Mohon tunggu...
Euis Novianti
Euis Novianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Life Must Goes On

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta - 20107030016

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pandemi Meradang, Nasib Penjaga Kantin Dipertaruhkan

27 Juni 2021   21:10 Diperbarui: 27 Juni 2021   21:17 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cilok goang ini merupakan jajanan khas Tasikmalaya yang banyak diperbincangkan semenjak pandemi melanda. Cita rasa yang khas dari rempah-rempah dan aroma jeruk yang semakin menambah kenikmatannya. Yang istimewa dari cilok goang Marsinah adalah dimana ia menambahkan bumbu rahasia keluarga yang menjadikan cita rasanya berbeda dari cilok goang pada umumnya.

Sempat kebingungan mempromosikan jualannya tersebut, akhirnya ia dibantu oleh anaknya Dewi  (17 tahun) seorang siswi SMA, Marsinah mulai mempromosikan jualannya di media sosial Whatsapp dan Facebook. Awalnya tentu tidak banyak yang membeli dan tertarik terhadap jualan mereka, karena ragu terhadap cita rasanya atau letaknya yang berada jauh di pinggiran kampung yang sedikit menyusahkan akses kesana.

Namun tak ketinggalan zaman, Marsinah dan suami juga menyediakan layanan pesan antar supaya memudahkan pembeli yang malas keluar rumah. Dan tentunya hal ini disambut hangat oleh para pembeli.

Karena sifat cilok goang yang lebih nikmat dimakan saat panas, dan mengingat pelanggan mereka yang makin hari makin banyak dan beragam, Marsinah juga menyediakan cilok goang kemasan instan yang bisa dimasak sendiri di rumah. Berkat inovasi ini juga pembeli cilok goang Marsinah meningkat dalam beberapa waktu setelah disediakan cilok goang kemasan instan tersebut.

dokpri
dokpri

Marsinah menuturkan kembali bahwasannya ia juga sering mendapatkan pesanan di malam hari dan memaksa dia untuk bangun dan memasak. " kadang juga malam suka ada yang pesen, jadi mau gak mau harus dianterin. Namanya juga usaha" tutur Marsinah

Bukan cuma sekali dua kali ia medapatkan komplain dari pembeli, komplain yang didapatkan karena cita rasa yang kurang enak atau salahnya pesanan yang diberikan. Akan tetapi hal ini tidak mematahkan semangat Marsinah untuk terus berjuang. " mau gimana lagi neng, selera orang beda-beda jadi saya kadangkala ngikut slera mereka " jelas Marsinah

Tiap hari ia bergelut di dapur berusaha membuat hidangan yang enak untuk pelanggan tak mematahkan semangatnya. Suami dan anaknya pun turut membantu Marsinah.

Marsinah juga memberikan kiat-kiatnya dalam berusaha yakni pertama, tentunya yakin dan berusaha. Selama kita yakin dan terus mau berusaha pasti akan dimudahkan oleh yang Maha Kuasa. Kedua, rajin berdoa kepada Tuhan dan tentunya tidak lupa melaksanakan sohlat duha tiap pagi. Dan yang terpenting adalah jangan sampai lupa memberikan sedekah berapapun itu jumlahnya.

Setelah melalui berbagai perjuangan akhirnya Marsinah beserta suami merasakan pendapatannya meningkat dibanding sebelumnya ketika ia masih menjadi penjaga kantin di sekolah. Dari pendapatan yang sebelum pandemi berkisar Rp 200.000 -- Rp 250.000 kini ia bisa berhasil di kisaran Rp 400.000 -- Rp 500.000. " alhamdulillah sekarang pendapatan meningkat semenjak buka kedai ini neng "

Dia berharap semoga ada ataupun tidaknya pandemi tidak mengurangi semangat dia dalam menjalankan usahanya ini. Kedepannya ia juga berharap usahanya ini bukan hanya sekedar meningkatkan taraf hidup ia dan keluarganya saja. Ia juga berharap masyarakat dapat terbantu dengan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Meskipun ia juga tidak tahu pasti kapan itu akan tercapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun