Mohon tunggu...
Suhud Rois
Suhud Rois Mohon Tunggu... Guru - Guru SD Peradaban Insan Mulia

Guru dan kreator konten. Ketua Badan Etik Komunitas Guru Belajar Nusantara (KGBN). Instruktur di Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Kemendikbudristek. Penulis dan editor buku. Pelatih guru belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Anak Mengatakan, “Boseeen…!”

5 Maret 2014   18:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:12 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tentu saja sangat tidak mengenakkan mendengar anak-anak serempak berteriak, “Boseeen!” Pernahkah Anda mengalaminya? Bersyukurlah kalau belum. Saya pernah mengalaminya. Tapi saya juga bersyukur. Bagi saya, ungkapan seperti itu tidak menjadikan diri mundur, tidak membuat semangat surut. Justru saya merasa perlu terus maju dan semakin terpacu.
Saya senang. Paling tidak anak-anak berani mengungkapkan perasaannya. Ini berarti bahwa mereka mengetahui apa yang dirasakan. Lalu, biasanya, saya tanya, “Maunya ngapain?” Ah! Saat itulah semua anak bicara. Bisa jadi kelas jadi ribut, riuh rendah. Saya merasa tidak perlu marah dan berteriak, “Diam!”

Mengapa tidak tersenyum saja? Bukankah kita ingin anak-anak berani bicara, mengeluarkan pendapat? So, saya pun mencoba merasa gembira. Tapi tidak cukup hanya itu. Banyaknya pendapat menuntut sebuah pengaturan lalu lintas suara dengan baik. Semua berbicara, semua mendengar, semua peduli, dan semua menghargai.
Sebagai sebuah kegiatan yang kompleks, belajar melibatkan perasaan dan emosi, belajar dipengaruhi banyak hal. Termasuk merasa bosan. Bisa jadi anak-anak merasa bosan karena kegiatan belajarnya monoton, begitu-begitu saja. Atau bosan karena kurang tantangan.
Nah, disinilah serunya. Momentum ‘bosen’ adalah peringatan dini untuk mawas diri. Ada apa dengan cara mengajar kita? Sudah cukup menantangkah kegiatan yang kita rencanakan? Guru yang baik tentu saja selalu mengadakan perubahan. Saya ingin jadi guru yang baik. Jadi, saya melakukan perubahan.

Perubahan tidak perlu harus radikal, saya rasa. Memulai dari perubahan kecil adalah sebuah langkah besar. Aktivitas belajar yang dimodifikasi dibeberapa bagian sudah merupakan perubahan. Kemudian kita ubah bagian lainnya,begitu seterusnya. Akhirnya kita akan mendapatkan banyak variasi dari satu tipe aktivitas belajar.
Langkah paling awal saat mendapat ‘serangan bosen’ dari anak adalah bersikap tenang. Tidak perlu panik. Kepanikan bisa terbaca jelas oleh anak. Walaupun sakit dan pahit, tetaplah tersenyum. Kemudian bersantailah. Ajak anak melakukan sesuatu yang fun, sambil mencari kegiatan alternatif yang menarik.
Merespon dengan kemarahan atau rasa jengkel juga tidak diperlukan. Hal tersebut malah bisa kontradiktif dengan tujuan pembelajaran. Santai saja.
Jadi, jangan takut bila anak berkata, “Boseeen!”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun