Mohon tunggu...
Suhindro Wibisono
Suhindro Wibisono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

. ~ ~ ~ ~ " a critical observer " ~ ~ ~ ~ ( 5M ) ~ SPMC = "Sudut Pandang Mata Capung" ~ yang boleh diartikan ~ "Sudut Pandang Majemuk" || MEMPERHATIKAN kebenaran-kebenaran sepele yang di-sepele-kan ; MENCARI-tahu mana yang benar-benar "benar" dan mana yang benar-benar "salah" ; MENYUARAKAN kebenaran-kebanaran yang di-gadai-kan dan ter-gadai-kan ; MENGHARAP kembali ke dasar-dasar kebenaran yang di-lupa-kan dan ter-lupa-kan ; MENOLAK membenarkan hal-hal yang tidak semestinya, menolak menyalahkan hal-hal yang semestinya. (© 2013~SW)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

The Doctor Valentino Rossi

10 November 2015   20:07 Diperbarui: 12 November 2015   10:49 1516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="yangseru.com"][/caption]

.
“RENCANA TUHAN vs The Doctor VALENTINO ROSSI”

Opini Ngasal: (SPMC) Suhindro Wibisono

Saya termasuk salah satu yang suka pembalap The Doctor VALENTINO ROSSI sejak yang bersangkutan merajai MotoGP, itu dikisaran tahun 2002. Karena mendapat hukuman Race Direction atas insiden 'drama dupak' pada Marc Marquez di sirkuit Sepang - Malaysia,  Rossi mendapat nilai penalti 3 dan karena sebelumnya Rossi sudah pernah dapat nilai penalti 1, maka nilai akumulasi penaltinya menjadi 4 dan itu maknanya pada balapan berikutnya harus start paling buncit, itulah kenapa di Sirkuit Ricardo Tormo dalam Grand Prix Valencia pada Minggu, 8 Nopember 2015 dimana babak terakhir serial MotoGP 2015 berlangsung Rossi start pada posisi 26. Selamat walau akhirnya harus menjadi juara 2 untuk periode balap MotoGP 2015 ini, dan juaranya adalah Jorge Lorenzo yang juga adalah dari team yang sama dengan Rossi yaitu: Movistar Yamaha MotoGP.

Saya ingin menyoroti gonjang-ganjingnya setelah waktu itu mendapat sanksi ketika menjatuhkan Marc Marquez di Malaysia, utamanya atas pemberitaan-pemberitaan yang ada. Ketika ada petisi yang mendapat dukugan lebih 500 ribu meminta hukuman untuk start paling akhir dibatalkan, juga adanya banyak yang menuduh Marc Marquez “diving”seperti julukan para pemain bola yang mengharap lawan mendapat sanksi, ada juga yang mengatakan bahwa Rossi di provokasi terlebih dahulu oleh Marquez, dan macam-macam lagi serupa itu.

Itulah suara-suara gambaran cinta yang membuta, konflik kepentingan kalau didalam hukum, mustahil mereka-mereka yang mengidolakan segala sesuatu dapat menghakimi dengan adil. Saya memang mengidolakan Rossi, tapi untuk kasus “drama dupak” menurut istilah saya, syukur petisi untuk Rossi tidak dikabulkan. Saya melihat tayangan ulangnya ketika kaki Rossi mendupak Marquez dan itu sungguh tidak etis dalam olahraga yang pastinya juga menjunjung spirit kejujuran. Tapi begitulah kenyataan banyak manusia, ketika heboh “tangan tuhan” Maradona pada 22 Juni 1986, sungguh akan lebih hebat andai Maradona sendiri yang waktu kejadian mengakui adanya handsball, bukan mengakuinya 5 tahun kemudian.

Dan saya blom pernah lihat hal semacam itu terjadi di semua pertandingan olahraga. Lalu menyikapi peristiwa terjadinya “drama dupak” Rossi terhadap Marquez itu karena adanya adu mulut antara mereka, atau Rossi di provokasi, itu semakin jelas cinta yang semakin membabi-buta. Bagaimana memprovokasinya? Lha wong mereka lagi ngebut mungkin kecepatan motor mereka ada dikisaran lebih 250 km/jam, pakai helm full face yang rapat pula. Kalau toh provokasinya terjadi sebelum perlombaan dimulai, sebagai juara yang sudah kampiun seharusnya lebih mengedepankan mental juaranya, dan pastinya tidak lupa efek samping dari semua yang dilakukan. Lebih hebat kalau ksatria mengakui dan meminta maaf dan tidak perlu mengungkit atau beralibi kenapa hal tersebut dilakukan.

Sebelum pertandingan terakhir di Valencia, pengumpulan nilai mereka adalah:
1. Valentino Rossi: 312 poin
2. Jorge Lorenzo: 305 poin
3. Marc Marquez: 222 poin
4. Dani Pedrosa: 190 poin
5. Andrea Iannone: 188 poin

Lalu setelah pertandingan terakhir minggu kemarin Rossi mengatakan Marquez dan Pedrosa “mengawal” Lorenzo, tuduhan yang memang susah dicari kebenaran maupun kesalahannya, itulah yang namanya sudut pandang. Rossi dan Marquez tidak disangsikan lagi saat-saat terakhir pasti masih saling gondok, kalau toh ada nuasa Marquez tidak menginginkan Rossi yang keluar sebagai juara, itu adalah hal yang sangat rasional bukan? Jadi apakah benar tuduhan Rossi bahwa Marquez sejatinya “mengawal” dan menghantar Lorenzo agar menjadi juaranya? Lalu bagaimana dengan peran Pedrosa, apakah Pedrosa juga nurut saja dengan skenarionya Marquez? Apakah sejatinya mereka berdua walau tidak mungkin menjadi juara MotoGP 2015 tidak ingin memenangkan balap itu? Lupakan Marquez yang sangat mungkin rela mengorbankan dirinya asal Rossi bukan juaranya, tapi kalau mengobankan orang lain juga, apakah itu tidak berlebihan?

Yang tidak kalah menarik adalah peran Andrea Iannone, pada balapan terakhir terpaksa tidak bisa meneruskan lajunya, itu artinya tidak dapat nilai, tapi tetap menjadi juara kelima. Hal itu bisa juga dimaknai andai Iannone tidak melakukan kesalahan, maka Rossi bukan tidak mungkin akan menjadi juara 5 dalam balap sesi terakhir di Valencia minggu kemarin. Terus kalau prediksinya Rossi kita anggap betul, maka supaya adil prediksi untuk Iannone juga harus dianggap betul, maka kalau kita "anggap" kejuaraan terakhir itu menghasilkan pemenang sebagai berikut:

1 Marc Marquez
2 Jorge Lorenzo
3 Dani Pedrosa
4 Andrea Iannone
5 Valentino Rossi
.
Maka pengumpulan nilai mereka "dianggap" menjadi: (misal/umpama)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun