Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Misteri Kereta Aling-aling

13 September 2014   15:49 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:48 2215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_358894" align="aligncenter" width="640" caption="gerbong aling-aling (foto:www.flickr)"][/caption]

Penumpang awam masih penasaran ketika naik kereta api (KA) ada 1 gerbong yang dikosongkan dalam setiap perjalanan. Katanya kereta itu untuk aling-aling. Apa itu aling-aling? Kereta aling-aling masih menjadi misteri para penumpang.

Kereta Aling-aling diterapkan di KAI pada masa perubahan dalam penataan perusahaan. Jauh sebelum ada pembatasan penumpang 100 %. Kontan saja pemberlakuan kebijakan ini pro kontra dan penuh tantangan di lapangan. Para petugas KAI di stasiun maupun di atas KA hampir setiap hari kontra dengan penumpang.

Para Kru KA kondektur, teknisi KA dan masinis harus berjibaku mempertahankan kebijakan kereta aling-aling dari serbuan penumpaang yang ingin masuk dan biasanya grup ini mafia penumpang tanpa tiket dari oknum-oknum TNI, PNS, dan pegawai swasta lainnya yang umumnya setiap minggu pulang kampung karena keluarga tidak tinggal di Jakarta.

[caption id="attachment_358893" align="aligncenter" width="500" caption="penertiban penumpang (foto: flickr.com)"]

14105725211564823372
14105725211564823372
[/caption]

Penerapan kereta aling-aling dimulai pasca kecelakaan KA Argobromo Anggrek yang menabrak KA Senja Utama Semarang di Stasiun Petarukan. Korban kecelakaan ini merenggut nyawa lebih dari 30 orang.

Belum lepas ingatan kita dengan peristiwa kecelakaan di Petarukan, terjadi kecelakaan lagi di Stasiun Langen, Jawa Barat. Dampaknya lebih dari 5 orang meninggal dunia.

Para korban kecelakaan KA umumnya yang naik di gerbong kereta paling depan atau paling belakang. Namun korban di Petarukan karena benturan dahsyat sehingga korbanya tidak sedikit.

Dua peristiiwa kecelakaan KA di tempat berbeda, memberi pelajaran kepada KAI pimpinan Ignasius Jonan. Langkah pencegahan dampak kecelakaan pun diantisipasi. Diantaranya merangkaikan gerbong kereta aling- aling dalam setiap perjalanan KA.

Pada masa pertama kali kebijakan ini diterapkan, kereta aling-aling dipasang pada rangkaian paling depan dan paling belakang urutan KA. Gerbong kereta aling-aling bisa gerbong kereta bagasi dan power listrik, biasa disebut BP (Begasi Power). Bisa juga kereta B (bagasi) saja. Idealnya memang kereta B atau BP yang dipasang sebagai kereta aling-aling.

Kenapa lebih tepat gerbong kereta B atau BP? Seperti fungsinya sebagai aling-aling. Dalam kamus bahasa Indonesia Aling-aling artinya pelindung, penahan atau penyekat. Namun kita ambil yang lebih tepat pelindung.

Jadi penempatan kereta Aling-aling dalam setiap perjalanan KA, khususnya KA penumpang jarak jauh, kereta aling-aling berfungsi sebagai pelindung bila terjadi benturan keras. Bisa tabrakan dari depan dan atau dari belakang.

Sistem keselamatan KA saat itu dalam proses penataan, sehingga kebijakan penempatan kereta aling-aling juga bagian dari proses menuju keselamatan operasi KA yang permanen untuk menjamin keselamatan KA secara keseluruhan.

Penerapan kebijakan penempatan gerbong kereta aling-aling pada masa itu jumlah gerbong B atau BP sebagai gerbong aling-aling paling ideal sangat terbatas. Sehingga KAI menggunakan kereta-kereta penumpang untuk digunakan sebagai kereta aling-aling.

Kontan saja kereta kelas eksekutif, bisnis dan kereta ekonomi dikorbankan untuk kereta aling-aling. Dampak kebijakan tidak populer ini pro kontra di internal dan eksternal KAI.

Kontra internal karena kebijakan itu mengurangi kapasitas angkut kereta. Setiap perjalanan harus mengurangi 1 hingga 2 gerbong kereta dikosongkan. Bagian pemasaran khawatir pendapatan berkurang karena alokasi tempat duduk dipakai untul kereta aling-aling.

Kontra di bagian sarana karena harus menutup rapat gerbong kereta. Semula di Krul (ikat) pakai kawat. Namun krul kawat sering dibuka paksa oleh segerombolan roker (rombongan kereta). Mereka masuk dalam jumlah besar, sehingga kru KA tidak mampu mencegah.

Karena krul tidak mampu menahan para penumpang nakal, akhirnya gerbong kereta aling-aling dilas semua semua pintunya. Jendela kaca yang sering dipecahkan penumpang diganti besi pelat baja. Akibatnya gerbong kereta tidak bisa dimasukin penumpang dan juga petugas.

Kondisi sterilisasi gerbong kereta yang ketat membuat kereta sulit dibersihkan. Jok, lantai, dinding berdebu sehingga para roker mulai takut memasuki gerbong kereta aling-aling. Gerbong menjadi angker dan ada pula yang memberi sebutan Kereta setan atau kereta hantu karena angker.

[caption id="attachment_358895" align="aligncenter" width="700" caption=" gerbong aling-aling menggunakan kereta K3 (foto: semboyan35.com)"]

1410572866934272979
1410572866934272979
[/caption]

Julukan kereta hantu dan angker tidak digubris KAI demi penegakan aturan untuk menjamin keselamatan KA, penumpang dan harta benda para penumpang yang diangkut KA. Direksi KAI tegas ke dalam dan tidak lunak ke luar. Sehingga ketika suatu peristiwa Gerbong kereta aling-aling dimasuki ratusan oknum TNI dan beberapa stasiun tidak bisa mengatasi, Direksi memilih menurunkan pejabat tertinggi di Cirebon. Kadaop harus menerima sanksi  mutasi.

Direksi menilai Kadaop yang bersangkutan belum mampu melaksanakan tugas dan mendukung kebijakan perusahaan. Direksi berkesimpulan Kadaop seharusnya melepas kereta paling belakang, ditinggal di Stasiun Cirebon. Langkah ini agar menjadi pelajaran para roker yang mengganggu pelayanan KA. Roker umumnya tidak punya tiket, sering melemahkan petugas dan seenaknya menggunakan KA.

Dengan acungan dua jempol kepada KAI karena gerbong kereta aling-aling yang pro kontra di internal dan eksternal berhasil diterapkan untuk melindungi penumpang. Bertahap KAI juga sudah menyelesaikan pengadaan gerbong Bagasi sebagai pelindung kereta penumpang.

Memang berat perjuangan seluruh karyawan KAI dalam penerapan kebijakan ini. Namun KAI berhasil melawan diri sendiri, para penumpang nakal dan para stakeholder yang sebelumnya tidak memahami filosofi penempatan kereta aling-aling. Masih misterikah kereta aling-aling? Semoga paham dengan tulisan ini. Salam. ++++

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun