Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Sampai Kapan KRL Penuh Sesak

12 September 2014   14:16 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:54 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Oleh; Akhmad Sujadi

Mulai Kamis (11/9) PT. Commuter Jabodetabek- PT. KCJ menambah satu rangkaian KRL seri 205 dengan 10 gerbong kereta pada lintas Jakartakota-Bogor. Penambahan 1 set unit KRL dengan formasi 10 kereta ini akan menambah 9 perjalanan KRL Jakartakota-Bogor PP dalam sehari. Dengan penambahan perjalanan ini maka pada lintas terpadat KRL ini akan bertambah menjadi 200 perjalanan.

Penambahan perjalanan merupakan kewajiban bagi PT. KCJ dalam mengimbangi permintaan penumpang yang terus merangsek naik. Pada 2009 penumpang KRL yang tercatat membeli tiket berkisar 450 ribu orang per hari. Sejak diberlakukan tiketing elektronik yang menyulitkan penumpang gelap menyusup ke dalam stasiun dan didalam gerbong KRL, KCJ mencatat volume telah mencapai antara 600 hingga 650 ribu orang perhari (Siaran Pers PT. KCJ 10/9).

Kenaikan volume penumpang KRL melonjak tajam ketika diterapkan tiketing elektronik, penerapan tarif progresif dan subsidi pemerintah kepada pengguna KRL. Sejak subsidi digelontorkan pada 1 Juli 2014 lalu, maka tarif KRL turun rata-rata 60 % yang dibayar pengguna jasa. Pengguna menikmati subsidi karena kabaikan pemerintah agar pekerja golongan bawah yang semula naik KRL Ekonomi panas dapat naik KRL CL.

Meskipun disubsidi eks penumpang KRL Ekonomi non AC tetap membayar harga lebih tinggi dibanding sebelumnya. Tarif KRL Ekonomi berkisar antara Rp 1.500 hingga maksimum Rp 2.500. Tarif CL minimal Rp 2.000. Penikmat subsidi KRL paling besar justru pada pengguna KRL kelas menengah dan atas yang tarifnya turun. Pengguna Eks KRL Ekonomi belum menikmati subsidi yang sebenarnya.

Meskipun nggerundul (mengeluh) dengan kondisi KRL yang penuh sesak dibanding sebelum menjadi Commuter Line (CL) pengguna KRL tetap setia menunggunakanya KRL. KRL ibarat istri atau suami. Diomelin, diributin toh dipakai juga. KRL diyakini masih menjadi angkutan umum tercepat, teraman dan ternyaman di Jabodetabek untuk saat ini. Kemungkinan bila MRT sudah terwujud keunggulan itu akan tergusur.

Bertambahnya penumpang KRL di hampir semua koridor sering menjadi keluhan pengguna jasa, khususnya bagi mereka yang sebelumnya menikmati KRL Pakuan Jakarta-Bogor, Bekasi Ekspres Jakarta-Bekasi, Serpong Ekspres Jakarta-Serpong dan KRL Ekspres lainya yang cepat, aman dan nyaman. KRL Ekspres waktu tempuhya lebih singkat karena tidak berhenti di semua stasiun dan bisa menyusul KRL ekonomi. Eks pengguna KRL Ekspres rindu dengan pelayanan masa lalu, bahkan merka menunggu kapan KRL Pakuan dan KRL Ekpres lainnya hidup lagi.
Harapan pengguna KRL Ekspres untuk kehadiran KRL Ekspres sulit diwujudkan operator. Untuk mengatur 684 perjalanan KRL saja sudah operator sudah kerepotan. Terbatasnya jaringan infrastruktur KRL akan berpengaruh pada kelancaran dan penambahan frekuensi perjalanan. Selain terbatasnya jaringan KRL kondisi lingkungan jalur KA dan sistim persinyalan KRL juga sudah berusia lebih dari 15 tahun. Hal ini perlu segera dipikirkan penggantianya agar persinyalan makin handal.

KRL akan lebih penuh sesak bila terjadi keterlambatan. Ketika perjalanan tersendat akibat salah satu KRL mogok, pohon tumbang atau sebab lainnya, maka penumpukan penumpang di beberapa stasiun akan terjadi. Penumpang KRL yang terus mengalir khususnya pada pagi dan sore menyebabkan penumpukan penumpang di stasiun. Bila keterlambatan tiba maka KRL akan penuh sesak. Sehingga keselamatan, keamanan dan kenyanan sulit dinikmati penumpang.

Pergerakan volume penupang KRL Jabotabek mulai merangkak naik signifikan ketika jalur ganda Tanahabang-Serpong dioperasikan sejak 2007 silam. Penambahan jaringan baru untuk sementara ini baru bisa dilakukan dengan membangun satu track baru sejajar track lama, sehingga beberapa koridor yang sebelumnya satu jalur telah ganda. Namun untuk manambah jaringan baru di luar track lama masih butuh waktu panjang. Entah kapan.
Pemerintah melalui Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan telah menyelesaikan jalur ganda Serpong-Parungpanjang dan dalam proses pembangunan untuk lintas Parungpanjang-Maja. Ditjen Perkeretaapian berencana memperpanjang jalur rel ganda dari Maja ke Rangkasbitung. Ke depan pelayanan KRL Jabotabek akan lebih luas di provinsi Banten.

Untuk lintas timur penambahan dan perluasan jaringan KRL sedang tahap konstruksi pada lintas Bekasi-Cikarang. Diperkirakan pembangunan elektrifikasi KRL ini bakal rampung pada akhir 2015 mendatang sehingga awal 2016 sudah dapat dioperasikan melayani pengguna jasa. Perluasan jaringan KRL ke Banten dan Cikarang bukan jaminan penumpang KRL akan terhindar dari penuh sesak.

Permasalahan KRL ada di Manggarai yang mengatur KA antar kota, KRL Jabotabek dan KA angkutan semen. Lalu di Tanahabang, Pasarsenen, Gambir dan tempat-tempat pertemuan antara KRL dengan KA antar kota yang masih dalam satu jalur pelayanan. Jadi meskipun jaringan KRL diperpanjang, permasalah di dalam kota Jakarta sendir harus paralel dipikirkan.

Meskipun KRL terus bertambah panjang rangkaianya jadi 10 gerbong kereta dan jumlah perjalanannya bertambah penumpang KRL akan terus mengeluh penuh sesak di dalam gerbong kereta. Sifat angkutan perkotaan di negara mana pun sama. Padat pada pagi hari dan sore ketika para pekerja berangkat dan pulang kantor. Para pekerja yang ketika pagi berdandan ayu harus berdesakan, maka pudarlah kecantikannya. Ketika badan lelah sehabis kerja saat pulang dalam kondisi kereta penuh sesak, mereka hanya bisa pasrah dan berdoa agar perjalanan lancar tidak ada gangguan. Jadi sampai kapan penumpang KRL akan penuh sesak?

Pengguna KRL harus memahami bahwa KRL Jabotabek memiliki keterbatasan jaringan yang menyulitkan operator menambah frekuensi dan menjamin kelancaran perjalanan. Ketepatan waktu ajaib bila terwujud pada jam sibuk. Berikutnya sistem persinyalan KRL juga perlu perbaikan dan perlu dana besar. Tak kalah penting kondisi lingkungan jalur KRL yang kumuh juga andil, karena seringkali perilaku sebagian warga membuang sampah di rel , dibakar dan menyebabkan gangguan persinyalan.

Faktor alam dan sensitifnya persinyalan yang belum dapat membackup petir seringkali membuat penumpang dan petugas KRL lelah karena gangguan perjalanan. Jadi sampai kapan penumpang akan berdesakan ketika naik KRL sampai anda tetap menggunakan KRL pada jam sibuk, pagi dan sore hari. Bila anda tidak ingin berdesakan, kami sarankan anda menggunakan KRL tidak pada jam padat. Setelah jam 09.00 pagi dan setelah jam 21.00 umumnya lebih longgar. ####

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun