[caption id="attachment_352858" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi: KRL Jabodetabek/Kompasiana (Kompas.com)"][/caption]
Pemerintah Kolonial Belanda telah mewariskan jaringan kereta api (KA) lengkap dengan jaringan elektrifikasi di Jakarta yang sekarang telah berkembang menjadi Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek. Kereta listrik di Jakarta lahir sejak tahun 1925, ketika perusahaan Belanda itu berstatus Staat Spoorwegen (SS). Dengan bangga SS meresmikan pembukaan jalur elektrifikasi pertama dari Tanjungpriuk ke Mester Cornelis (Jatinegara) yang diresmikan bersamaan dengan Hari ulang tahun SS pada tanggal 6 April 1925.
Pada awalnya pemafaatan jalur elektrifikasi masih sebatas menggunakan lokomotif listrik buatan Jerman dan Belanda. Lokomotif listrik itu menarik rangkaian gerbong kereta kayu. Gerbong kereta yang ditarik tidak memiliki mesin dan jaringan aliran listrik seperti KRL saat ini. Kereta kayu ini mondar mandir di Jakarta, ke Bogor, Tanjungpriuk dan menyusuri jalur lingkar dalam kota dari Jatinegara-Manggarai-Tanahabang-Duri-Pasarsenen dan kembali ke Manggarai yang dikenal dengan jalur loop line yang melingkar di dalam kota Jakarta.
Kereta kayu yang ditarik dengan lokomotif listrik buatan Jerman dan Belanda inilah yang menjadi cikal bakal kita mengembangkan KRL Jabodetabek. Berawal dari kereta kayu yang ditarik lokomotif listrik yang saat ini telah menjelma menjadi angkutan perkotaan andalan warga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan sekitarnya. Belanda telah menancapkan basis angkutan perkotaan yang apabila dikembangkan secara baik mungkin telah lebih maju dan modern dibanding perkeretaapian di Asean.
[caption id="attachment_352776" align="aligncenter" width="300" caption="KRL lintas duri - Tangerang (foto :Yos Asmat)"]
Seiring perkembangan teknologi kereta api di dunia, negara kita kebagian imbas. Kereta kayu dan lokomotif listrik diganti dengan KRL. Angkutan KRL sangat cocok dengan perkembangan Ibu Kota Jakarta yang dengan cepat telah menjadi kota metropolitan. Dengan perkembangan penduduk mencapai lebih dari 8 juta di DKI dan puluhan juta di kota penyangga seperti Depok, Bogor, Tangerang dan Bekasi, maka angkutan ini berkembang menjadi angkutan KRL Jabodetabek.
Lokomotif listrik yang didatangkan SS untuk melayani transportasi Jakarta ada4 buah dan melayani rute Tanjungpriuk-Jatinegara, Jakarta-Bogor dan jalur lingkar DKI Jakarta. Bertahun-tahun sejak diluncurkan pada tahun 1925 kereta ini melayani warga Ibu kota dan sekitarnya bertransportasi kereta apidengan aman dan nyaman. Apalagi penduduk Ibu kota saat itu belum sepadat saat ini.
Sejak kedatangan armada KRL pada 1976 untuk pengganti kereta dengan lokomotif listrik, kebutuhan armada kereta tidak sebanding dengan pertumbuhan penumpang. Sementara pendapatan dari angkutan KRL sendiri selalu tekor. Bentuk usaha dan pengelolaan yang masih belum membaik mengakibatkan PJKA saat itu merugi. Bocornya pendapatan tiket KRL karena berbagai kelemahan memperburuk layanan KRL Jabodetabek. Karena itu untuk pengadaan KRL dibantu sepenuhnya oleh pemerintah melalui dana APBN dan bantuan luar negeri.
Umumnya bantuan luar negeri merupakan hasil kerja sama bilateral antar dua pemerintahan. Karena itu pengadaan KRL juga ada yang merupakan hasil kerjasama antar negara yang berbeda yang memiliki produk KRL, sehingga jenis armada KRL juga beraneka ragam. Ada KRL reostatik, Holex, Nippon, dan Produksi dalam negeri PT. INKA Madiun. Jenis KRL bervariasi sesuai dengan siapa atau negara mana yang memberikan bantuan dalam kerjasama bilateral.
Pada awalnya armada KRL disediakan sepenuhnya oleh pemerintah. PJKA waktu itu tinggal menerima, mengoperasikan dan merawat semampunya. PJKA tidak perlu mikir untung rugi karena memang berbentuk jawatan kereta api yang bertugas melayani masyarakat, memberikan pelayanan publik. Semua fasiltas dari rel, kereta, persinyalan sampai stasiun diadakan oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Departemen Perhubungan.
Selain membangun jalur ganda lengkap dengan elektrifikasinya, pemerintah juga telah berupaya membantu dengan membeli beberapa KRL baru kelas ekonomi jenis Holex yang dibangun di PT. INKA Madiun sekitar tahun 1990an. Meskipun berteknologi lebih modern dibanding KRL sebelumnya. Namun karena KRL Holex buatan negara Eropa, maka teknologinya kurang bersahabat dengan para teknisi Indonesia, yang sudah lama akrab dengan teknologi KRL reostatik produk negeri Sakura, Jepang.
Seiring sering mogoknya KRL Holex telah membuat perjalanan KRL sering terganggu. Karena tingkat frekuensi mogoknya lebih tinggi dibanding KRL lain, maka sejak tahun 2009 secara bertahap KRL Ekonomi Holex ini ditarik dari peredaran. Slot KRL Ekonomi Holex dipakai untuk menjalankan KRL AC, oleh PT. KAI sehingga secara bertahap KRL Holex dapat masuk Balai Yasa Manggarai dan tidak dioperasikan lagi. Berkurangnya armada KRL Ekonomi Holex telah sedikit memperlancar operasi KA.
Masuknya KRL Holex ke Balai Yasa Manggarai merupakan upaya PT. KAI menciptakan keselamatan operasi perjalanan KA serta keselamatan penumpangnya. Meskipun KRL holex mesinnya rusak, namun Body KRL yang terbuat dari aluminium stainless pilihan membuat body KRL ini tahan karat dan bodynya masih tetap bagus. Karena itu pemerintah sebagai pemilik KRL Holex memanfaatkan body KRL yang masih bagus ini untuk diretrovit menjadi Kereta Rel Disel Elektrik (KRDE), yang dapat beroperasi tanpa jaringan listrik aliran atas (LAA).
Pengembangan KRL Jabodetabek tidak akan berkembang tanpa campur tangan pemerintah yang berkewajiban membangun infrastruktur perkeretaapian. Melalui Ditjen Perkeretaapian ,Pemerintah telah, sedang dan akan terus mengembangkan jaringan rel elektrifikasi untuk memperluas jaringan pelayanan KRL. Ditjen Perkeretaapian telah membangun jalur ganda Tanahabang-Serpong dilanjutkan Serpong-Parungpanjang-Maja-Rangkasbitung. Kemudian juga telah membangun jalur ganda dan elektrifikasi lintas Duri-Tangerang. Tidak ketinggalan jalur Citayam-Nambo juga telah dibangun elektrikifikasi jaringan KRL.
Selain membangun ke arah selatan dan barat, Ditjen perkeretaapian juga sedang membangun elektrifikasi lintas Bekasi-Cikarang. Pembangunan dan pengembangan KRL lintas Bekasi-Cikarang merupakan respon Pemerintah akan kebutuhan masyarkat di wilayang Tambun, Cibitung dan Cikarang. Selama ini warga di daerah ini bila akan ke Jakarta harus naik motor, mobil pribadi dan kendaraan jalan raya dari daerahnya ke Stasiun Bekasi.
Dengan dibangun elektrifikasi KRL lintas Bekasi-Cikarang akan memudahkan masyarakat di sepanjang lintas ini dalam menggunakan jasa KRL. Dengan demikian masyarakat yang biasanya menggunakan kendaaraan pribadi akan beralih menggunakan jasa KA dari tempat tinggal mereka. Hal ini tentu akan menghemat energi BBM dan mengurangi kemacetan lalu lintas, Dengan demikian amanah kepada Ditjen perkeretaapian telah memberikan manfaat kepada pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.
Dobel-dobel Track Manggarai-Cikarang
Karakter lintas Jabodetabek berbeda satu dengan yang lain. Parahnya lagi lintasan KRL , dipakai pula untuk KA antar kota dan KA angkutan barang. KA antar kota mengambil jalur yang sama di lintas tengah antara Jakartakota-Manggarai-Jatinegara. Lalu Jakartakota, Priuk-Senen-Jatinegara-Bekasi-ke lintas Jawa.
Sudah terasa dampak kemacetan lalu lintas di Ibu Kota. KRL semakin padat. Pertumbuhan penumpang sejak 2009 hingga akhir 2013 tumbuh luar biasa. Penumpang yang tercatat pada 2009 berkisar 450-an ribu. Pada 2013 telah menyentuh angka 650 ribuan orang. Jumlah armada dan perjalanan KRl juga terus bertambah.
Penambahan frekuensi bukan hanya monopoli KRL. KA antar kota dan KA barang pun berlomba menyesaki jalur KA. Sehingga KA antar kota, KA angkutan barang dan KRL Jabodetabek terseodat perjalanannya. Trouble perjalanan tidak hanya pada lintas Jatingara sebagai lintas KA ke Jawa, namun juga menimpa jalur Jakarta-Bogor. Sedangkan lintas Tanahabang-Serpong dan Duri-Tangerang belum terkena dampak.
Untuk memecahkan problem pada lintas Manggarai-Jatinegara-Bekasi-Cikarang, pemerintah sedang melaksanakan pembangunan proyek empat jalur untuk memisahkan KRL, KA antar kota dan KA angkutan barang. Pembangunan ini diharapkan menjadi solusi. Tidak hanya itu pemerintah juga berencana membangun jalur layang di dalam kota Jakarta yang dikenal dengan loop line elevated.
[caption id="attachment_352775" align="aligncenter" width="300" caption="Kondisi Jalan Layang KRL (foto: Yos Asmat)"]
Elevated loop line harus diteruskan. Lintas Jakarta-Bogor dan Tanahabang-Serpong yang merupakan koridor padat harus dibangun elevated. Sehingga jalur elevated dapat diperluas ke Serpong dan Depok. Untuk jalur bawah lintas Jakarta-Bogor khusus untuk KRL Jakarta-Bogor dan KA barang. Track elevated khusus KRL Jakarta-Depok.
Demikian juga untuk lintas Tanahabang-Serpong khusus untuk KRL sampai Serpong. Sedangkan untuk KRL Tanahabang-Parungpanjang-Maja-Rangkas lewat jalur bawah. Karena sudah urgen, pemerintah harus melaksanakannya sekarang. Kapan lagi kalau bukan sekarang? Siapa lagi kalau bukan kita. Kabinet Jokowi-JK Insya Allah dapat mewujudkanya. Semoga. ####
Akhmad Sujadi
Pemerhati kereta api
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H