[caption caption="KRL Commuter Line beroperasi di jalur dalam terowongan di Jepang (Foto. M Habibiblogspot)"]
[/caption]Dalam bulan Desember 2015 Â sedikitnya terjadi dua kali kecelakaan lalu lintas di perlintasan kereta api di Jakarta yang melibatkan KA dan kendaraan jalan raya. Pada 6 Desember lalu sebuah Metro Mini menerabas perlintasan KA yang telah ditutup, di perlintasan Angke. Metromini memanfaatkan celah palang pintu dan memaksakan masuk. Karena jarak KRL sudah dekat, benturan keras tak terhindarkan. KRL berbodi besi baja dan aluminium stenlis pilihan menghancurkan bodi Metromini berusia sepuh, 18 nyawa melayang.
Jumat, 25 Desember 2015, kembali terjadi kecelakaan lalu lintas di perlintasan, KRL Commuter Line (CL) terhalang minibus Avansa di perlintasan liar pada lintas Tanah Abang-Serpong. Meskipun tidak menimbulkan korban jiwa, mobil rusak parah dan 5 penumpangnya mengalami luka berat. Derita akibat perlintasan kereta api sering menimbulkan korban jiwa, penumpang luka-luka, kerugian harta benda dan juga kerusakan kereta. Kecelakaan lalu lintas merugikan korban maupun operator KRL.
Seiring perbaikan pelayanan KRL  volume penumpang terus membubung naik. PT. KAI melakukan perubahan pola operasi Loopline dan  revolusi KRL pelayanan yang  ditandai dengan penerapan ticketing elektronik. Simpati warga, tumbuh sehingga pengguna KRL naik dari 450.000 orang pada 2008, tumbuh rata-rata 20 % per tahun, pengguna KRL mencapai 850.000 orang per hari di tahun 2015.
Revolusi pelayanan KRL berdampak eksternal. Bertambahnya frekuensi perjalanan dan panjangnya rangkain KRL kemacetan di perlintasan juga tidak berkurang. Bertambahnya frekuensi KRL dan makin banyaknya sepeda motor, mobil telah menimbulkan kemacetan di perlintasan bertanah. Pengguna kendaraan pun sering kesal karena kereta sering lewat dan menimbulkan emosi pengguna kendaraan jalan raya.
Salah satu problem kemacetan di ibu kota dan kota-kota di Jabodetabek adalah adanya KRL yang beroperasi di permukaan tanah, sehingga bersinggungan dengan jalan raya, penyeberangan orang dan kebisingan operasi KRL. Berbeda dengan di Prancis dan Jepang, umumnya KRL didalam tanah, subway. Jakarta memang terlambat membangun transportasi berbasis rel. Meskipun telat, pembangunan MRT yang  di bawah tanah harus kita sambut gembira.
Meskipun beberapa perlintasan kereta api di Jakarta telah dibangun flyover atau underpass namun jalan dibawah flyover tidak serta merta dapat ditutup. Hal itu karena berbagai kepentingan akses yang tidak mudah diselesaikan setelah jalan layang  atau terowongan jalan raya dibangun. Contohnya flyover Angke, Tebet, underpass Pasar Senen, Pramuka, mestinya perlintasan sebidangnya ditutup.
Menghadapi siturasi tersebut, Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan  pernah menggagas perlunya pembangunan jalur lingkar layang yang dikenal dengan Circullar Line sepanjang 27 km. Jalur lingkar layang rencananya akan dibangun di atas rel eksisting, konstruksinya mengangkangi jalur rel yang sudah ada. Dengan KRL masuk terowongan, operasi kereta api tidak lagi bersinggungan dengan jalan raya.
Pembangunan jalur lingkar layang pernah santer dibicarakan, namun kini sepi pembahasan. Bahkan mungkin tak akan diwujudkan lagi. Perlukah pembangunan jalur lingkar layang Jakarta dengan syarat operasional KRL tidak terganggu? Mampukan kontraktor melaksanakan pekerjaan yang begitu rumit untuk mewujudkan ide pembangunan jalur lingkar layang di Jakarta?
Kenapa tidak dicoba membangun kereta bawah tanah di sebelah jalur eksisting? Bukanya lebih mudah membangunnya dan tidak banyak membuat crowded Jakarta? Membangun kereta bawah tanah di Jakarta sudah urgen. Setelah MRT selesai, jalur lingkar bawah tanah KRL harus segera dimulai. Mumpung MRT belum selesai, Ditjen Perkeretaapian dan Pemprov DKI dapat melakukan survei sebagai langkah awal mewujudkan mimpi, memasukkan kereta ke dalam terowongan. Rancang bangun pembangunan MRT dapat menjadi pelajaran bagi Ditjen Perkeretaapian untuk segera merancang kereta bawah tanah di Jakarta untuk memindahkan kereta permukaan tanah yang membikin macet dan menimbulkan kecelakaan  di perlintasan.
Dengan membangun kereta bawah tanah di sebelah kiri atau sebelah kanan jalur esksiting, akan merubah wajah Jakarta yang semrawut menjadi Jakarta yang tertata rapih. Transportasi di bawah tanah akan merubah wajah buruk Jakarta dari kekumuhan pinggir rel yang cukup sulit dibenahi. Dengan bangunan KRL bawah tanah, maka property di kanan kiri rel akan lebih berdaya guna dan memiliki nilai lebih tinggi. Ahok diperkirakan akan memimpin Jakarta hingga tahun 2022, Jakarta Insya Allah bisa bikin subway. ***