Mohon tunggu...
Suhud Rois
Suhud Rois Mohon Tunggu... Guru - Guru SD Peradaban Insan Mulia

Guru dan kreator konten. Ketua Badan Etik Komunitas Guru Belajar Nusantara (KGBN). Instruktur di Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Kemendikbudristek. Penulis dan editor buku. Pelatih guru belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Guru Harus Punya Keterampilan Regulasi Emosi?

2 Januari 2024   16:03 Diperbarui: 2 Januari 2024   16:13 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya, yuk, kita pahami dulu apa, sih regulasi emosi itu.

Regulasi emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosinya dengan cara yang sehat dan efektif. Tentu saja ini berhubungan dengan pengaturan respons emosional terhadap stimulus dan peristiwa yang terjadi di sekitar kita.

Eh, regulasi emosi bukan hanya tentang mengendalikan emosi, lo. Namun, juga tentang memahami sebuah perasaan serta mengekspresikannya dengan cara yang tepat. Nah, dari hal ini jelas, kan, kalau kemampuan ini punya peran penting dalam membangun hubungan interpersonal yang baik, mencapai tujuan, dan menjaga kesejahteraan psikologis.

Mau lebih jelas lagi? Yuk, kita bahas!

Regulasi emosi dimulai dengan kemampuan mengenali dan memahami emosi yang dirasakan. Penting banget menyadari perasaan kita; mengidentifikasi apakah itu kegembiraan, kecemasan, kemarahan, atau emosi lainnya. Kesadaran emosional tersebut akan membantu kita membuat keputusan yang lebih baik dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

Setelah mengenali emosi, langkah berikutnya adalah memahaminya. Mengapa emosi itu muncul? Apa yang memicu respons emosional itu?

Pemahaman tersebut membantu kita menilai situasi dengan lebih baik dan menanggapi dengan cara yang sesuai. Bukannya malah merespons secara impulsif.

Regulasi emosi mencakup kemampuan untuk mengekspresikan emosi secara sehat dan sesuai. Ini tidak berarti menahan emosi kita atau menutupinya, tetapi lebih kepada ekspresi yang tidak merugikan diri sendiri atau orang lain. Komunikasi emosional yang efektif dapat membantu membangun hubungan yang kuat dan saling pengertian.

Regulasi emosi juga melibatkan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan. Orang yang dapat mengatur emosinya dengan baik cenderung lebih fleksibel menghadapi tantangan dan perubahan dalam kehidupan.

Perlu juga dipahami bahwa regulasi emosi bukan  sesuatu yang statis. Ia merupakan pembelajaran seumur hidup. Kita dapat terus mengembangkan keterampilan ini melalui refleksi, pengalaman hidup, dan dukungan dari lingkungan sekitar.

Ketika sudah memahami dan mampu mengembangkan regulasi emosi, kita dapat mencapai keseimbangan emosional yang lebih baik, membentuk hubungan yang lebih positif, dan menghadapi kehidupan dengan ketangguhan mental. Wow.

Eh, belum selesai. Kemampuan ini tidak hanya relevan dalam konteks pribadi,  juga punya dampak signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pekerjaan, pendidikan, dan interaksi sosial.

Nah, kebayang kan, ya, kenapa guru perlu punya keterampilan ini. Kita paham, peran guru tidak hanya menyampaikan materi pelajaran, juga mencakup kemampuan mengelola emosi, baik diri sendiri maupun murid. Regulasi emosi bagi guru menjadi esensial dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, membangun hubungan yang baik dengan murid, dan memberi dampak positif terhadap proses pendidikan secara keseluruhan.

Bagaimana hal tersebut terjadi?

Pertama, guru yang mampu mengatur emosinya dapat menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan positif. Lingkungan yang penuh kasih sayang dan dukungan emosional dapat meningkatkan kesejahteraan murid, membantu mereka merasa aman, dan memfasilitasi proses pembelajaran. Kalau sudah begini, bukankah murid semakin betah di kelas dan selalu termotivasi belajar?

Kedua, regulasi emosi memainkan peran kunci dalam membangun hubungan positif antara guru dan murid. Guru yang dapat mengelola emosinya dengan baik cenderung lebih responsif terhadap kebutuhan emosional murid sehingga menciptakan ikatan yang kuat dan saling percaya. Guru dan murid lebih akrab. Hal ini berdampak positif pada motivasi dan keterlibatan murid dalam pembelajaran.

Ketiga, berkaitan dengan manajemen konflik. Pasti sudah sangat tahu, dalam kegiatan belajar, potensi konflik selalu saja ada, tidak dapat dihindari. Guru yang mampu mengelola emosinya dengan baik akan lebih efektif dalam menangani konflik dengan murid atau antarmurid. Mereka dapat mengambil keputusan yang konstruktif untuk menyelesaikan masalah, menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan positif.

Keempat, guru yang dapat meregulasi emosinya mampu memberi pengalaman belajar dengan kualitas yang lebih baik. Guru seperti ini mampu fokus dan kreatif menyampaikan materi, mengatasi tantangan pembelajaran, dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan murid.

Kelima, regulasi emosi juga berdampak positif terhadap kesejahteraan mental dan fisik guru. Menyadari dan mengelola emosi dengan baik dapat mengurangi tingkat stres dan kelelahan sehingga kita dapat memberi kontribusi optimal dalam dunia pendidikan. Wah ... wah ... wah ....

Keenam, melalui regulasi emosi, guru dapat menjadi contoh yang baik dalam mengajarkan keterampilan sosial dan emosional kepada murid. Mereka dapat mengajarkan pentingnya empati, toleransi, dan kerja samayang merupakan keterampilan berharga dalam kehidupan sehari-hari.

Akhirnya, dengan memahami dan mengelola emosi, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, memotivasi, dan menginspirasi murid. Ingat, ya, regulasi emosi bukan hanya menjadi kunci keberhasilan kita tetapi juga memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan murid secara holistik dan kualitas pendidikan secara keseluruhan.

Hmm ... Masih mau abai dengan regulasi emosi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun