikonsep sejak jaman kolonial Belanda,  bakal terwujud di Sumatera. Penyambungan daratan dan laut dengan KA akan mendorong trasnportasi berbasis rel masuk ke dermaga pelabuhan tempat kapal sandar, sehingga biaya logistik akan turun signifikan bila angkutan KA menyentuh dermaga, muatan tinggal dipindah dari kapal ke KA atau sebaliknya.
Kemudian KA di Sumetera Selatan juga akan tersambung ke Pelabuhan Tanjung Api-api. Untuk di Provinsi Jambi rel KA akan disambung ke Pelabuhan Kuala Tungkal, sehingga hasil perkebunan di Jambi dapat langsung diangkut dengan KA ke pelabuhan dan selanjutnya diangkut kapal. Tak ketinggalan Pelabuhan Kuala Enok di Dumai Provinsi Riau juga akan disambungkan jaringan KA.
Pembangunan jaringan KA di Sumatera akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Perusahaan perkebunan kelapa sawit, karet, pertambangan batu bara dapat memanfaatkan angkutan KA sebagai pilhan. Keunggulan angkutan KA, salah satunya dapat mengangkut dalam jumlah besar dan massal, sehingga angkutan KA sangat cocok untuk angkutan barang dalam jumlah besar dan rutin.
Pembangunan infrastruktur dibiayai negara melalui APBN, hal tersebut karena, secara perhitungan bisnis memang tidak fiesible. Karena infrastruktur menjadi kewajiban negara untuk membanun. Dengan demikian masyarakat tinggal memanfaatkan dan menikmatinya untuk kegiatan ekonomi. KA dan Jalan Tol Trans Sumatera merupakan wujud kepedulian pemerintah membangun Indonesia, tidak hanya di Jawa.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H