Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kembalikan Rambutku Aku Minta Potong Jambul Seperti Batuta

15 Oktober 2014   15:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:57 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1413338935564399833

[caption id="attachment_366562" align="aligncenter" width="640" caption="Exel dan Tuta saat potong rambut (foto:Sujadi)"][/caption]

Oleh; Akhmad Sujadi

Exel dan Tuta, sepupuan. Mereka berdua potong rambut di Salon Wulan. Sesuai kesepakatan keduanya, anak usia di bawah empat tahun ini sepakat memberikan kesempatan kepada yang tua. Maka Exel Habibi yang usianya lebih tua dari Tuta maju untuk potong rambut lebih dulu. Exel yang lebih tua satu tahun dari sepupunya, Batuta memiliki rambut kaku, dan rambutnya berdiri. Menurut mba Wulan Ex,el lebih cocok dipotong model cepak bak tentara. petugas salon segera menyelesaikan tugasnya dengan cepat sesuai model rambutnya.

Kini giliran Batuta maju untuk potong rambut. Tuta, panggilan Batuta memiliki rambut panjang. rambut Tuta dapat dimodel sesuai sesuai model yang diinginan. Petugas salon pun membentuk rambut Tuta dengan potongan seperti bintang sinetrom masa kini. Untuk memotong rambut tuta, petugas salon menyemprotkan air agar rambuutnya lembek dan mudah diatur. Mba Wulan juga menggunakan gunting dan sisir untuk merapikan rambutnya Tuta.

Ketika melihat cermin, Exel melihat kepalanya yang sudah rapih, dengan potongan pendek, seperti potongan rambut TNI. Usai bercermin Exel mendekati Tuta yang sedang dipotong. Nampak mba Wulan menggunakan gunting dan sisir. "Melihat Tuta dipotong rambutnya pakai gunting, sisir dan disemprot air. Exel meminta rambutnya disemprot air. Exel juga minta gunting dan meminta rambutnya dipotong pakai gunting.

Untuk meredakan Exel yang mau menangis, kuambil sebotol air. Lalu kusemprotkan air ke kepala Exel. Usai disemprot Exel minta digunting rambutnya, kuambil gunting untuk pura-pura memotong rambutnya. Exel mulai sembab dan ingin menangis karena rambutnya tidak dipotong persis rsmbut Tuta. Takmlam Exel pun lebih mendekat ke Tuta yang sedang dipotong. Rambut Tuta dibuat jambul oleh mba Wulan. Mba Wulan juga bilang bagus, sambil mengakhiri memotong.

Melihat rambut Tuta jambul sedangkan Exel rambutnya plontos pendek, Exel iri. Dia menagis sejadinya. Exel minta dipotong seperti Tuta, rambutnya dibikin jambul ke atas. Kontan saja kami heran dan lucunya, Exel tidak mau diajak pulang sebelum rambutnya dibikin jambul.Mba Wulan pun kewalahan, karena Exel minta rambutnya dikembalikan dan dipotong jambul seperti Tuta.

Dari kisah potong rambut Exel dan Batuta, apa yang bisa kita petik dari peristiwa ini? Sering kali kita mengikuti model artis sinetro di TV yang lebih menjadi panutan dibanding tuntutan agama, norma, hukum yang berlaku. Kita lebih mudah meniru model yang sering kita lihat. Iklan produk dan berbagai keinginan yang belum tentu pas dengan kondisi dan situasi kita, juga sering membuat kita menjadi konsumtif.

Kehadiran HP yang terus berubah setiap saat telah mendorong kita mengutamakan HP dibanding perintah agama. Karena budaya konsumtif kita, seringkali barang yang sudah kita beli seringkali tidak cocok kita pakai. karena membeli barang tidak sesuai yang dibutuhkan, namuan sesuai apa yang diinginkan. "Sering pula kita membeli produk namun tidak sesuai dengan kebutuhan. Produk dibeli karena pengaruh iklan dan kegunaanya tidak maksimal."

Sesungguhnya ketika kita membeli produk harus dipertimbangkan apakah kita membutuhkan barang itu? Teliti sebelum membeli juga menjadi pertimbangan sebelum transaksi. Bila kita salah membeli produk dan barangnya tidak dapat dimanfaatkan optimal, maka kita akan rugi. Barang yang sudah dibeli sulit dan tidak mungkin mau menerima brang yang sudah kita beli. Seperti kisah Exel dan Batuta, Exel meminta rambutnya diminta kembali dan meminta rambutnya dipotong jambul. tidak mungkin bukan?

Bila kisah Exel dan Batuta dengan kematian yang akan datang setiap saat, tentu bisa diambil pelajaran. Bila nyawa kita telah di tenggorokan, tak satupun yang dapat menolongnya. Maut menjemput kapan saja. Tak pandang ganteng, cantik, pejabat, rakyat, kaya miskin semua akan binasa. Ketika kita sudah mati, maka kita tidak akan dapat kembali. Mari kita ingat kematian, semoga khsunul khatib ah. Mati dalam keadaan baik. ###

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun