Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Bukan Mimpi 41 T untuk Tol Kota Bisa Bangun Infrastruktur KRL Jabodetabek?

15 Agustus 2014   14:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:29 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_352983" align="aligncenter" width="300" caption="suasana stasiun Tanjungpriuk (Foto: Yos Asmat)"][/caption]

Jaringan KRL Jabodetabek yang dibangun Belanda di Jakarta dan sekitarnya sangat terbatas. Pemerintah kolonial hanya membangun jaringan rel yang dilengkapi dengan jaringan eletrifikasi dari Stasiun Tanjungpriuk-Jatinegara, jalur lingkar Jakarta (Loop line), Jakarta-Bogor, Jakarta-Tangerangdan Jakarta-Serpong. Keterbatasan jaringan ini belum mencukupi kebutuhan permintaan angkutan yang terus membubung naik saat ini.

Terbatasnya jaringan KRLtelah mempersulit operator untuk memberikan pelayanan KRL secara maksimal kepada masyarakat, karena itu pemerintah mulai merintis pembangunan jalur elektrifikasi KRL. Karena terbatasnya jalur rel dengan elektrifikasi untuk dapat mengoperasikan KRL, maka pemerintah mulai membangun rel baru berupa jalur ganda dan elektrifikasi untuk memperluas pelayanan KRL Jabodetabek.

Jaringan KRL perkotaan jalur lingkar yang dibangun Belandadi DKI Jakarta meliputiJatinegara-Manggarai-Tanahabang-Duri-Pasarsenen-Jatinegara dan kembali ke Manggaraisepanjang (27 km). Jalur lingkar ini dimaksudkan sebagai cikal bakal angkutan dalam kota Jakarta dengan beberapa stasiun transit yang mengintegrasikanpenumpang dari daerah penyangga Ibu Kota seperti Bogor, Depok, Bekasi, Tangerang, Serpong, Maja ke dalam jaringan KRL di dalam kota Jakarta, di jalur loop line.

Pembangunan jaringan rel dan elektrifikasi loop line dimaksudkan oleh Belanda agar penumpang dari beberapa kota penyangga Ibu Kota yang menggunakan jasa KRL Jabodetabek tidak perlu repot menggunakan angkutan selain KA bila akan menempuh perjalanan di dalam kota Jakarta. Semestinya rencana itu ditindaklanjuti dengan pengembangan jalur lingkar DKI agar menjadi lingkaran pelayanan yang terintegrasi dengan moda non KRL.

Jaringan rel yang dibangun Belanda telahdibangun beberapa stasiun transit. Stasiun transit ini berfungsi sebagaipenghubung para penumpang dari daerah penyangga dari luar Jakarta yang akan turun dan berganti dengan kereta sesuai jurusan yang dikehendaki untukmenggunakanKRLlingkar. Peninggalan Belanda ini sudah pernah dirintis Menteri Perhubungan Djusman Syafii Jamal agar PT. KAI mengoperasikan KRL Loop Line pada 2008.

PT.KAI sejak Desember 2011 mengoptimalkan jalur lingkar ini untuk merubah pelayanan KRL Jabodetabek dengan perubahan pola operasi KRL Loop line. Pola operasi baru ini telah memberikan nilai kepada masyarakat melalui perubahan budaya pengguna KRL Jabodetabek sehingga dengan pola operasi loop line dapat meningkatkan frekeuensi perjalanan KRL dan menaikkan volume penumpang.

Sejak merdeka dan pemerintahan terus berganti, namunpenambahan jaringan rel dan elektrifikasi KRL Jabodetabek sangat lamban. Perhatian pemerintah terhadap pengembangan perkeretaapian dapat diwujudkan padaPemerintahan SBY-YK yang telah membentuk direktorat baru di lingkungan Kementerian Perhubungan, yaitu Direktorat Jenderal Perkeretaapian (Ditjen).Setelah ada Ditjen Perkeretaapian sejak 2005, pembangunan infrastruktur perkeretaapian mulai nampak dan lebih cepat karena ada bagian khusus yang menangani perkeretaapian.

Sebelum dibentukDitjen Perkeretaapian pembangunan jalur baru boleh dibilang sangat lamban.Beberapa pembangunan bahkan sepertinya harus menunggu peristiwa tragis, menungguada kecelakaan KA yang memakan korban jiwa dalam jumlah besar. Pembangunan jalur gandabaruterealisir ketika didesak keadaan,baru dibangun.Contohnya pembangunan jalur ganda Depok-Citayam-Bogor direalisasikan setelah ada tabrakan KRL di Ratu Jaya yang menewaskan puluhan orang.

Sebagai pembanding Tahun 1990, pemerintah mulai membangunjaringan KRL dari Jatinegara-Bekasi, Doble track Depok-Bogor paska tabrakan KRL di Ratujaya Citayam. Saat Ditjen Perkeretaapianterbentuk tanpa ada kecelakaan dan peristiwa tragis, Ditjen Perkeretaapian telah merencanakan, merintis pembangunan Jalur ganda Tanahabang-Serpong yang selesai pada2007.

Prinsip jajaran Ditjen Perkeretaapian sangat bagus, setelah dibentuk DitjenPerkeretaapian maka perkembangan perkeretaapian harus lebih maju. Ke depanKA terusdikembangkan termasuk elektrifikasi jalur KA Citayam-Nambo. Lalu elektrifikasi dan jalur ganda Serpong-Maja-Rangkasbitung dan jalur ganda Duri-Tangerang dan Elektrifikasi lintas Bekasi-Cikarang.

Pengembangan jaringan elektrifikasi merupakan rohnya perluasan operasi KRL Jabodetabek. Karena itu Pemerintah terus melakukan pembangunan rel ganda lengkap dengan elektrifikasi, khususnya di Jabodetabek. Pembangunan terus berkembangdan merambah ke daerah penyangga Ibu Kotayang langsung bersambungan dengan jaringan KRL yang sudah ada. Sejak dibentuk Ditjen Perekeretaapain padatahun 2005 pembangunan infrastruktur Perkeretaapian lebih kenceng dibanding sebelumnya.

Pemisahan jalur KRL, KA penumpang antar kota dan KA angkutan barang sedang dibangun duajalur baru yang dikenal dengan DDT (doble doble track- 4 jalur KA). PembangunanDDT ini dimaksudkan untuk memisahkan perjalananKRL Jabodetabek, KA antar kota dan KA barang yang terus tumbuh bersama. Pembelian armada KRL oleh PT. KCJ sehingga perjalanan KRL Jabodetabek telah mencapai lebih dari 600 perjalanan KA, suatu pertumbuhan yang sangat pesat dan akan terus tumbuh karena targetnya pada tahun 2019 penumpang akan mencapai 1,2 juta orang perhari.

Pertumbuhan KA penumpang antar kota juga juga terus bertambah.Pembatasan penumpang KA 100 % dari kapasitas tempat duduk, telah mengurangi space penumpang yang biasanya melebihi kapasitas. Karena penumpang terus tumbuh, maka satu-satunya cara untuk mengimbangi permintaan masyarakat yang terus naik, maka PT. KAI harus menambah perjalanan KA baru, yang otomatis akan menambah frekuensi perjalanan KA, khususnya pada koridor Jakarta-Bekasi-Cikarang.

Pertumbuhan permintaanangkutan tidak hanya terjadi pada angkutan penumpangKRL Jabodetabek, KA penumpang antar kota, namun juga padaangkutan barang. Seiring dengan kebijakan PT. KAI yang sedang giatmerubah porsi dan komposisi pendapatan angkutan barang dengan target pendapatan 70 % nantinya dari angkutan barang, tentu akan menambah perjalanan KA barang. PT. KAI telah melakukan investasi 100 lokomotif CC 206 untuk angkutan barang di Jawadan gerbongPPCW untuk angkutan kontainer Jakarta-Surabaya dan Jakarta-Bandung.

Pertumbuhan angkutan penumpang KRL Jabodetabek koridor Jakarta-Bekasi cukup tinggi. Pertumbuhan akan terus naik seiring pembangunan elektrifikasi Bekasi-Cikarang, sehingga harus diantisipasi dengan pembangunan jalur ganda khusus untukKA antar kota dan angkutan barang.KA antar kota, KA barang di Jawa dan KRL Jabodetabek harus memiliki jalur sendiri sehinggatidak saling menganggu dalam operasionalnya.

Kondisi lintas Manggarai-Cikarang telah menjadi perhatian pemerintah, sehingga pembangunan DDT antara Manggarai-Cikarangsegera dituntaskan dalam beberapa tahun ke depan.Apabila pembangunan empat jalur antara Manggarai-Cikarang ditunda, maka akan mempersulit antara KRL Jabodetabek, KA antar kota dan KA barang yang semuanya bertambah frekuensi perjalanannya, mengikuti tren kenaikan angkutan.Ser

Tertundanya pembangunan DDTManggarai-Cikarang bertahun-tahun sudah mulai mencair. Proyek DDTtelah berhasil membebaskan lahan Rumah Dinas di Cipinang dan daerah- daerah sepanjang lintasantara Jatinegara-Bekasi-Cikarang. Keberhasilan pembebasan lahan ini telah mendorong Ditjen Perkeretaapian untuk segera mencairkan dana APBN dan dana pinjaman lunak dari Jepang. Saat ini pembangunan empat jalur sudah memasuki tahap konstruksi.

[caption id="attachment_352984" align="aligncenter" width="300" caption="suasana penumpang krl di stasiun duri (foto:Yos Asmat)"]

14080626941949629135
14080626941949629135
[/caption]

Elevated Loop Line, Depok dan Serpong

Untuk memeningkatkan kapasitas angkut, keselamatan dan mengurangi frekuensi buka tutup perlintasan sebidang, pemerintah akanmembangun elevated atau jalur layang KA lingkar , loop line. Untuk lintas Manggarai – Bekasi dengan memisahkan jalur KRL, KA penumpang kota dan KA angkutan barang dengan membangun dua track baru, sehinggan menjadi empat jalur KA.

Penambahan duajalur baru di sisi rel eksisiting karena pada lintas Jatinegara-Bekasi di sisi rel eksisiting karena lahan yang tersedia cukup.Sehingga rel baru dapat berdampingan dengan rel eksisiting menjadi empat jalur. PR ke depan masalah perlintasan sebidang yangharus ditutup semua, karena KA bisa balap, baik KRL maupun KA antara kota. Harus diantisipasi sejak dini masalah perlintasan KA.

Yang bermasalah untuk penyediaan lahan justru lintas Manggarai-Depok-Bogor dan Lintas Tanahabang-Serpong. Lintas Bogor yang paling padat diapit dua jalan raya yang padat. Demikian juga lintas Tanahabang-Serpong jalanmemunginka membangun rel baru di sisi kanankiri rel eksisting. Jalan keluar terbaik membangun jalur baru di atas jalur eksisisting, elevated atau layang.

Untuk mewujudkan jalur layang di atas rel eksisting pemerintah tidak perlu pembebasab lahan, cukup menertibkan jalur ROW (Rail Of Way) atau jalur kanan kiri rel sebagai ruang manfaat jalur KA (Rumaja) dan ruang milik jalur KA (Rumija) yang merupakan milik pemerintah. Cukup menertibkan Rumaja dan Rumija ini karena standar minimum jarak dari as rel 6 meter,umumnya lebih luas, bahkan ada yang lebih dari 30 meter.

Persoalan berikutnya adalah pendanaan. Pembaca tulisan sebelumnya mengusulkan pengalihan dana pembangunan jalan Tol dalam kota. Jalan tol memang cepat kembali biaya investasi. Sedangkan jalan KA sangat lambat dana balik. Namun dampak pembangunan jalan tol akan membelenggu pemerintah untuk subsidi BBM, polusi dan tidak menyelesaikan kemacetan. Pertimbangkan matang, PR untuk pemerintahan Jokowi-JK.

Membangun jalan KA lebih hemat lahan, energi, polusi rendah, mengatasi kemacetan dan mengangkut banyak orang dalam waktu bersamaan. Karena itu alihkan anggaran 41 triliun untuk membangun jalan tol dalam kota untuk membangun elevated Depok dan Serpong. Anda setuju? Semoga. ###

Akhmad Sujadi.

Tukang kebun. Bukan orang Jakarta berpikir untuk Jakarta, untuk Indonesia yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun