Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Menduetkan Jonan dan Ahok Atasi Kemacetan Ibu Kota

30 Oktober 2014   12:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:11 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dengan Ignasius Jonan (saat Dirut PT KAI ), saat melakukan penandatanganan perjanjian kerjasama dalam pembenahan lingkungan kereta api . (Foto:Yos Asmat)
Oleh: Akhmad Sujadi

Demokrasi negeri ini telah mengantar dua warga Indonesia keturunan Thionghoa menduduki posisi penting di pemerintahan negeri ini. Keduanya Ignasius Jonan yang mantan Dirut PT.KAI menjadi Menteri Perhubungan pada Kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi)- Jusuf Kalla (JK). Berikutnya wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Setelah Jokowi dilantik menjadi Presiden, Ahok akan diangkat menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Ketika menjadi Dirut PT. KAI, Jonan dapat menyulap KAI yang merugi dan berkinerja pelayanan buruk menjadi perusahaan yang berkinerja  keuangan baik dan untung. Sedangkan  Ahok sedang berusaha membenahi Ibu Kota dengan berbagai progam penertiban dan penataan kawasaan sungai,  kawasan pinggir rel bekerjasama dengan KAI dan Kementerian Perhubungan.  Selain itu Ahok juga sedang melawan kemacetan di DKI Jakarta yang sudah demikian parah. Kemacetan Jakarta harus dapat diatasi dan dicarikan solusinya antara pusat dan daerah, Pemprov DKI.

Kedua pemimpin pada pelayanan publik ini sama- sama Thionghoa, berintegritas tinggi, memiliki budaya kerja keras, tidak pandang bulu dan serius dalam bekerja. Bedanya Jonan telah terbukti berhasil, Ahok masih dalam proses. Maklum Ahok baru dua tahun mangendalikan Jakarta sedangkan Jonan sudah 5 tahun 8 bulan pegang KAI. Jadi wajar bila hasilnya baru mulai nampak, mungkin perlu waktu sedikitnya 10 tahun agar Jakarta beres.

Lha inilah yang beda cara kerja Jonan dengan Ahok. Jonan bekerja dalam diam dan hasilnya produktif, nyata dan langsung dinikmati rakyat, pemgguna jasa KA. Sedangkan Ahok bekerja dalam berita (lebih suka bersuara sebelum berbuat dan sering mengekspose kekurangan para pejabat DKI ke publik). Ahok sering tidak tahan kritik dan balik menyerang sebelum bertindak. Hal ini menjadi kekurangan Ahok dibanding Jonan.

Tingkah laku Ahok yang keras di media dalam menata DKI sering kontraproduktif, sehigga banyak pertentangan, perlawanan dari orang-orang yang tidak suka. Meskipun Ahok berani dan tetap lantang, Ahok tetap eksis. Hal ini diyakini sebagai gaya kepemimpinan seorang Thionghoa di kancah politik, namun kurang patut di kancah pemerintahan, sebagai pimpinan di DKI.

Tak heran Ahok dan sebagian besar anggota DPRD DKI terjadi konflik. Sehingga menjelang pengangkatanya menjadi Gubernur DKI untuk menggantikan Jokowi yang sudah menjadi Presiden RI, DPRD DKI masih alot mendukungnya. Tak hanya dengan DPRD sebagai mitra kerja Ahok berselisih. Dengan partai pengusungnya pun yang mengantar Ahok  menjadi DKI 2 tidak sepaham. Bahkan Ahok memutuskan keluar dari Partai Gerindra, partai yang meroketkan namanya dan mengantarnya menjadi Wagub DKI.

Baiklah kedua anak negeri ini memiliki kesamaan dan perbedaan. Namun keduanya bisa diduetkan untuk mengatasi kemacetan Jakarta. Pasca pelantikan Ignasius Jonan menjadi Menteri Perhubungan, Ahok sangat senang dengan posisi Jonan. Ahok ingin bekerjasama dengan Jonan dalam mengatasi kemacetan ibu kota, menata angkutan KA, Bus, Kopaja, Metro Mini dan angkutan umum  yang masih carut marut di Ibu Kota ini.

Kementerian Perhubungan yang kini dinahkodai pria 51 tahun kelahiran Singapura ini siap menerabas berbagai hambatan dalam pembangunan perketetaapian dan angkutan massal di Ibu Kota. Meskipun tanggung jawab Kemenhub dari Sabang sampai Merauke, DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara tidak dapat lepas dari perhatianya. Mumpung momentnya pas, alangkah baiknya bila Jonan dan Ahok berduet mengatasi kemacetan Jakarta melalui berbagai  terobosan.

Untuk mempercepat upaya mengatsi kemacetan, mungkin Kemenhub dan Pemprov DKI Jakarta dapat membentuk Tim Kecil sebagai pelaksana garis depan dalam menginventarisir, mendiskusikan dengan para pakar dan mendorong percepatan dalam mewujudkan Jakarta yang tertib, aman dan lancar lalu lintasnya.

Kedua pemimpin ini serius, semangat dan ingin programnya cepat terlakana. Jonan terbukti membenahi dan membangun PT. KAI. Ahok ada moment bagus. Presidenya mantan Gubernur DKI Jakarta, Menteri Perhubunganya segaris etnis. Saatnya Jakarta Baru terwujud. Semua potensi pendukung sudah di depan mata. Jakarta Bisa. Kerja, kerja, dan kerja untuk masa depan yang lebih baik. ###

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun