Mohon tunggu...
Suhindro Wibisono
Suhindro Wibisono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

. ~ ~ ~ ~ " a critical observer " ~ ~ ~ ~ ( 5M ) ~ SPMC = "Sudut Pandang Mata Capung" ~ yang boleh diartikan ~ "Sudut Pandang Majemuk" || MEMPERHATIKAN kebenaran-kebenaran sepele yang di-sepele-kan ; MENCARI-tahu mana yang benar-benar "benar" dan mana yang benar-benar "salah" ; MENYUARAKAN kebenaran-kebanaran yang di-gadai-kan dan ter-gadai-kan ; MENGHARAP kembali ke dasar-dasar kebenaran yang di-lupa-kan dan ter-lupa-kan ; MENOLAK membenarkan hal-hal yang tidak semestinya, menolak menyalahkan hal-hal yang semestinya. (© 2013~SW)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Dicari, Natal yang Halal"

26 Desember 2015   03:37 Diperbarui: 26 Desember 2015   04:09 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="www.intelijen.co.id"][/caption]Opini Wacana Sensi: (SPMC) Suhindro Wibisono.

UANG palsu itu "bukan" uang. Ketika komunitas kami mempunyai mata uang tersendiri sebagai hal yang utama dan itulah yang selalu ada di dompet kami. Lalu komunitas Anda punya mata uang tersendiri dan itulah yang selalu ada di dompet Anda. Komunitas mereka juga punya mata uang tersendiri dan itulah yang selalu ada di dompet mereka. Kenapa ada diantara Anda yang menuduh mata uang kami palsu, juga menuduh mata uang mereka palsu? Padahal kenyataannya mata uang kami berlaku sah dan bisa digunakan diantara komunitas kami masing-masing yang Anda tuduh palsu.

Sementara kami juga mengakui bahwa mata uang didompet Anda adalah uang yang asli bagi komunitas Anda. Kalau mata Uang di dompet kami sebutannya Rupiah, mata uang di dompet Anda sebutannya Riyal, mata uang di dompet mereka sebutannya Dolar, apakah itu ada masalah? Bukankah tetap saja maknanya adalah UANG?

Uang maknanya adalah dapat digunakan untuk membeli sesuatu yang kita butuhkan, sebagai nilai tukar benda maupun jasa yang telah kita sepakati bersama nominalnya. Uang palsu tidak sah untuk transaksi, dan pasti dipenjarakan jika ketahuan, bukankah begitu saudaraku?

Tuhan saya adalah pencipta jagat raya, air, tumbuh-tumbuhan dan semua kehidupan, apakah Tuhan anda ciri-cirinya sama dengan Tuhan saya? Kalau sama kenapa anda sering kali menuduh Tuhan saya beda dengan Tuhan Anda? Kenapa Anda sering kali sangat lantang menuduh Tuhan kami palsu? Atau memang Anda punya Tuhan yang beda ciri-cirinya dengan Tuhan kami? Atau memang Tuhan ada lebih dari satu menurut Anda?

Kalau kami menyebut Gusti, Anda menyebutnya Allah SWT, mereka menyebutnya Tuhan Yesus, yang lain menyebutnya Sang Hyang Widhi, juga ada yang menyebut Krishna, dan sebutan-sebutan lain untuk Tuhan mereka masing-masing, kenapa Anda menjadi sewot dan menuduh Tuhan mereka bukan Tuhan saudaraku?

Kenapa Anda suka sekali "mencopet" dompet orang lain untuk melihat mata uang mereka hanya untuk mengolok bahwa uang mereka palsu karena dompetnya tidak berisi uang Riyal, KENAPA? Apakah wawasan Anda tidak terlalu sempit? Apakah itu bukan ciri-ciri fanatik yang sering saya katakan? Kenapa justru Anda tidak malu melakukan itu semua? Dan itu semakin menguatkan dugaan saya, fanatik memang salah satu cirinya adalah tidak rasional, dan "tidak punya rasa malu" adalah salah satu sifat dari tidak rasional itu.

Ketika Anda juga dengan enteng menuduh orang lain menyembah berhala, menuhankan manusia, Tuhan dianggap beranak dan diperanakkan, itulah tuduhan membabi-buta karena Anda tidak paham dogma mereka. Menghakimi tanpa tahu masalah, apakah bukan ngawur namanya? Dapatkah Anda keluar dari jati diri Anda sejenak, lalu memikirkan tentang Ka'bah dan Lempar Jumroh, andai ritual itu adanya di kepercayaan lain, Nasrani misalnya, saya tidak bisa bayangkan sebutan apa yang akan Anda sematkan pada mereka. Tapi ummat lain yang seringkali Anda tuduh menyembah berhala apakah ada yang mengolok Anda untuk hal itu? Yang ada justru ikut prihatin ketika ada banyak korban meninggal ketika ritual Lempar Jumroh.

Mengucapkan Selamat Natal di setarakan dengan mengucapkan Syahadat, mengucapkan selamat natal haram karena imannya dianggap sama dengan yang diberi ucapan, atau diartikan ikut mengakui keimanannya orang yang diberi ucapan selamat, mereka yang merayakan natal adalah merayakan kelahiran Yesus yang dianggap Tuhan oleh Nasrani, karena itulah dianggap haram memberikan ucapan selamat natal, begitu dalih mereka yang fanatik. Itu menyangkut dogma mereka saudaraku, kenapa Anda kepo amat, apakah ada yang memaksa Anda untuk juga mengakui bahwa Yesus itu adalah Tuhan bagi Anda? Lha wong yang minta Anda memberi ucapan selamat natal aja juga tidak ada. Saya kasih info ya, sesama nasrani saja tidak ada yang ngemis untuk minta diberi ucapan selamat natal, apakah Anda percaya? Saya sungguh prihatin dengan pola pikir orang-orang yang fanatik.

Kalau pembenaran-pembenaran nalar yang Anda utarakan terus berkembang ke hal-hal tidak masuk akal lainnya, apakah beragama itu sejatinya untuk mengkotak-kotakkan manusia? Doeloe di negeri ini saya tidak pernah jumpai hal-hal aneh semacam itu, tapi beberapa tahun belakangan ini kenapa kita justru menjadi sangat susah menjalin persaudaraan, dan ngenesnya justru batasan-batasannya adalah Agama yang dipercayai bersumber pada kebenaran Tuhan yang Esa.

Kalau memang Tuhan hanya ada satu dan Dia adalah pencipta Anda dan saya, kenapa pengkotak-kotak'an itu harus kita lakukan? Sangat ngenes ketika Anda kutip ayat yang Anda anggap suci untuk membenarkan dalih Anda, bukankah ujung akhirnya Anda mengatakan bahwa semua yang Anda lakukan adalah perintah Tuhan? Apa benar ada ajaran Tuhan untuk kita agar saling bertentangan? Apakah Anda yakin sudah memahami ajaran agama Anda sendiri dengan betul? Mengimaninya dan bukan fanatik?

(Bagi orang fanatik) Mengucapkan selamat natal dianggap juga mengakui Yesus sebagai Tuhan, dan itu haram hukumnya, padahal HARAM itu sangat banyak macamnya, makan daging babi juga haram menurut muslim, apakah berteman dengan orang yang makan babi tidak haram juga? Bukankah itu maknanya sama, berarti mengakui babi tidak haram?

Bukankah harusnya Anda juga boleh menganggap hal itu serupa? Saya juga pernah mendengar, wadah atau alat masak yang pernah dipakai untuk memasak barang haram walau sudah dicuci juga akan menghasilkan makanan haram. Apa jadinya kalau semua itu dikaitkan dan bahkan malah dikembangkan, kenapa tidak sekalian berpikir bahwa babi juga hidup di bumi yang sama kita tinggali, lalu dianggap haram tinggal ditempat yang sama dengan babi? Makin lama kok jadi makin tidak rasional. KAREPMU LAH!!

(SPMC SW, Jumat, 25 Desember 2015)
.
===========================
.
"SELAMAT NATAL" untuk semua teman yang ikut merayakan. GBU
.
===========================
.
.
Sumber gambar:
www.intelijen .co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun