[caption caption="Puluhan ribu wisatawan naik ke Candi Borobudur tiap hari selama libur Natal dan Tahun Baru 2015. (Foto| suaramerdeka.com/Tuhu Prihantoro)"] [/caption]Presiden Jokowi memimpin rapat terbatas di Manohara, komplek Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah Jumat (31/1). Tujuanya adalah untuk melakukan percepatan Pembangunan Daerah Pariwisata Nasional Candi Borobudur agar obyek wisata budaya itu dapat meningkatkan kunjungan wisata dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal serta ekonomi nasional.
Candi Borobudur tergolong candi terbesar di dunia dan pernah tercatat sebagai The Seven Wonder in The World atau tujuh keajaiban dunia. Candi Borobudur termasuk dalam program sepuluh destinasi wisata prioritas yang akan dikebut secara terintegrasi pada 2016. “Borobudur adalah mahakarya budaya dunia dan sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia,” kata Presiden. (Indo Pos 1/2-16).
Pada arahanya, Presiden Jokowi menekankan bahwa Candi Borobudur harus terus dilestarikan dan menjadi destinasi wisata bermanfaat bagi masyarakat. Tidak hanya bagi masyarakat lingkungan candi secara langsung, namun juga masyarakat Indonesia dan dunia. Pada 2014, Candi Borobudur dikunjungi sekitar 250 ribu orang wisatawan manca negara dan 2,2 juta orang wisatawan dalam negeri.
Potensi wisatawan manca negara untuk mengunjungi Borobudur sangat besar, karena itu Presiden Jokowi berpesan kepada Menteri Pariwsiata Arief Yahya agar pengembangan kawasan Candi Borobudur disiapkan dengan baik, terintegrasi antar kementerian dengan provinsi, baik itu berkaitan dengan aksesibiltas, terintegrasi dengan kawasan wisata seperti Prambanan yang juga merupakan warisan Budaya.
Penegasan dan keinginan Presiden Jokowi untuk menata Borobudur harus dirspon oleh semua stakeholders dan harus ditindaklanjuti oleh yang berkompeten pada Candi Borobudur. Menteri Pariwisata, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Pekerjaan Umum, Gubernur Jawa Tengah, Bupati Magelang dan PT. Taman Wisata Candi, sebagai BUMN pengelola Candi Borobudur harus duduk bersama untuk menginventaris permasalahan, mencari solusi pengembangan agar lebih bermanfaat bagi pengunjung, pengelola dan masyarakat sekitar di lingkungan Candi Borobudur.
Candi Borobudur dikelilingi 16 desa dengan jarak terdekat Desa Borobudur tempat keberadaan Candi. Kemudian Desa Tuk Songo, Wanurejo, Wringin Putih dan Bumi Harjo yang hanya berjarak 2 km dari candi. Disusul Desa Candirejo, Karangrejo, Majaksingi, Karanganyar, Tanjungsari, Ngadiharjo, Ngargogondo, Kembanglimus, berjarak sekitar 3 km dari Candi. Desa Giritengah, Kebonsari dan Tegalarum berjarak sekitar 5 km dan Desa Samigaran serta Desa Kenalan berjarak 6, 10 hingga 14 km.
Dari 16 Desa di sekitar Borobudur, sekitar 10.000 orang menggantungkan hidupnya kepada Candi Borobudur baik secara langsung sebagai pelaku ekonomi wisata maupun usaha terdampak dari keberadaan candi. Mereka ada yang berprofesi sebagai pegadang kerajinan, kuliner, mainan anak-anak, jasa fotogrfi, batik, buah-buahan hingga jasa guide para turis.
Para pelaku ekonomi di kawasan candi, sekitar 3.500 pedagang didalam kompleks Candi Borobudur,. Mereka mendirikan tenda-tenda memanjang untuk menggelar dagangan berupa pernak pernik hasil kerajinan desa sekitar. Pemilik warung makan, warung buah dan berbagai usaha dagang lainnya yang dijajakan tanpa konsep, tidak teratur, terkesan semrawut dan kumuh.
Kekumuhan lingkungan tercipta bertahun-tahun. Pemilik warung di kawasan candi, semula hanya orang tunya. Mereka berkembang memiliki keturunan, anak, cucu, menantu. Karena bertambahnya keluarga, maka bertambah pula lapak di lingkungan candi, tanpa terkendali, saat ini sudah sekitar 3.500 orang menggantungkan hidupnya dengan berjualan di kawasan candi.
Tiak hanya permasalahan kekumuhan lingkungan saja, jenis dagangan, penyajian dan berbagai hal yang belum tertata terarah menimbulkan kawasan ini semakin kumuh. Bercampurnya pedagang makanan dengan hasil kerajinan, maian, batik dan buah-buahan menjadikan kawasan ini makin tidak nyaman. Pengunjung juga seolah diwajibkan oleh keadaan untuk melewati ratusan lapak pedagang. Hal ini tentu melelahkan pengunjung karena harus berjalan memutar mengellilingi pedagang.
Kemudian di luar kawasan candi, ratusan pemilik kios, warung makan dan usaha jasa lainnya tersebar di sekitar candi. Dengan demikian ada ikatan batin dan ikatan ekonomi antara Candi Borobudur sebagai daya tarik wisata dan dampak ekonomi bagi warga sekitar Borobudur. Candi Borobudur ibarat kue besar yang harus dapat dinikmati Pemerintah, pengelola dan juga masyarakat sekitar.
Masyakarat di lingkungan Candi langsung atau tidak langsung sangat tergantung ekonominya kepada candi terbesar di dunia ini. Karena itu pengembangan kawasan Candi Borobudur tidak dapat berjalan sendiri baik oleh pengelola, pemerintah provinsi dan Kabupaten Magelang serta kementerian terkait.
Mereka yang terlibat harus duduk bersama menginventarisir sejumlah masalah, memilah segenap potensi dan merumuskan konsep terintergrasi agar semua lini mendapatkan dampak positif dari penataan candi yang merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia ini.
Beberapa permasalahan di Candi Borbudur diantaranya, pintu masuk atau akses candi saat ini hanya dari sisi timur. Dengan demikian ada kesenjangan antara desa-desa di sekitar candi. Karena hanya ada satu pintu, maka kawasan candi yang berbentuk persegi empat ini hanya punya satu akses dan satu muka, dengan posisi muka dari akses masuk, yaitu pintu timur.
Karena hanya memiliki satu muka, maka kawasan utara, selatan dan barat menjadi bagian belakang dari candi. Kawasan belakang atau kawasan dapur kalau di rumah kita, tentu berbeda rasa dibanding kawasan depan atau teras rumah. Kawasan muka tentu merupakan akses para wisatawan memasuki atau meninggalkan candi, sehingga kawasan muka akan mendatangkan nilai ekonomi lebih besar. Kawasan belakang yang tidak dilewati wisatawan nilai ekonominya lebih rendah.
Karena hanya satu pintu akses, kawasan candi lebih banyak memberikan nilai ekonomi bagi kawasan muka. Contohnya harga tanah kawasan belakang sangat tertinggal dibanding kawasan muka. Kawasan belakang tidak berkembang. Kawasan belakang hanya ditumbuhi pepohonan dan rerumputan. Sementara kawasan muka ditumbuhi berbgai sektor usaha yang sangat menjanjikan.
Dari latar belakang itu, kawasan Candi Borobudur harus dikembangkan dengan cara menambah muka untuk akses ke dalam candi. Pihak pengelola candi harus mengkonsep bersama stakeholders untuk membuka akses, atau muka baru Candi Borobudur. Akses pintu utara dan pintu barat harus dibuka. Sedangkan akses bagian selatan lahannya sulit karena kondisi lahan perbukitan.
Dengan membuka akses atau muka tambahan maka akan memberikan dampak bagi desa-desa yang semula di belakang akan mendapat muka. Dengan konsep buka pintu baru, maka kegiatan ekonomi akan tumbuh menjadi pusat ekonomi baru, sehingga masyarakat di sekitarnya akan mendapat nilai lebih dibanding sebelumnya.
Untuk membuka akses baru, calon pintu utara ada tanah yang masih kosong. Lalu di sisi barat juga tersedia lahan cukup luas. Saya tidak tahu lahan itu milik siapa, tanah desa, Pemda atau BUMN TWC sebagai pengelola Candi Borobudur. Tanah siapa pun itu, cari tahu kememilikannya, ajak berunding untuk dibangun kawasan ekonomi baru dengan membuka akses pintu masuk.
Lalu tugas siapakah pembukaan akses ini? Tugas bersama. Kementerian Pariwisata sebagai kementerian keknis kepariwisataan di tanah air harus menjadi motor penggerak untuk teruwujudkan penataan kawasan candi sesuai arahan Presiden Jokowi. Kemenpar harus menjadi inisiator dan kordinator penataan kawasan.
Kemenpar juga harus berkordinasi dengan Kemendikbud sebagai menteri yang bertanggung jawab kepada masalah kebudayaan. Lalu Kemenpar juga harus meminta bantuan kepada Kementerian PUPera untuk membangun fasilitas jalan, sarana parkir dan pembangunan pusat kuliner, kerajinan, dan jasa lainnya yang semula didalam kawasan candi dipindahkan ke lokasi baru sebagai penggerak ekonomi kawasan.
Mungkin dapat berbagi antar kementerian, Pemprov Jawa Tengah dan Pemda Kabupaten Magelang. Pemda menyelesaikan masalah pembebasan lahan terpilih untuk memindahkan parkir, pedagang dari dalam kawasan candi ke kawasan akses untuk dijadikan pusat ekonomi baru. Sehingga akan tumbuh merata di semua akses masuk kawasan candi. Dengan demikian penataan kawasan Candi Borobudur dapat memecahkan persoalan akses, kekumuhan lingkungan, pedagang dan menata konservasi sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kawasan Candi Borobudur. ***
Akhmad Sujadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H