Saya akan mendukung Ahok jika masih sesuai janjinya, karena hanya ada hitungan jari jumlah politisi yang janji dan kejujurannya dapat kita pegang, dan salah satunya adalah Ahok itu sendiri. Kalau untuk komitmen pilihan dukungan saja tidak berani menepati, adakah harapan janji lain bisa ditepati? Begitu juga suara banyak teman saya yang lain plus keluarganya masing-masing menurut rumpi yang dapat saya simpulkan. Bahkan ada teman saya yang rada kelotokan nyeletuknya gini: "Andai ada pemilihan legislatif saat ini, saya akan memilih Nasdem tidak peduli siapapun tokohnya", gila kan memperhatikan jengkel suasana hatinya? Padahal saya tahu persis sebelumnya dia bukan simpatisan Nasdem.
.
Menyimak pemberitaan dibanyak tempat, di dumay maupun di kelompok-kelompok masyarakat, bahkan saya juga pernah tahu ada kelompok yang tadinya tidak suka dengan Ahok bisa berubah karena mencermati kejujuran dan keberanian Ahok, banyak rakyat yang memberi dukungan karena ingin perubahan, maka untuk kali ini, saya malah berani memprediksi, bahkan andai semua partai gabung untuk melawan Ahok di Pilkada DKI 2017 yang akan datang, saya masih yakin pemenangnya adalah pasangan Ahok-Heru karena faktor Ahok! Maaf kalau dianggap saya terlalu lebai atau bahkan takabur, dan sesungguhnya saya suka geli banyak tokoh partai lawan membandingkan survei era Jokowi vs Foke yang lalu, yang katanya Jokowi hanya memulai dari 6 persen yang akhirnya mengalahkan Foke.
Tidak perlu diurai kenapa pasangan Jokowi-Ahok yang menang ketika itu, karena apapun uraiannya toh tidak akan dipercaya bukan? Tapi saya sebagai rakyat jelata yang punya hak pilih ketika itu sudah yakin bahwa yang akan menang adalah pasangan Jokowi-Ahok yang memang saya dan banyak rakyat juga jagokan, seperti api dalam sekam yang luput dari pengamatan andai memang betul survei itu memang pernah jujur diadakan. Kali inipun rasanya justru melebihi waktu dulu itu terhadap Jokowi, karena input datanya jauh melebihi yang tersaji waktu itu, rakyat justru lebih PD terhadap pencalonan Ahok sekarang, setidaknya menurut rasa saya kalau memang tidak boleh mengatas namakan mayoritas rakyat DKI, ingat lagi, di negeri ini sejuta dukungan itu hanya baru ada pada Ahok kali ini bukan?
Sebelum ada tokoh politik Jokowi dan Ahok, saya tidak peduli siapa yang akan menang menjadi pemimpin, karena yakin siapapun yang menang tidak akan mengubah keadaan. Begitulah ketika itu, dan Ahok benar-benar mengubah pandangan itu semua di DKI saat ini. Maka sekali lagi, kalau tidak percaya dengan suara saya sebagai rakyat, silahkan kerubuti Ahok dengan menggabung semua partai yang tersisa, dan jagoan saya tetap Ahok. Andai survei waktu Jokowi vs Foke dulu sejatinya benar tanpa rekayasa, harusnya sudut pandangnya adalah, dengan modal 6 persen saja rakyat bisa menang, apalagi kali ini rakyat pendukung Ahok punya modal lebih 50 persen plus sejuta dukungan pasti. Pakailah logika rasional, bukan logika sesuai kepentingan, kecuali memang kepentingan kampanye, bukan kepentingan kalkulasi kemana harus melangkah, itu yang dapat saya sampaikan untuk Ibu Mega sebagai pemilik hak veto partai PDIP, karena bagaimanapun juga, kenyataannya saya sering kali memilih PDIP ketika pemilu Legislatif yang lalu-lalu, terlebih pada Pemilu Legislatif terakhir, saya malah juga ikutan mempromosikan ala saya kepada sahabat dan handai taulan, maaf, karena ada Pak Jokowi.
Suara PDIP dari hitungan kursi DPRD memang cukup untuk mencalonkan menjadi kandidat Gubernur, tapi apakah itu berarti korelasi dengan jumlah suara rakyat pemilih? Bukankah kenyataan matematikanya bukan begitu? Geridra punya kursi DPRD DKI 15, PKS punya kursi 11, gabungannya cukup untuk mencalonkan kandidat Gubernur karena syaratnya hanya 22 kursi, tapi kenapa mereka tidak berani bersuara mengusung jagoannya, lalu baru kemudian menarik partai-partai lain agar mendukung? Yang ada Gerindra justru intens komunikasi dengan PDIP untuk bersatu melawan Ahok, kalau saya boleh menerka dan menganalisa hal itu, apakah PDIP mau ikut terpuruk bersama Gerindra? Ingat posisi Gerindra "kecil" kemungkinan untuk bisa mendukung Ahok, rasa malu bercampur marah sudah sangat pekat, walau politik memang memungkinkan hal-hal yang mustahil, tapi posisi PDIP masih lebih baik relasinya dengan Ahok dari pada Gerindra, dan itulah kenapa saya bilang Ibu Mega punya kesempatan berlian lagi saat ini setelah waktu itu menetapkan Jokowi sebagai calon Presiden.
Prediksi saya Ahok hanya bisa dikalahkan jika ternyata dijegal untuk tidak bisa maju dengan segala daya upaya dan tipu daya, yang berarti rakyat akan semakin membenci ulah para politisi, dan itu artinya rakyat akan semakin membenci partai politik, side back!! Kembali ketitik nadir kebencian rakyat terhadap partai politik dan para politisi! Jika mau, Ibu Mega punya kesempatan yang luar biasa, mengalah untuk menang dalam meraih hati semesta rakyat Indonesia, menggapai kesempatan jauh lebih berdampak digdaya menghadapi Pemilu Legislatif 2019 mendatang dibanding 2014 yang lalu.
Rakyat akan betul-betul terkesima jika melihat Ibu Mega menyatukan Jokowi dan Ahok dalam wadah satu partai, tinggal sekarang saya ingin melihat langkah yang akan diambil Ibu Mega, semoga Ahok juga mendapat manfaat baiknya, karena kalau semua jaringan persekutuan terjalin dengan landasan kejujuran tanpa tipu daya, hasilnya justru akan mencengangkan pelakunya itu sendiri. Sudah saatnya rakyat bangkit, Indonesia akan segera menjadi hebat. Mau atau tidak, diakui atau tidak, kenyataannya Ibu Mega punya kesempatan untuk andil cukup banyak. Salam hormat saya untuk Ibu Mega, Pak Jokowi dan Pak Ahok, semoga banyak mendapat kebahagiaan dalam hidup ini. GBU all. ( #SPMC SW, Rabu, 8 Juni 2016 )
CATATAN:
Berikut perolehan suara dan kursi 10 partai politik untuk DPRD DKI Jakarta (2014~2019):
1. PDIP: 1.231.843 suara (28 kursi)
2. Gerindra: 592.568 suara (15 kursi)
3. PPP: 452.224 suara (10 kursi)
4. PKS: 424.400 suara (11 kursi)
5. Golkar: 376.221 suara (9 kursi)
6. Demokrat: 360.929 suara (10 kursi)
7. Hanura: 357.006 suara (10 kursi)
8. PKB: 260.159 suara (6 kursi)
9. NasDem: 206.117 suara (5 kursi)
10. PAN: 172.784 suara (2 kursi)
(Sumber “detiknews”)
Artikel ini juga surat terbuka yang utamanya untuk Ibu Mega dan Pak Ahok, akan saya emailkan kemudian, tujuan untuk yang lain juga sebagai penghantar agar ada yang berkenan segera menyampaikannya kepada Ibu Mega yang barangkali tidak tersampaikan yang saya emailkan langsung, terimakasih. Maaf jika kurang berkenan.