Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Misteri Kereta Aling-aling

13 September 2014   15:49 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:48 2215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sistem keselamatan KA saat itu dalam proses penataan, sehingga kebijakan penempatan kereta aling-aling juga bagian dari proses menuju keselamatan operasi KA yang permanen untuk menjamin keselamatan KA secara keseluruhan.

Penerapan kebijakan penempatan gerbong kereta aling-aling pada masa itu jumlah gerbong B atau BP sebagai gerbong aling-aling paling ideal sangat terbatas. Sehingga KAI menggunakan kereta-kereta penumpang untuk digunakan sebagai kereta aling-aling.

Kontan saja kereta kelas eksekutif, bisnis dan kereta ekonomi dikorbankan untuk kereta aling-aling. Dampak kebijakan tidak populer ini pro kontra di internal dan eksternal KAI.

Kontra internal karena kebijakan itu mengurangi kapasitas angkut kereta. Setiap perjalanan harus mengurangi 1 hingga 2 gerbong kereta dikosongkan. Bagian pemasaran khawatir pendapatan berkurang karena alokasi tempat duduk dipakai untul kereta aling-aling.

Kontra di bagian sarana karena harus menutup rapat gerbong kereta. Semula di Krul (ikat) pakai kawat. Namun krul kawat sering dibuka paksa oleh segerombolan roker (rombongan kereta). Mereka masuk dalam jumlah besar, sehingga kru KA tidak mampu mencegah.

Karena krul tidak mampu menahan para penumpang nakal, akhirnya gerbong kereta aling-aling dilas semua semua pintunya. Jendela kaca yang sering dipecahkan penumpang diganti besi pelat baja. Akibatnya gerbong kereta tidak bisa dimasukin penumpang dan juga petugas.

Kondisi sterilisasi gerbong kereta yang ketat membuat kereta sulit dibersihkan. Jok, lantai, dinding berdebu sehingga para roker mulai takut memasuki gerbong kereta aling-aling. Gerbong menjadi angker dan ada pula yang memberi sebutan Kereta setan atau kereta hantu karena angker.

[caption id="attachment_358895" align="aligncenter" width="700" caption=" gerbong aling-aling menggunakan kereta K3 (foto: semboyan35.com)"]

1410572866934272979
1410572866934272979
[/caption]

Julukan kereta hantu dan angker tidak digubris KAI demi penegakan aturan untuk menjamin keselamatan KA, penumpang dan harta benda para penumpang yang diangkut KA. Direksi KAI tegas ke dalam dan tidak lunak ke luar. Sehingga ketika suatu peristiwa Gerbong kereta aling-aling dimasuki ratusan oknum TNI dan beberapa stasiun tidak bisa mengatasi, Direksi memilih menurunkan pejabat tertinggi di Cirebon. Kadaop harus menerima sanksi  mutasi.

Direksi menilai Kadaop yang bersangkutan belum mampu melaksanakan tugas dan mendukung kebijakan perusahaan. Direksi berkesimpulan Kadaop seharusnya melepas kereta paling belakang, ditinggal di Stasiun Cirebon. Langkah ini agar menjadi pelajaran para roker yang mengganggu pelayanan KA. Roker umumnya tidak punya tiket, sering melemahkan petugas dan seenaknya menggunakan KA.

Dengan acungan dua jempol kepada KAI karena gerbong kereta aling-aling yang pro kontra di internal dan eksternal berhasil diterapkan untuk melindungi penumpang. Bertahap KAI juga sudah menyelesaikan pengadaan gerbong Bagasi sebagai pelindung kereta penumpang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun